Klasiknya Wastra Nusantara
A
A
A
Memperkenalkan dan mengedukasi kain wastra Nusantara dilakukan Dewi Arimbi Soeharto dengan mengadakan pameran dan peluncuran buku di Pejaten House, Jakarta, Selasa (24/2) kemarin.
Hadir dalam acara tersebut, Dewi Motik yang merupakan pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi), Nita Yudi sebagai Ketua Umum Iwapi, termasuk Moza Paramita, anggota Iwapi dari DKI Jakarta, serta pengurus Iwapi dan anggota lainnya. Pameran yang berlangsung pada 22- 26 Februari ini merupakan pameran kain wastra milik pribadi dari Dewi Arimbi Soeharto yang merupakan Ketua DPC Iwapi.
Selain membuat pameran, wanita yang akrab disapa Arimbi ini juga sekaligus meluncurkan buku berjudul The Enchanting Golden Collection . Isi buku meliputi pengetahuan keragaman kain Nusantara dan cara merawatnya, mulai batik, tenun, tapis, hingga songket. Hasil penjualan buku ini akan seluruhnya disumbangkan untuk Yayasan Kanker Indonesia.
Ada cerita di balik pameran yang dikunjungi khusus untuk para undangan ini. Pada usia ke-50, sang ayah maupun ibunda dari Arimbi telah “berpulang” karena menderita penyakit kanker. “Saya berpikir apakah bisa mencapai usia 50. Saya ingin memberi kontribusi lain ketika usia bisa mencapai 50 tahun,” ucap Armbi.
Dari kain wastra pemberian sang suami, peninggalan dari sang ibu, hingga hobinya untuk datang ke pameran kain antik, sehingga begitu banyak kain di lemari, maka tercetuslah ide untuk membuat pameran tersebut. “Saya ingin membuat sesuatu yang bermanfaat, hingga akhirnya memeutuskan membuat gelaran kain antik ini agar untuk edukasi agar jadi lestari,” ucapnya.
Untuk membuat pameran yang mengetengahkan 50 kain dari ratusan kain yang dimilikinya ini, Arimbi melakukan kurasi bersama para kurator. Semua informasi kain dibuat oleh kurator dengan teliti dan dipilih yang orisinal. Banyak di antara kainnya mengandung emas 22 karat maupun berumur ratusan tahun lebih. Ketua Umum Iwapi Anita Yudi menyebutkan Arimbi bisa menginspirasi anggota IWAPI lainnya.
“Benda peninggalan nenek moyang kita punya nilai dan menginspirasi. Bagi saya, tak hanya kainnya yang unik dan langka, juga tempat menaruh kainnya,” kata Nita. Koleksi ini, menurut dia, juga bisa menjadi lahan bisnis. Apalagi motifmotif langka dan tradisional yang sudah jarang ditemukan dapat direplikasi dan diperbanyak.
Dyah ayu pamela
Hadir dalam acara tersebut, Dewi Motik yang merupakan pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi), Nita Yudi sebagai Ketua Umum Iwapi, termasuk Moza Paramita, anggota Iwapi dari DKI Jakarta, serta pengurus Iwapi dan anggota lainnya. Pameran yang berlangsung pada 22- 26 Februari ini merupakan pameran kain wastra milik pribadi dari Dewi Arimbi Soeharto yang merupakan Ketua DPC Iwapi.
Selain membuat pameran, wanita yang akrab disapa Arimbi ini juga sekaligus meluncurkan buku berjudul The Enchanting Golden Collection . Isi buku meliputi pengetahuan keragaman kain Nusantara dan cara merawatnya, mulai batik, tenun, tapis, hingga songket. Hasil penjualan buku ini akan seluruhnya disumbangkan untuk Yayasan Kanker Indonesia.
Ada cerita di balik pameran yang dikunjungi khusus untuk para undangan ini. Pada usia ke-50, sang ayah maupun ibunda dari Arimbi telah “berpulang” karena menderita penyakit kanker. “Saya berpikir apakah bisa mencapai usia 50. Saya ingin memberi kontribusi lain ketika usia bisa mencapai 50 tahun,” ucap Armbi.
Dari kain wastra pemberian sang suami, peninggalan dari sang ibu, hingga hobinya untuk datang ke pameran kain antik, sehingga begitu banyak kain di lemari, maka tercetuslah ide untuk membuat pameran tersebut. “Saya ingin membuat sesuatu yang bermanfaat, hingga akhirnya memeutuskan membuat gelaran kain antik ini agar untuk edukasi agar jadi lestari,” ucapnya.
Untuk membuat pameran yang mengetengahkan 50 kain dari ratusan kain yang dimilikinya ini, Arimbi melakukan kurasi bersama para kurator. Semua informasi kain dibuat oleh kurator dengan teliti dan dipilih yang orisinal. Banyak di antara kainnya mengandung emas 22 karat maupun berumur ratusan tahun lebih. Ketua Umum Iwapi Anita Yudi menyebutkan Arimbi bisa menginspirasi anggota IWAPI lainnya.
“Benda peninggalan nenek moyang kita punya nilai dan menginspirasi. Bagi saya, tak hanya kainnya yang unik dan langka, juga tempat menaruh kainnya,” kata Nita. Koleksi ini, menurut dia, juga bisa menjadi lahan bisnis. Apalagi motifmotif langka dan tradisional yang sudah jarang ditemukan dapat direplikasi dan diperbanyak.
Dyah ayu pamela
(bbg)