Energi Warna di London
A
A
A
Pekan penuh energi dari insan mode di London Fashion Week diisi dengan deretan busana penuh warna untuk musim Autumn/Winter 2015. Berakhir pada Selasa (24/2) lalu, para desainer dan label mode seperti Mary Katrantzou, Piter Pilotto, Erdem, Roksanda, Burberry, dan Christopher Kane menempatkan begitu banyak warna pada deretan busananya.
Peter Pilotto dan partnernya, Christopher de Vos, telah bergerak begitu jauh melampaui asal usul mereka sebagai penengah dari gerakan digi-print London. Namun, semangat untuk membawa sesuatu yang autentik menggabungkan warna dan bentuk pola menarik masih dibawa untuk London Fashion Weekmusim Autumn/Winter 2015ini.
Mengacu pada tekstur material bulu, wol, renda, tenunan bouclem, hiasan bunga kristal, dan beberapa bordir rajutan menawan serta berseni, memberi campuran selera warna yang mencolok. Kreasi dalam printed banyak ditemukan. ”Kami tertarik untuk menemukan kembali tekstur maupun pola warna dan menyukai seni serta grafis yang digunakan di dalamnya,” ujar Pilotto dikutip dari Vogue.co.uk.
Nah yang juga mengejutkan dalam segi warna, Roksanda Ilncic yang berkolaborasi dengan desainer Gary Card untuk musim ini menawarkan begitu banyak tampilan tecnicolor. Sebuah platform psychedelicdari wanita modern dengan menggabungkan color blockingdalam nuansa cerah dan berani, serta garis desain busananya menempatkan kesopanan maksimal dengan banyaknya potongan baju kerah tinggi.
Sebuah gaun A-linedengan rok swishy dalam kombinasi pola pinkdan hijau hitam terlihat lembut diaplikasikan dalam potongan leher polo burgundy. Material bulu muncul dengan nada oranye, merah muda, dan biru midi dalam bentuk mantel panjang. Terlebih lagi permainan warna antara oranye dan hitam dibuat dalam tunik dan celana lebar kulot berayun mengikuti gerakan model dalam warna biru.
Semua yang elegan muncul pada bentuk corsetdalam padanan ikat pinggang tebal perak. Seperti sebuah pencampuran warna yang menyeruak. Technicolor fashion memang begitu mendominasi. Tampilan yang oliagarchsItalia yang semula akan ditampilkan kemudian, beralih dalam konsentrasi Erdem di potongan gaun, rok, dan mantel andalannya.
”Ini kembali sebagai wanita Erdem dalam gaya tahun 1950-an,” kata penata rambut di catwalkErdem, Anthony Turner, dikutip Telegraph. Dapat dikatakan, Erdem telah sukses menunjukkan nuansa abad pertengahan dalam sisi modern selama tiga musim terakhir. Catwalk diiringi denting soundtrack, nuansa sudut-sudut kamar remang-remang, dihiasi dengan furnitur dan lukisan vintageera 1960-an, buku serta majalah yang dimiliki Erdem, menampilkan deretan busana menawan.
Di antaranya juga kaya harmoni warna, seperti gaun dan rok serta mantel warna permata dalam hijau zamrud, amethyst, ruby red, highlightsdari chartreusedan citrine. ”Saya ingin menciptakan karakter di sekitar pertunjukan ini,” ujar Robin Brown, desainer dari Erdem. Selain mengambil banyak percikan warna, desainer Mary Katrantzou turut menampilkan keindahan dari detail rumit.
Koleksi anti-Kenophobia Katrantzou untuk Autumn/Winter 2015 bergema dalam eksplorasi megah gaun Victoria dalam wol ketat, damaskyang dicetak dalam bentuk rok midi, dan peplumsdipasangkan dengan korset minimal menawarkan interpretasi baru siluet lama jam pasir. Semua itu ikut menjadi menarik lewat detail aksesorinya berupa ikat pinggang dan tas clutch-nya.
Di sisi lain muncul juga mantel dengan ransel cerah dalam warna pink, oranye, dan ungu damasksyang seolah berteriak. Kontras dilanjutkan dengan lambang timbul di rok kulit dan potongan sweter blok warna yang eyecatching. Berjudul Patchwork, Pattern, and Prints, musim Autumn /Winter 2015dari Burberry dengan Christopher Bailey sebagai desainernya kali itu mendominasi sisi bohemian bersama banyak warna di dalamnya.
Pengaruh dari seluruh tampilan ini lebih pada pola dan tekstur yang sama memabukkan dengan pengalaman berjalan-jalan ke Liberty, toko seni terkenal dan toko kerajinan di London. ”Saya suka ide yang dibuat intens, potongan buatan tangan,” kata Bailey. Christopher Kane di ajang Pekan Mode London musim ini turut menggelar kreasi yang kaya warna meski untuk musim dingin, nuansa gelap cenderung mendominasi. Misalnya tampilan gaun beludru, gaun tule transparan yang dicetak dengan nada berkilauan. Kemudian ada gaun sweter merah berikut detail bordirnya.
