Keselamatan Tergantung Teman
A
A
A
Cepat membaca peluang bisnis adalah senjata yang digunakan aplikasi layanan jasa transportasi, juga gerakan Pulang Konvoi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Go-Jek misalnya, sebenarnya sudah ada sejak 2011, namun belum menggunakan aplikasi lewat ponsel pintar. Baru belakangan ini Go-Jek menggunakan teknologi tersebut. “Kami hadir untuk masyarakat sekarang yang ingin serbacepat juga aman dari segi keselamatan di perjalanan, serta biaya yang ditentukan dari awal berdasarkan jarak,” ujar General Manager of Corporate Relations Go-Jek Sam Dia. Go-Jek menerapkan pola perekrutan yang ketat untuk personelnya.
Mereka mendapat pembekalan dari Polda mengenai kesadaran berlalu lintas. Selain itu para tukang ojek juga mendapat training untuk menggunakan gadget yang diberikan kepadanya demi mengetahui pelanggan yang ingin memesan jasa mereka. Untuk semakin mendekatkan diri dengan pelanggan, Go- Jek membuat pangkalan sendiri. Pangkalan pertama yang mereka buat berada di fX, Senayan.
“Supaya titik temunya satu, jadi pekerja di sekitar Sudirman bisa langsung datang ke fX Senayan, pesan langsung di sana. Pangkalan ini rencananya kami buat banyak, selain di mal, juga di hotel-hotel di Jakarta. Sudah banyak mal yang menawarkan kerja sama dengan kami. Semoga dalam beberapa bulan ke depan sudah banyak pangkalan Go- Jek di mal-mal dan hotel di Ibu Kota,” kata Sam.
Adapun GrabTaxi menjadi startup terbesar di Asia Tenggara. Bahkan, GrabTaxi telah mendapatkan pendanaan sebesar USD90 juta (Rp1 triliun) dalam jangka waktu satu tahun, salah satu pendanaan terbesar yang diterima oleh sebuah startup di Asia Tenggara. “Risiko menjadi korban aksi kecurangan maupun kriminal dari oknum pengemudi taksi ada di tangan kami sendiri.
Kami ingin menumbuhkan kesadaran itu dengan melibatkan figur publik dan influencer,” ujar Head of Marketing Grab Taksi Indonesia Kiki Rizki kepada KORANSINDO. Aplikasi yang tersedia di Google Play, App Store, dan Blackberry World buatan perusahaan asal Malaysia tersebut telah diunduh lebih dari 3 juta kali sehari, digunakan 620.000 orang per hari, serta 6 pemesanan setiap detik.
Menurut Kiki Rizki, cepatnya adopsi GrabTaksi karena beberapa faktor. Selain mudah dan nyaman dalam memesan taksi, juga lebih aman. “Fitur-fitur yang ada di aplikasi GrabTaxi dirancang agar penumpang lebih aman,” sebutnya. Fitur My Driver Identity , misalnya, akan memberikan informasi nama, nomor ponsel, nomor registrasi kendaraan, foto pengemudi, perkiraan waktu tiba ke lokasi penjemputan, serta tarif perjalanan.
Selain itu, ada Track My Driver yang menampilkan posisi pengemudi saat menuju lokasi penjemputan, atau Share My Ride untuk mengirim pesan, e-mail, atau tautan jejaring sosial untuk memonitor perjalanan taksi secara real time . Sementara, respons yang luar biasa juga dialami Dito, pelopor Pulang Konvoi. Dari Saran Agus, teman kantor Dito, pemikirannya tersebut diaplikasikan lewat akun Twitter.
Tak disangka dalam 1 hari sudah memiliki 500 pengikut. “Kami cuma minta retweet -an selebtwit saja, ternyata ampuh. Kami jadi lebih dikenal sekarang,” ujar Dito. Untuk semakin membuat orang percaya dan merasa lebih aman, ada beberapa ketentuan yang dianjurkan sebelum memulai konvoi.
Dimulai dari janjian hanya via Twitter, kemudian dilanjutkan pada pertemuan di tempat ramai dan aman seperti kantor polisi dan SPBU. Ketika sedang konvoi, para Lakon (sebutan untuk peserta Pulang Konvoi) juga dianjurkan menaati peraturan lalu lintas dan tidak mengganggu pengendara lainnya di luar mereka.
“Kami sedang gencar mengimbau Lakon jangan mengobrol saat sedang konvoi karena bagaimanapun kami di jalan umum. Jarak dari satu Lakon ke Lakon 5 meter, jarak pas untuk konvoi,” sebut Dito. Cukup diminati para pekerja di Ibu Kota membuat Dito dan Agus ingin melebarkan sayap dengan disediakannya aplikasi.
Jadi, bukan hanya di Twitter . “Supaya lebih aman dan praktis, tentunya aplikasi dibutuhkan. Ini semua demi kenyaman bersama,” ujarnya. Pulang Konvoi sudah ada 3 admin lagi yang membantu Dito dan Agus untuk mengawasi jalannya Lakon yang ingin konvoi.
