Dewaraja Yang Legendaris

Minggu, 03 Mei 2015 - 11:16 WIB
Dewaraja Yang Legendaris
Dewaraja Yang Legendaris
A A A
KEMEGAHAN adibusana batik dari maestro batik Indonesia Iwan Tirta hadir dalam sebuah pergelaran busana tunggal di Ballroom Fairmont Hotel, Jakarta, 27 April lalu.

Dengan tema “Dewaraja” desain exquisite batik warisan yang legendaris itu tampil extravaganza .

“Dewaraja”, sebuah tajuk yang dipilih untuk menggambarkan keseluruhan koleksi memiliki makna pencapaian tertinggi spiritual secara universal. Dewa Raja merupakan konsep universal tentang penyatuan cahaya dalam sejarah Majapahit pada abad ke-12 dan terdokumentasikan dengan baik dalam arsip yang terdiri dari 10.000 motif yang didokumentasikan oleh mendiang Iwan Tirta.

“Ini merupakan show tunggal pertama sejak berpulangnya almarhum Iwan Tirta sehingga menjadi sangat spesial untuk khasanah fashion dan penikmat batik,” ujar Johanes Bima, CEO Iwan Tirta Private Collection, saat konferensi pers di Jakarta, Senin (27/4). Dalam panggung berbentuk persegi, muncul sebuah pertunjukan pembuka singkat dari penari yang menggunakan topeng. Kemudian, muncul dua koleksi pertama yang bentuk cape dress bernada ungu dan broken white dalam bahan lembut sutera.

“Koleksi Dewaraja diklasifikasikan ke dalam 3 sekuen perjalanan menuju Dewaraja, yaitu Dualisme, Reflection, dan Light upon Light,” ungkap Era Soekamto, Direktur Kreatif Iwan Tirta Private Collection. Konsep Dualisme (Samsara Nirvana) mewakili potret kehidupan yang penuh dualisme dan referensi mayoritas diambil dari motif batik Bali. Ide ini diinterpretasikan ke dalam rangkaian karya bernuansa putih yang memberukesan akhir lebih tajam dan mapan.

Sementara konsep kedua, Reflection diambil dari Kitab Siwaratri Kalpa. Sebuah konsep tentang berkaca dan refleksi yang terinspirasi dari kecintaan mendiang Iwan Tirta dalam mengeksplorasi motif berdimensi mirroring . Motif-motif mirroring tersebut dihadirkan dengan anggun dalam rangkaian high-neck dress atau flowing coat dresses . Sementara untuk kaum pria motif mirroring pada kemeja lengan panjang memberi kesan berwibawa sekaligus muda. Kemudian konsep terakhir, Light upon Light (Antahkarana), perjalanan menuju cahaya banyak menghadirkan sumber motif yang berasal dari motif Modang, Parang Kemitir, atau Polengan.

Motifmotif yang didominasi warna hitam, emas, dan silver tersebut tampil dalam wujud yang terasa lebih glamor sekaligus modern. Hal itu turut dipertegas dengan penggunaan aksesori yang membuat semakin glamor, mutiara earrings, termasuk dengan gelang bernuansa tradisional glamor yang masif. Di bawah rancangan Era Soekamto, esensi dalam eksplorasi sebuah motif menjadi karya desain tetap mengacu pada nilai-nilai luhur kebudayaan serta bersinergi dengan relevansi gaya hidup masa kini. Sebuah prinsip yang mengakar pada warisan kebudayaan untuk kemudian menjalar pada generasi sekarang.

“Iwan Tirta selalu mengembangkan motif-motif kuno dan motif kuno selalu berbicara tentang holistik dan spiritual, sesuatu yang transental, berbicara tentang ketuhanan,” ungkap Era lagi. Hal itulah yang kemudian Era jadikan pakem utama dalam mengembangkan motif-motif Iwan Tirta. Motif warisan almarhum juga bercerita tentang leadership dan berasosiasi dengan batiknya para raja, yakni sebuah simbol yang merepresentasikan status sosial, eleganitas, dan kemapanan berpikir.

“Sebabnya melalui Iwan Tirta Private Collection, saya ingin para pengapresiasi dan loyalis batik dapat merasakan semangat kepemimpinan dan kekuatan yang dilahirkan ketika mengenakannya,” ujar Era. Dalam pagelaran, koleksinya tak hanya menyiratkan nuansa glamor dengan kehadiran palet emas, broken white , ataupun hitam. Muncul juga warna berani, seperti merah, oranye, nuansa ceria hijau putih. K

emudian tak hanya ditemui aksen kerut di bagian belakang tapi ada juga potongan dress maxi yang loose dengan lengan panjang. Di akhir pagelaran, muncul dua baju penutup berupa long dress dan aksesori kepala spektakuler yang kemudian mendapat sambutan tepuk tangan membahana dari tamu yang hadir.

Dyah ayu pamela
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4637 seconds (0.1#10.140)