Bisnis dan Ilmu Nilai Tambah
A
A
A
PEREMPUAN tetap bisa aktif mengembangkan potensinya, termasuk dalam hal berbisnis. Meskipun ketika telah menjadi ibu, perempuan yang fokus menjadi ibu rumah tangga tetap bisa berbisnis dan menuai penghasilan dari rumah.
Di Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis (IIDB), yang mulai ada sejak 2011 silam, hal tersebut sangat mungkin terjadi. Komunitas yang awalnya terbentuk dari perkumpulan Ibu-Ibu Doyan Nulis ini aktif di media sosial Facebook dengan tema diskusi harian yang berbeda bahasan setiap harinya. ”Di grup kami sharing ilmu, ada satu hari, yaitu Jumat, yang khusus untuk ibu-ibu bisa beriklan bisnis mereka,” kata Hayati Fauziyah, humas IIDB.
Namun, menurut Ozie, sapaan akrab Hayati, tak sembarang iklan bisa dimuat di IIDB. Biasanya iklan harus disertai dengan artikel atau tips agar pembeli ikut teredukasi. Misalnya mereka yang berjualan batik, sebelumnya menyertakan juga informasi bagaimana merawat pakaian batik agar tidak luntur. Atau bagi yang berjualan madu, dapat memberikan informasi manfaat madu yang dijualnya untuk kesehatan.
”Ini selalu kami biasakan. Kalau hard selling kan itu semua orang bisa lakukan di pasar,” sebutnya. Seleksi itu dilakukan karena anggota IIDB yang sudah cukup banyak berjumlah 17.000 anggota. Terkadang para anggota yang baru tergabung belum mengetahui aturan dan budaya tersebut. Hal ini terus diingatkan agar anggota IIDB terbiasa menjual sesuatu, tetapi memiliki nilai tambah untuk konsumen.
Anggota yang demikian banyak juga membuat IIDB punya banyak cabang, hampir di seluruh Indonesia, juga bebe rapa anggota di luar negeri. Masing-ma sing bergerak di kota mereka, membuat kegiatan sendiri. Meski begitu tetap ada koordinasi. IIDB pusat beberapa kali juga telah membuat pameran tahunan, yakni IIDB Expo. Pada acara IIDB Expo, anggotanya tak hanya membuat pameran dan memperkenalkan produk mereka. Di dalamnya juga ada acara seminar dan workshop yang mengundang pakar dan pengusaha untuk bisa berbagi pengetahuan dan ilmu bisnisnya.
”IIDB juga ada kopdar dan yang paling sering buat kegiatan ini IIDB wilayah Tangerang, Jawa Timur, dan Bandung,” sebut Ozie yang saat ini juga sibuk berbisnis batik. Kegiatan utama Komunitas IIDB memang lebih sering dilalukan offline lewat diskusi tadi. Meski begitu, obrolan di grup Facebook relatif tidak pernah sepi. Anggotanya juga tak terbatas ibuibu, perempuan yang belum menikah, karyawan atau profesi apa pun juga bisa bergabung, dengan tetap ada seleksi melalui profil calon anggota.
Lebih lanjut Ozie mengungkapkan adanya Komunitas IIDB akhirnya membuat para perempuan yang punya minat dalam hal bisnis bisa memperluas jaringannya. Selain sebagai sarana sila turahim, komunitas ini ingin ikut mengedukasi dan menginspirasi perempuan untuk terus berkarya.
”Kita juga jadi ketemu solusi dari diskusi harian, misalnya saat ada anggota yang fotonya dijiplak pesaing, bagaimana menangani persaingan harga dengan barang yang sama,” ujar Ozie.
Dyah ayu pamela
Di Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis (IIDB), yang mulai ada sejak 2011 silam, hal tersebut sangat mungkin terjadi. Komunitas yang awalnya terbentuk dari perkumpulan Ibu-Ibu Doyan Nulis ini aktif di media sosial Facebook dengan tema diskusi harian yang berbeda bahasan setiap harinya. ”Di grup kami sharing ilmu, ada satu hari, yaitu Jumat, yang khusus untuk ibu-ibu bisa beriklan bisnis mereka,” kata Hayati Fauziyah, humas IIDB.
Namun, menurut Ozie, sapaan akrab Hayati, tak sembarang iklan bisa dimuat di IIDB. Biasanya iklan harus disertai dengan artikel atau tips agar pembeli ikut teredukasi. Misalnya mereka yang berjualan batik, sebelumnya menyertakan juga informasi bagaimana merawat pakaian batik agar tidak luntur. Atau bagi yang berjualan madu, dapat memberikan informasi manfaat madu yang dijualnya untuk kesehatan.
”Ini selalu kami biasakan. Kalau hard selling kan itu semua orang bisa lakukan di pasar,” sebutnya. Seleksi itu dilakukan karena anggota IIDB yang sudah cukup banyak berjumlah 17.000 anggota. Terkadang para anggota yang baru tergabung belum mengetahui aturan dan budaya tersebut. Hal ini terus diingatkan agar anggota IIDB terbiasa menjual sesuatu, tetapi memiliki nilai tambah untuk konsumen.
Anggota yang demikian banyak juga membuat IIDB punya banyak cabang, hampir di seluruh Indonesia, juga bebe rapa anggota di luar negeri. Masing-ma sing bergerak di kota mereka, membuat kegiatan sendiri. Meski begitu tetap ada koordinasi. IIDB pusat beberapa kali juga telah membuat pameran tahunan, yakni IIDB Expo. Pada acara IIDB Expo, anggotanya tak hanya membuat pameran dan memperkenalkan produk mereka. Di dalamnya juga ada acara seminar dan workshop yang mengundang pakar dan pengusaha untuk bisa berbagi pengetahuan dan ilmu bisnisnya.
”IIDB juga ada kopdar dan yang paling sering buat kegiatan ini IIDB wilayah Tangerang, Jawa Timur, dan Bandung,” sebut Ozie yang saat ini juga sibuk berbisnis batik. Kegiatan utama Komunitas IIDB memang lebih sering dilalukan offline lewat diskusi tadi. Meski begitu, obrolan di grup Facebook relatif tidak pernah sepi. Anggotanya juga tak terbatas ibuibu, perempuan yang belum menikah, karyawan atau profesi apa pun juga bisa bergabung, dengan tetap ada seleksi melalui profil calon anggota.
Lebih lanjut Ozie mengungkapkan adanya Komunitas IIDB akhirnya membuat para perempuan yang punya minat dalam hal bisnis bisa memperluas jaringannya. Selain sebagai sarana sila turahim, komunitas ini ingin ikut mengedukasi dan menginspirasi perempuan untuk terus berkarya.
”Kita juga jadi ketemu solusi dari diskusi harian, misalnya saat ada anggota yang fotonya dijiplak pesaing, bagaimana menangani persaingan harga dengan barang yang sama,” ujar Ozie.
Dyah ayu pamela
(ars)