Cinta Fashion Indonesia

Sabtu, 27 Desember 2014 - 15:07 WIB
Cinta Fashion Indonesia
Cinta Fashion Indonesia
A A A
Embicarakan Indonesia, tidak akan ada habis dalam satu hari. Termasuk ide untuk fashion Tanah Air, tema keindonesiaan dimulai dari keindahan hingga problematikanya menjadi topik menarik.

Desainer kawakan seperti Josephine W Komara atau yang biasa disapa Obin, dan Billy Tjong misalnya, membawa napas keindonesiaan dalam dua sisi yang berbeda di ajang Jakarta Fashion Week 2015 lalu. Bertema “Saya Indonesia”, Obin kembali mengetengahkan kain-kain garapannya dalam bentuk menarik.

Ya memang, suguhan panggung busana Obin yang menampilkan model-model dalam sejumlah ekspresi berbeda dari fashion show pada umumnya memang menjadikan show Obin selalu dinantikan. “Judul ini saya pakai dengan arti, di dalam tubuh yang mengalir, ada segala rasa dan nuansa Indonesia,” kata Obin saat konferensi pers.

Koleksi Bin House dibuka dengan model Dominique Diyose yang berjalan dengan telanjang kaki mengenakan kain batik yang menutupi bagian pinggang hingga bawah. Dengan untaian bunga melati di pundaknya, sang model berjalan dengan wajah bersipu malu. Model-model selanjutnya sama pemalunya dengan Dominique. Sebagian mereka melilit kain unik di leher.

Bagian atas tubuh model yang hanya mengenakan pelapis badan warna kulit tampak mengisyaratkan romantisme sisi tradisional Indonesia. Surprise kecil yang diiringi lagu bahasa Prancis ini berlanjut dengan kejutan yang lebih menarik di sequence kedua. Gerak tubuh boyish dari seorang model berambut pendek mengalir mengikuti irama lagu Marilah ke Mari karya Titiek Puspa.

Tank top batik yang didominasi warna oranye dikenakan bersama padanan luaran berwarna senada, berpadu kain tradisional gelap sebagai busana bawah, tampil sama anggun dan rileksnya batik cheongsam tanpa lengan berpalet ungu yang dipasangkan dengan kain batik senada.

Kemudian sederetan busana berdesain unik menarik muncul dengan sebagiannya berbahan batik dan dipertemukan dengan kain-kain batik penutup bagian bawah tubuh dibawakan oleh para model secara energik dan fun . Sekali lagi Obin membuktikan bahwa kain-kain tradisional Indonesia bisa tampil begitu seru. Semua bergantung pada perlakuan dan penerapan atas kain-kain itu.

Model Kimmy Jayanti jelas terlihat fasih mengisyaratkan nada itu dalam fashion show Obin ini. Kreativitas yang kesemuanya dibuat dengan mengandalkan keterampilan tangan ini menghadirkan ragam desain yang kental dengan tradisi dan kekayaan alam. Muncul sejumlah desain kain bertema tanah Jawa terkoyak gempa, ubur-ubur, tambalan gembel, dan anemon yang diperoleh dari teknik jumput—mengikat kain dengan benang, kemudian mencelupnya dengan warna.

Namun hal menarik, setelah melepaskan benangnya, Obin tidak sertamerta menghaluskan kain tersebut sehingga tekstur kain pun muncul bagaikan anemon yang hidup di dasar laut. Sisi craftmanship jelas menjadi hal yang diusung secara konsisten oleh Obin. Kali ini melalui kejelian wanita yang selalu senang disebut sebagai tukang kain daripada desainer itu sukses mendapat tepuk tangan riuh dari penonton, bahkan sebelum ke-48 set busana dalam empat sekuen tersebut berakhir.

Desainer yang pernah melakukan pergelaran di Jepang pada 1990 silam ini juga tidak pernah lelah mengeksplorasi kain. Di atas kain yang dipintal, Obin melukiskan batiknya, yang hampir semuanya tampil modern, tetapi tanpa melupakan pakem batik. Tampil dalam warna-warna yang cerah dan elegan, setiap helai kain Obin di pergelaran ini layak menjadi collectible item.

Lilitan baru, teknik cabik, cut work, dan batik dengan teknik pecah pola, mengangkat tinggi budaya Nusantara yang tak pernah luput disajikan Obin. Koleksi kebaya modern dan dress putih bersiluet dan cutting Jepang mendapat tepuk tangan yang sangat meriah. Sementara itu, sisi lain inspirasi yang datang dari Indonesia disuguhkan juga oleh desainer Billy Tjong.

Adapun perancang muda yang tahun lalu sempat mengikuti ajang di Hong Kong Fashion Week tersebut membuat koleksi pakaian dari foto kemacetan di jalanan Ibu Kota. Foto itu dicetak besar membentuk simetri dan menghiasi gaun malam berwarna merah. “Kali ini saya terbuai akan situasi kepadatan lalu lintas Jakarta, menjadikan sesuatu yang menarik dan mengangkat kreativitas saya dalam berkarya,” ujar Billy.

Billy selalu mengolah pakaiannya dari karya-karya seni yang dibikin sendiri. Karya itu bisa berupa gambar maupun karya fotografi. Dan kali ini aneka rupa kendaraan yang terjebak kepadatan lalu lintas, ratusan orang dalam berbagai latar belakang berbeda di atas kendaraan hingga beragam pikiran yang mungkin singgah saat menanti waktu jalan dilihatnya sebagai miniatur keberagaman Indonesia.

Meresapi lebih dalam keberagaman yang dijumpai di jalanan Jakarta, Billy mentransformasikannya sebagai ruh utama dalam rangkaian koleksi teranyar. Bertajuk “Bhineka”, koleksi ini merupakan interpretasi heterogenitas yang ada di Indonesia. Teknik printing yang kerap digunakan Billy kembali dimunculkan dalam wajah baru.

Tidak hanya mengandalkan print foto hasil jepretannya, sang desainer kali ini turut meleburkan keindahan seni lukis, grafis, hingga kaligrafi China yang dia kreasikan sendiri. Mengeksplorasi material yang digunakan, Billy juga menggunakan kulit reptil eksotis Indonesia, seperti buaya dan ular.

Tak hanya itu, bahan khusus yang biasa digunakan untuk pakaian menyelam atau disebut sebagai neoprene ikut diterapkan di samping bahan jaquard, organza , dan dupion silk . Dengan garis rancang yang fit dan flare , “Bhineka” begitu menguatkan citra young and stylist berkat palet warna perak, kuning, biru, merah, dan hitam.

Dyah ayu Pamela
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6606 seconds (0.1#10.140)