Ananda nararya
Go-Jek misalnya, sebenarnya sudah ada sejak 2011, namun belum menggunakan aplikasi lewat ponsel pintar. Baru belakangan ini Go-Jek menggunakan teknologi tersebut. “Kami hadir untuk masyarakat sekarang yang ingin serbacepat juga aman dari segi keselamatan di perjalanan, serta biaya yang ditentukan dari awal berdasarkan jarak,” ujar General Manager of Corporate Relations Go-Jek Sam Dia. Go-Jek menerapkan pola perekrutan yang ketat untuk personelnya.
Mereka mendapat pembekalan dari Polda mengenai kesadaran berlalu lintas. Selain itu para tukang ojek juga mendapat training untuk menggunakan gadget yang diberikan kepadanya demi mengetahui pelanggan yang ingin memesan jasa mereka. Untuk semakin mendekatkan diri dengan pelanggan, Go- Jek membuat pangkalan sendiri. Pangkalan pertama yang mereka buat berada di fX, Senayan.
“Supaya titik temunya satu, jadi pekerja di sekitar Sudirman bisa langsung datang ke fX Senayan, pesan langsung di sana. Pangkalan ini rencananya kami buat banyak, selain di mal, juga di hotel-hotel di Jakarta. Sudah banyak mal yang menawarkan kerja sama dengan kami. Semoga dalam beberapa bulan ke depan sudah banyak pangkalan Go- Jek di mal-mal dan hotel di Ibu Kota,” kata Sam.
Adapun GrabTaxi menjadi startup terbesar di Asia Tenggara. Bahkan, GrabTaxi telah mendapatkan pendanaan sebesar USD90 juta (Rp1 triliun) dalam jangka waktu satu tahun, salah satu pendanaan terbesar yang diterima oleh sebuah startup di Asia Tenggara. “Risiko menjadi korban aksi kecurangan maupun kriminal dari oknum pengemudi taksi ada di tangan kami sendiri.
Kami ingin menumbuhkan kesadaran itu dengan melibatkan figur publik dan influencer,” ujar Head of Marketing Grab Taksi Indonesia Kiki Rizki kepada KORANSINDO. Aplikasi yang tersedia di Google Play, App Store, dan Blackberry World buatan perusahaan asal Malaysia tersebut telah diunduh lebih dari 3 juta kali sehari, digunakan 620.000 orang per hari, serta 6 pemesanan setiap detik.
Menurut Kiki Rizki, cepatnya adopsi GrabTaksi karena beberapa faktor. Selain mudah dan nyaman dalam memesan taksi, juga lebih aman. “Fitur-fitur yang ada di aplikasi GrabTaxi dirancang agar penumpang lebih aman,” sebutnya. Fitur My Driver Identity , misalnya, akan memberikan informasi nama, nomor ponsel, nomor registrasi kendaraan, foto pengemudi, perkiraan waktu tiba ke lokasi penjemputan, serta tarif perjalanan.
Selain itu, ada Track My Driver yang menampilkan posisi pengemudi saat menuju lokasi penjemputan, atau Share My Ride untuk mengirim pesan, e-mail, atau tautan jejaring sosial untuk memonitor perjalanan taksi secara real time . Sementara, respons yang luar biasa juga dialami Dito, pelopor Pulang Konvoi. Dari Saran Agus, teman kantor Dito, pemikirannya tersebut diaplikasikan lewat akun Twitter.
Tak disangka dalam 1 hari sudah memiliki 500 pengikut. “Kami cuma minta retweet -an selebtwit saja, ternyata ampuh. Kami jadi lebih dikenal sekarang,” ujar Dito. Untuk semakin membuat orang percaya dan merasa lebih aman, ada beberapa ketentuan yang dianjurkan sebelum memulai konvoi.
Dimulai dari janjian hanya via Twitter, kemudian dilanjutkan pada pertemuan di tempat ramai dan aman seperti kantor polisi dan SPBU. Ketika sedang konvoi, para Lakon (sebutan untuk peserta Pulang Konvoi) juga dianjurkan menaati peraturan lalu lintas dan tidak mengganggu pengendara lainnya di luar mereka.
“Kami sedang gencar mengimbau Lakon jangan mengobrol saat sedang konvoi karena bagaimanapun kami di jalan umum. Jarak dari satu Lakon ke Lakon 5 meter, jarak pas untuk konvoi,” sebut Dito. Cukup diminati para pekerja di Ibu Kota membuat Dito dan Agus ingin melebarkan sayap dengan disediakannya aplikasi.
Jadi, bukan hanya di Twitter . “Supaya lebih aman dan praktis, tentunya aplikasi dibutuhkan. Ini semua demi kenyaman bersama,” ujarnya. Pulang Konvoi sudah ada 3 admin lagi yang membantu Dito dan Agus untuk mengawasi jalannya Lakon yang ingin konvoi.
Ananda nararya
(bbg)