Inspirasi Kelas Menengah
A
A
A
TRIO Lestari akhirnya resmi merilis album perdana bertajuk “Wangi”. Album bergenre pop dengan sentuhan aransemen musik electronic, hip hop, RnB ini menghadirkan beragam keunikan dan fenomena sosial yang tidak biasa diangkat oleh musisi Tanah Air.
Hal menarik yang dihadirkan personel Trio Lestari yakni Glenn Fredly, Shandy Sondoro, dan Tompi terlihat dari tajuk album ini, yakni “Wangi”. Mereka bertiga kompak mengungkapkan bahwa “Wangi” merupakan simbol harapan. Mereka ingin Trio Lestari dapat menyumbangkan hal positif di tengah kondisi negara yang tidak karuan.
“Wangi itu sebutan untuk Warga Lestari (sebutan untuk penggemar Trio Lestari) di tengah keadaan negara amburadul dengan bau tidak enak. Ini simbol harapan yang bisa dibagikan untuk semuanya.
Album ini bukti kami bertiga concern terhadap lingkungan, sebagai sarana mengungkapkan kepedulian mengenai kondisi sekitar lewat musik, dan apa yang dilihat di sekitar, kami mencoba dengan pendekatan musik pop,” ujar Tompi dalam jumpa pers peluncuran album “Wangi” di KFC Tugu Tani, belum lama ini.
Adapun Glenn Fredly mengatakan bahwa album ini menawarkan sebuah jati diri dari masingmasing personel Trio Lestari yang kebetulan juga dikenal sebagai solois. Hasilnya cukup menarik, sebuah karya musik yang dikemas dengan santai dan mudah dicerna untuk para penikmat musik.
“Namanya produk, kami merasa orang enggak cuma disuguhkan bungkusnya saja, tapi dalamnya itu juga penting untuk dinikmati,” tutur pria yang mulai terjun sebagai produser film ini. Solois kelahiran Jakarta, 30 September 1975, ini menjanjikan album “Wangi” akan memiliki penggalan-penggalan cerita yang menjadi sebuah kesatuan.
“Tidak ada alasan khusus kenapa namanya “Wangi”, karena para penggemar kami umumnya wangi,” kelakar Glenn. Hal menarik lain dalam album perdana ini, baik Tompi, Glenn Fredly, maupun Sandhy Sandoro mencoba menyajikan kemasan musik pop yang dibalut dengan mengangkat berbagai fenomena sosial sampai politik dikolaborasikan dengan lagu bertemakan cinta.
Fenomena yang tengah menjadi perbincangan dalam masyarakat, mulai fenomena pedangdut Cita Citata sampai Presiden Republik Indonesia Jokowi hadir di album bersampul cokelat tersebut. Salah satunya lagu Sakitnya di Sini yang terinspirasi dari pedangdut asal Jawa Barat Cita Citata .
Meski judulnya hampir sama, genre musik dan liriknya beda total. “Lagu ini sendiri lahir karena fenomena. Masyarakat sekarang mudah latahnya. Kami lihat fenomena Sakitnya Tuh di Sini, lalu kami menerjemahkannya dengan cara Trio Lestari dan berbagai fenomena lain seperti politik yang kami bawakan secara parodi dalam lagu-lagu di album ini,” ujar Glenn Fredly.
Selain lagu itu, banyak lagu yang tercipta secara spontan berdasarkan berbagai fenomena sosial dan politik yang mereka lihat dan rasakan. Meskipun ketiganya terbiasa membawakan lagu-lagu cinta, dalam album ini ketiganya membawakan beberapa lagu yang berisikan kritikan maupun fenomena sosial, seperti pada lagu La La Song dan Sakitnya di Sini .
“Apa yang jadi asupan di kelas menengah, kami coba terjemahkan dengan cara kami. Tapi prosesnya juga enggak sembarangan, tetap dibikin dengan serius,” sebut penyanyi berdarah Ambon ini yang bersama dua teman lainnya memutuskan untuk membuat album ini di jalur pop lantaran ingin dapat diterima dengan mudah oleh khalayak.
“Kedua lagu tersebut datang secara spontan karena menjadi fenomena di mana-mana. Niatnya cuma hanya menjadi pelengkap di album, tapi dari pihak label bilang dijadikan single tapi tema utamanya tetap cinta yang diambil dari sudut pandang yang berbeda,” sebut Tompi.
Adapun keberhasilan Trio Lestari meluncurkan album perdana bertajuk “Wangi” dinilai sebagai keberhasilan para personelnya menyatukan ego masingmasing. Pasalnya, para personelnya, Glenn Fredly, Sandy Sondoro, dan Tompi merupakan penyanyi solo yang sukses dan miliki karakter, idealisme, dan musikalitas yang kuat.
“Dalam menghasilkan album, kami tidak ada berantem-berantem dalam menentukan lagu dan genre yang kami inginkan. Itu karena kami semua duduk bareng membahas konsep yang sesuai untuk grup vokal ini. Tidak ada yang lebih dominan dalam Trio Lestari. Semua duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Kami putuskan semuanya bersama,” kata Sandy.
