Wadah Tender Bebas Korupsi
A
A
A
Lewat Tenderind, Eric Sugianto ingin membuat proses tender atau pengadaan yang melibatkan lembaga pemerintah dengan pihak kontraktor menjadi sesuatu yang mudah, transparan, sederhana, dan bebas korupsi.
Berbekal pengalaman cukup lama di Silicon Valley, Eric kembali ke Indonesia dengan satu masalah yang ingin dipecahkan. Yakni, bagaimana proyek tender di berbagai sektor bisa dilakukan secara terbuka dan mudah. ”Korupsi adalah problematik utama di Indonesia. Sedangkan tender adalah lahannya korupsi,” ungkapnya.
Layanan Tenderin, menurut Eric, menghadirkan sistem tender yang lebih baik, transparan, serta mempermudah perusahaan dan kontraktor bekerja sama. Fungsi Tenderind serupa marketplace. Di tempat ini perusahaan yang memiliki proyek atau tender dan kontraktor atau supplier yang mencari proyek diharapkan bisa bertemu, lengkap dengan informasi mengenai jangka waktu proyek serta nominalnya. ”Pengguna kami memang segmen B2B (business to business),” papar Eric.
Untuk mendaftarkan proyek melalui Tenderind juga memerlukan proses, sehingga tidak sembarang orang bisa menjadi user. Menurut Eric, setiap user yang mendaftarkan keanggotaan di Tenderind akan terlebih dahulu dicek apakah benar ada secara hukum dan sah dalam menjalankan bisnis. Ada beberapa berkas yang dipenuhi untuk melakukan registrasi dan validasi.
”Penting bagi kami untuk menciptakan kepercayaan diantara user Tenderind. Kedepannya, kami juga akan mengembangkan tim legal atau hukum yang mengecek kelapangan,” paparnya.
Zero Marketing Effort
Tenderind baru mulai beroperasi sejak Januari 2015. Tapi, pencapaian mereka terbilang mengagumkan. Tercatat sudah ada 219 perusahaan yang terdaftar di Tenderind dan 855 proyek atau tender yang diunggah. Bahkan, Menurut Eric ada sebagian perusahaan maupun kontraktor luar negeri yang juga mendaftarkan diri di Tenderind. ”Respon yang kami dapat dari mulut ke mulut sangat positif,” paparnya.
Marketplace berisi proyek atau tender maupun di Indonesia bukan ranah baru di tanah air. Sudah ada beberapa pemain di ranah tersebut, seperti Pengadaan.net dan Tender Indonesia. Meski demikian, Tenderind memiliki sistem yang jelas lebih unggul. Antara lain sudah mengindeks beragam jenis proyek atau tender dari berbagai kota sehingga pengguna dapat mencari dengan mudah. Selain itu Tenderind juga mengklaim menampilkan informasi yang lebih lengkap dan transparan.
Tapi, tantangan utama Tenderind menurut Eric adalah penggunanya. ”Mereka yang menjadi decision maker dalam tender ini umumnya adalah orang sudah sangat berpengalaman dan memiliki jabatan tinggi, tapi bukan dari kalangan tech savvy. Oleh sebab itu kita selalu berusaha mengembangkan antarmuka Tenderind agar selalu user friendly,” ujar Eric.
Eric menuturkan bahwa ke depan dia ingin agar Tenderind tidah hanya sekadar menjadi marketplace bagi proyek atau tender tetapi juga digunakan sebagai sistem tender yang terstandarisasi dan menjadi alat panduan bagi para investor.
Cahyandaru kuncorojati
Berbekal pengalaman cukup lama di Silicon Valley, Eric kembali ke Indonesia dengan satu masalah yang ingin dipecahkan. Yakni, bagaimana proyek tender di berbagai sektor bisa dilakukan secara terbuka dan mudah. ”Korupsi adalah problematik utama di Indonesia. Sedangkan tender adalah lahannya korupsi,” ungkapnya.
Layanan Tenderin, menurut Eric, menghadirkan sistem tender yang lebih baik, transparan, serta mempermudah perusahaan dan kontraktor bekerja sama. Fungsi Tenderind serupa marketplace. Di tempat ini perusahaan yang memiliki proyek atau tender dan kontraktor atau supplier yang mencari proyek diharapkan bisa bertemu, lengkap dengan informasi mengenai jangka waktu proyek serta nominalnya. ”Pengguna kami memang segmen B2B (business to business),” papar Eric.
Untuk mendaftarkan proyek melalui Tenderind juga memerlukan proses, sehingga tidak sembarang orang bisa menjadi user. Menurut Eric, setiap user yang mendaftarkan keanggotaan di Tenderind akan terlebih dahulu dicek apakah benar ada secara hukum dan sah dalam menjalankan bisnis. Ada beberapa berkas yang dipenuhi untuk melakukan registrasi dan validasi.
”Penting bagi kami untuk menciptakan kepercayaan diantara user Tenderind. Kedepannya, kami juga akan mengembangkan tim legal atau hukum yang mengecek kelapangan,” paparnya.
Zero Marketing Effort
Tenderind baru mulai beroperasi sejak Januari 2015. Tapi, pencapaian mereka terbilang mengagumkan. Tercatat sudah ada 219 perusahaan yang terdaftar di Tenderind dan 855 proyek atau tender yang diunggah. Bahkan, Menurut Eric ada sebagian perusahaan maupun kontraktor luar negeri yang juga mendaftarkan diri di Tenderind. ”Respon yang kami dapat dari mulut ke mulut sangat positif,” paparnya.
Marketplace berisi proyek atau tender maupun di Indonesia bukan ranah baru di tanah air. Sudah ada beberapa pemain di ranah tersebut, seperti Pengadaan.net dan Tender Indonesia. Meski demikian, Tenderind memiliki sistem yang jelas lebih unggul. Antara lain sudah mengindeks beragam jenis proyek atau tender dari berbagai kota sehingga pengguna dapat mencari dengan mudah. Selain itu Tenderind juga mengklaim menampilkan informasi yang lebih lengkap dan transparan.
Tapi, tantangan utama Tenderind menurut Eric adalah penggunanya. ”Mereka yang menjadi decision maker dalam tender ini umumnya adalah orang sudah sangat berpengalaman dan memiliki jabatan tinggi, tapi bukan dari kalangan tech savvy. Oleh sebab itu kita selalu berusaha mengembangkan antarmuka Tenderind agar selalu user friendly,” ujar Eric.
Eric menuturkan bahwa ke depan dia ingin agar Tenderind tidah hanya sekadar menjadi marketplace bagi proyek atau tender tetapi juga digunakan sebagai sistem tender yang terstandarisasi dan menjadi alat panduan bagi para investor.
Cahyandaru kuncorojati
(ars)