Popularitas Teknik Tanam Benang

Rabu, 08 April 2015 - 10:10 WIB
Popularitas Teknik Tanam Benang
Popularitas Teknik Tanam Benang
A A A
PERKEMBANGAN teknologi di industri kecantikan, melahirkan banyak metode perawatan kulit wajah, mulai filler, botox , hingga tanam benang.

Meskipun tanam benang sudah ada di Indonesia sejak tiga tahun terakhir, popularitasnya masih tetap bertahan. Hal itu karena teknik tanam benang tidak lagi memerlukan prosedur operasi, melainkan hanya anastesi lokal berupa krim.

Menurut Dokter Yeti N Affandi SpKK(K) dari KinikEstetika yang ditemui di Restoran Bunga Rampai, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (19/3), teknologi kecantikan yang sering disebut dengan threadlift ini dilakukan dengan cara memasukkan benang halus khusus ke lapisan bawah kulit. Tujuannya merangsang terjadinya reaksi pembentukan jaringan fibrinogen dan kolagen yang berfungsi mengencangkan kulit kendur, meningkatkan elastisitas kulit, dan memperbaiki sirkulasi pembuluh darah sehingga dapat mengurangi dampak timbulnya kerutan.

Adapun menurut dr Roberto Pizzamiglia dari Dr Leahs Clinic, di Moorgate, London, Inggris, seperti dilansir dari Dailymail.co.uk, benang yang biasanya digunakan dalam teknik tanam benang adalah jenis polydioxanone (PDO) yang cenderung aman digunakan di kulit. Benang polydioxanone terdiri atas berbagai bentuk, yakni bergerigi, berkait, spiral, dan polos yang memiliki efek yang baik untuk meremajakan kulit.

“Benang bergerigi berbeda dengan benang polos yang memiliki permukaan yang sedikit kasar dan berfungsi menarik kulit yang kendur menjadi lebih kencang kembali,” sebut dr Roberto Pizzamiglia. Benang ini memiliki dua ukuran, yakni sekitar 25-60 mm dan 60-90 mm. Ukuran benang pun bermacam-macam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien. Misalnya untuk hidung dan dahi benang yang digunakan berukuran 25 mm. Untuk pipi menggunakan benang berukuran 60 mm.

Sementara untuk bagian-bagian tubuh lain seperti perut atau pinggul, biasanya menggunakan benang dengan ukuran yang lebih panjang, yakni 60-90 mm. “Jenis benang permanen ini memiliki tekstur yang halus serta umum digunakan untuk tindakan bedah organ dalam, seperti jantung, dan paru-paru,” kata dr Roberto Pizzamiglia. Menurut dr Yeti, benang yang digunakan dalam teknik tanam benang, bisanya dapat hancur dan menyerap ke dalam tubuh lebih kurang selama delapan bulan hingga 1,5 tahun.

Namun, bentuk wajah yang telah ditanami benang masih akan bertahan hingga dua tahun. Rata-rata jumlah benang yang digunakan untuk seluruh wajah berjumlah 50 sampai 200 benang. Namun, hal ini sangat tergantung faktor usia setiap pasien. Sebab, semakin tua pasien, maka kualitas kulit pun menurun dan memengaruhi jumlah produksi kolagen di kulit. Harga prosedur tanam benang sangat tergantung dengan jumlah benang yang digunakan.

Di Klinik Estetika misalnya, tanam benang dibanderol dengan harga Rp3 juta persepuluh benang. Namun, hal ini masih disesuaikan dengan jenis, dan bentuk benang yang dipakai. Tanam benang sangat berbeda dengan operasi plastik yang mengharuskan pasien untuk beristirahat dalam kurun waktu yang cenderung lama pascatindakan. Tanam benang tidak mengharuskan pasien untuk beristirahat dalam waktu yang lama.

Dwi nur ratnaningsih
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4847 seconds (0.1#10.140)