Wadahnya Relawan Indonesia
A
A
A
Mewadahi para relawan Indonesia untuk membantu sesama saat terjadi bencana, komunitas Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) menggalang berbagai kegiatan penyuluhan, simulasi, hingga penanggulangan bencana alam.
Sejatinya, komunitas Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) adalah wadah atau tempat para relawan atau masyarakat Indonesia yang memiliki tujuan membantu sesama saat terjadi tragedi bencana alam. Khususnya untuk daerah yang kurang terjamah dan masyarakat kalangan bawah.
Saat terjadi bencana alam, komunitas yang berdiri pada 2008 ini pun sigap dalam menggalangkan aksi peduli mereka untuk menangani dan menyelamatkan korban bencana alam. “Kami memberikan bantuan nonmaterial, seperti bahan pokok, peralatan sekolah anak, obat-obatan, dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh para korban bencana,” cerita Ketua MRI Jakarta Raya Nanang Tri Junianto.
Tak hanya itu, komunitas yang berada di bawah payung lembaga ACT (Aksi Cepat Tanggap) ini juga kerap memberikan trauma healing kepada anakanak dengan mengajak mereka ber dongeng dan bermain. “Agar anak-anak yang menjadi korban bencana tidak stres dan musibah yang dialaminya tidak membekas,” ungkapnya.
Kendati demikian, komunitas yang telah menyebar di 10–15 provinsi di Indonesia ini tak sekadar memberikan bantuan terhadap korban bencana alam. Mereka juga melakukan upaya pencegahan bencana, penyuluhan, hingga simulasi kepada para relawan sebelum terjun langsung untuk menyelamatkan korban bencana alam.
Menurut Putri Nurul, salah satu relawan di komunitas MRI, para relawan Indonesia sebelumnya dibekali dengan kegiatan pelatihan atau training, seperti penyelamatan korban kebanjiran, simulasi korban kebakaran, juga diberikan cara bagaimana menangani korban bencana alam, hingga diberikan penyuluhan sosialisasi dan ilmu lainnya.
Jadi, para relawan dari komunitas yang kini telah memiliki ribuan anggota dan sekitar 100 relawan yang aktif di tiap daerah ini mampu memberikan penyelamatan yang sigap untuk korban bencana alam. Bahkan, kegiatan training tersebut tidak hanya melibatkan para relawan, juga untuk masyarakat sekitar yang ingin membantu dengan sistem jemput bola.
“Dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi ke remaja masjid, ke daerahdaerah, hingga kampus ke kampus, kami harap lebih banyak orang yang akan bergabung dan peduli dengan sesama,” kata Nanang.
Rehdian khartika
Sejatinya, komunitas Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) adalah wadah atau tempat para relawan atau masyarakat Indonesia yang memiliki tujuan membantu sesama saat terjadi tragedi bencana alam. Khususnya untuk daerah yang kurang terjamah dan masyarakat kalangan bawah.
Saat terjadi bencana alam, komunitas yang berdiri pada 2008 ini pun sigap dalam menggalangkan aksi peduli mereka untuk menangani dan menyelamatkan korban bencana alam. “Kami memberikan bantuan nonmaterial, seperti bahan pokok, peralatan sekolah anak, obat-obatan, dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh para korban bencana,” cerita Ketua MRI Jakarta Raya Nanang Tri Junianto.
Tak hanya itu, komunitas yang berada di bawah payung lembaga ACT (Aksi Cepat Tanggap) ini juga kerap memberikan trauma healing kepada anakanak dengan mengajak mereka ber dongeng dan bermain. “Agar anak-anak yang menjadi korban bencana tidak stres dan musibah yang dialaminya tidak membekas,” ungkapnya.
Kendati demikian, komunitas yang telah menyebar di 10–15 provinsi di Indonesia ini tak sekadar memberikan bantuan terhadap korban bencana alam. Mereka juga melakukan upaya pencegahan bencana, penyuluhan, hingga simulasi kepada para relawan sebelum terjun langsung untuk menyelamatkan korban bencana alam.
Menurut Putri Nurul, salah satu relawan di komunitas MRI, para relawan Indonesia sebelumnya dibekali dengan kegiatan pelatihan atau training, seperti penyelamatan korban kebanjiran, simulasi korban kebakaran, juga diberikan cara bagaimana menangani korban bencana alam, hingga diberikan penyuluhan sosialisasi dan ilmu lainnya.
Jadi, para relawan dari komunitas yang kini telah memiliki ribuan anggota dan sekitar 100 relawan yang aktif di tiap daerah ini mampu memberikan penyelamatan yang sigap untuk korban bencana alam. Bahkan, kegiatan training tersebut tidak hanya melibatkan para relawan, juga untuk masyarakat sekitar yang ingin membantu dengan sistem jemput bola.
“Dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi ke remaja masjid, ke daerahdaerah, hingga kampus ke kampus, kami harap lebih banyak orang yang akan bergabung dan peduli dengan sesama,” kata Nanang.
Rehdian khartika
(bbg)