Thomas manggalla
Hal menarik yang dihadirkan personel Trio Lestari yakni Glenn Fredly, Shandy Sondoro, dan Tompi terlihat dari tajuk album ini, yakni “Wangi”. Mereka bertiga kompak mengungkapkan bahwa “Wangi” merupakan simbol harapan. Mereka ingin Trio Lestari dapat menyumbangkan hal positif di tengah kondisi negara yang tidak karuan.
“Wangi itu sebutan untuk Warga Lestari (sebutan untuk penggemar Trio Lestari) di tengah keadaan negara amburadul dengan bau tidak enak. Ini simbol harapan yang bisa dibagikan untuk semuanya.
Album ini bukti kami bertiga concern terhadap lingkungan, sebagai sarana mengungkapkan kepedulian mengenai kondisi sekitar lewat musik, dan apa yang dilihat di sekitar, kami mencoba dengan pendekatan musik pop,” ujar Tompi dalam jumpa pers peluncuran album “Wangi” di KFC Tugu Tani, belum lama ini.
Adapun Glenn Fredly mengatakan bahwa album ini menawarkan sebuah jati diri dari masingmasing personel Trio Lestari yang kebetulan juga dikenal sebagai solois. Hasilnya cukup menarik, sebuah karya musik yang dikemas dengan santai dan mudah dicerna untuk para penikmat musik.
“Namanya produk, kami merasa orang enggak cuma disuguhkan bungkusnya saja, tapi dalamnya itu juga penting untuk dinikmati,” tutur pria yang mulai terjun sebagai produser film ini. Solois kelahiran Jakarta, 30 September 1975, ini menjanjikan album “Wangi” akan memiliki penggalan-penggalan cerita yang menjadi sebuah kesatuan.
“Tidak ada alasan khusus kenapa namanya “Wangi”, karena para penggemar kami umumnya wangi,” kelakar Glenn. Hal menarik lain dalam album perdana ini, baik Tompi, Glenn Fredly, maupun Sandhy Sandoro mencoba menyajikan kemasan musik pop yang dibalut dengan mengangkat berbagai fenomena sosial sampai politik dikolaborasikan dengan lagu bertemakan cinta.
Fenomena yang tengah menjadi perbincangan dalam masyarakat, mulai fenomena pedangdut Cita Citata sampai Presiden Republik Indonesia Jokowi hadir di album bersampul cokelat tersebut. Salah satunya lagu Sakitnya di Sini yang terinspirasi dari pedangdut asal Jawa Barat Cita Citata .
Meski judulnya hampir sama, genre musik dan liriknya beda total. “Lagu ini sendiri lahir karena fenomena. Masyarakat sekarang mudah latahnya. Kami lihat fenomena Sakitnya Tuh di Sini, lalu kami menerjemahkannya dengan cara Trio Lestari dan berbagai fenomena lain seperti politik yang kami bawakan secara parodi dalam lagu-lagu di album ini,” ujar Glenn Fredly.
Selain lagu itu, banyak lagu yang tercipta secara spontan berdasarkan berbagai fenomena sosial dan politik yang mereka lihat dan rasakan. Meskipun ketiganya terbiasa membawakan lagu-lagu cinta, dalam album ini ketiganya membawakan beberapa lagu yang berisikan kritikan maupun fenomena sosial, seperti pada lagu La La Song dan Sakitnya di Sini .
“Apa yang jadi asupan di kelas menengah, kami coba terjemahkan dengan cara kami. Tapi prosesnya juga enggak sembarangan, tetap dibikin dengan serius,” sebut penyanyi berdarah Ambon ini yang bersama dua teman lainnya memutuskan untuk membuat album ini di jalur pop lantaran ingin dapat diterima dengan mudah oleh khalayak.
“Kedua lagu tersebut datang secara spontan karena menjadi fenomena di mana-mana. Niatnya cuma hanya menjadi pelengkap di album, tapi dari pihak label bilang dijadikan single tapi tema utamanya tetap cinta yang diambil dari sudut pandang yang berbeda,” sebut Tompi.
Adapun keberhasilan Trio Lestari meluncurkan album perdana bertajuk “Wangi” dinilai sebagai keberhasilan para personelnya menyatukan ego masingmasing. Pasalnya, para personelnya, Glenn Fredly, Sandy Sondoro, dan Tompi merupakan penyanyi solo yang sukses dan miliki karakter, idealisme, dan musikalitas yang kuat.
“Dalam menghasilkan album, kami tidak ada berantem-berantem dalam menentukan lagu dan genre yang kami inginkan. Itu karena kami semua duduk bareng membahas konsep yang sesuai untuk grup vokal ini. Tidak ada yang lebih dominan dalam Trio Lestari. Semua duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Kami putuskan semuanya bersama,” kata Sandy.
Thomas manggalla
(ftr)