Dyah ayu pamela
Peter Pilotto dan partnernya, Christopher de Vos, telah bergerak begitu jauh melampaui asal usul mereka sebagai penengah dari gerakan digi-print London. Namun, semangat untuk membawa sesuatu yang autentik menggabungkan warna dan bentuk pola menarik masih dibawa untuk London Fashion Weekmusim Autumn/Winter 2015ini.
Mengacu pada tekstur material bulu, wol, renda, tenunan bouclem, hiasan bunga kristal, dan beberapa bordir rajutan menawan serta berseni, memberi campuran selera warna yang mencolok. Kreasi dalam printed banyak ditemukan. ”Kami tertarik untuk menemukan kembali tekstur maupun pola warna dan menyukai seni serta grafis yang digunakan di dalamnya,” ujar Pilotto dikutip dari Vogue.co.uk.
Nah yang juga mengejutkan dalam segi warna, Roksanda Ilncic yang berkolaborasi dengan desainer Gary Card untuk musim ini menawarkan begitu banyak tampilan tecnicolor. Sebuah platform psychedelicdari wanita modern dengan menggabungkan color blockingdalam nuansa cerah dan berani, serta garis desain busananya menempatkan kesopanan maksimal dengan banyaknya potongan baju kerah tinggi.
Sebuah gaun A-linedengan rok swishy dalam kombinasi pola pinkdan hijau hitam terlihat lembut diaplikasikan dalam potongan leher polo burgundy. Material bulu muncul dengan nada oranye, merah muda, dan biru midi dalam bentuk mantel panjang. Terlebih lagi permainan warna antara oranye dan hitam dibuat dalam tunik dan celana lebar kulot berayun mengikuti gerakan model dalam warna biru.
Semua yang elegan muncul pada bentuk corsetdalam padanan ikat pinggang tebal perak. Seperti sebuah pencampuran warna yang menyeruak. Technicolor fashion memang begitu mendominasi. Tampilan yang oliagarchsItalia yang semula akan ditampilkan kemudian, beralih dalam konsentrasi Erdem di potongan gaun, rok, dan mantel andalannya.
”Ini kembali sebagai wanita Erdem dalam gaya tahun 1950-an,” kata penata rambut di catwalkErdem, Anthony Turner, dikutip Telegraph. Dapat dikatakan, Erdem telah sukses menunjukkan nuansa abad pertengahan dalam sisi modern selama tiga musim terakhir. Catwalk diiringi denting soundtrack, nuansa sudut-sudut kamar remang-remang, dihiasi dengan furnitur dan lukisan vintageera 1960-an, buku serta majalah yang dimiliki Erdem, menampilkan deretan busana menawan.
Di antaranya juga kaya harmoni warna, seperti gaun dan rok serta mantel warna permata dalam hijau zamrud, amethyst, ruby red, highlightsdari chartreusedan citrine. ”Saya ingin menciptakan karakter di sekitar pertunjukan ini,” ujar Robin Brown, desainer dari Erdem. Selain mengambil banyak percikan warna, desainer Mary Katrantzou turut menampilkan keindahan dari detail rumit.
Koleksi anti-Kenophobia Katrantzou untuk Autumn/Winter 2015 bergema dalam eksplorasi megah gaun Victoria dalam wol ketat, damaskyang dicetak dalam bentuk rok midi, dan peplumsdipasangkan dengan korset minimal menawarkan interpretasi baru siluet lama jam pasir. Semua itu ikut menjadi menarik lewat detail aksesorinya berupa ikat pinggang dan tas clutch-nya.
Di sisi lain muncul juga mantel dengan ransel cerah dalam warna pink, oranye, dan ungu damasksyang seolah berteriak. Kontras dilanjutkan dengan lambang timbul di rok kulit dan potongan sweter blok warna yang eyecatching. Berjudul Patchwork, Pattern, and Prints, musim Autumn /Winter 2015dari Burberry dengan Christopher Bailey sebagai desainernya kali itu mendominasi sisi bohemian bersama banyak warna di dalamnya.
Pengaruh dari seluruh tampilan ini lebih pada pola dan tekstur yang sama memabukkan dengan pengalaman berjalan-jalan ke Liberty, toko seni terkenal dan toko kerajinan di London. ”Saya suka ide yang dibuat intens, potongan buatan tangan,” kata Bailey. Christopher Kane di ajang Pekan Mode London musim ini turut menggelar kreasi yang kaya warna meski untuk musim dingin, nuansa gelap cenderung mendominasi. Misalnya tampilan gaun beludru, gaun tule transparan yang dicetak dengan nada berkilauan. Kemudian ada gaun sweter merah berikut detail bordirnya.
Dyah ayu pamela
(bbg)