Mengenal Penyakit Tiroid Seperti yang Dialami Jessica Iskandar
Kamis, 16 Juli 2020 - 07:33 WIB
JAKARTA - Jessica Iskandar didiagnosis mengalami penyakit tiroid. Apa sebenarnya penyakit tersebut? Tiroid dikenal juga penyakit autoimun, yakni jenis gangguan kesehatan di mana sistem imunitas tubuh menyerang tubuh.
Melansir Healthline, dalam kondisi sehat, sistem imunitas seharusnya melawan bakteri dan virus. Tapi, serangan ini membuat sistem kekebalan tubuh justru menyerang bagian tubuh tertentu seperti kulit. Kondisi ini mampu mengeluarkan protein yang menyebabkan autoantibodies yang menyerang sel sehat.
Sementara, penyakit ini memiliki 80 jenis. Beberapa yang populer adalah diabetes tipe 1, lupus, psoriasis, multiple sclerosis, hingga heumatoid arthritis. Sekira 24 juta atau 7% penduduk Amerika Serikat diketahui mengalami penyakit autoimun. Biasanya, penderita penyakit tersebut adalah perempuan dan gejala muncul saat dewasa.
Lalu, apa risiko penyakit autoimun ini? Makan makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan makanan olahan diduga terkait peradangan yang mungkin memicu respons kekebalan. Namun, ini belum terbukti. Selain itu, ada beberapa faktor tertentu lainnya yang dapat meningkatkan risiko. Diantaranya genetik.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa riwayat keluarga penyakit autoimun adalah faktor risiko yang kuat. Medical News Today menyebut, gender wanita memiliki risiko lebih besar terkena penyakit autoimun daripada pria. Para peneliti tidak yakin mengapa wanita lebih berisiko mengidap penyakit ini, tetapi faktor hormonal atau fakta bahwa wanita cenderung memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat dapat berperan.
Selain itu, usia, gangguan autoimun sering terjadi pada orang dewasa muda dan mereka yang berusia paruh baya. Di sisi lain, etnisitas yakni penduduk asli Amerika, Latin dan Afrika-Amerika umumnya mengembangkan gangguan autoimun pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada Kaukasia. Infeksi, di mana jika seseorang yang secara genetik memiliki kecenderungan menderita infeksi virus atau bakteri tertentu, berisiko lebih besar mengidap penyakit autoimun di masa depan.
Sementara, alasan di balik risiko ini masih belum jelas. Para peneliti masih terus meneliti peran infeksi sebelumnya pada sistem kekebalan berisiko. (Baca juga: Sakit Takikardia dan Tiroid, Jessica Iskandar: Berasa Jadi Manusia ).
Adapun gejala awal dari penyakit autoimun sangat mirip. Seperti halnya kelelahan, otot pegal, bengkak dan kemerahan, demam ringan, kesulitan berkonsentrasi, mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki, rambut rontok, ruam kulit. Penyakit individual juga dapat memiliki gejala uniknya sendiri.
Misalnya, diabetes tipe 1 menyebabkan rasa haus yang ekstrem, penurunan berat badan, dan kelelahan. Inflammatory bowel disease (IBD) menyebabkan sakit perut, kembung, dan diare. Sedangkan, penyakit autoimun seperti psoriasis atau rheumatoid arthritis (RA), gejalanya mungkin datang dan pergi. Suatu periode gejala disebut flare-up. Masa ketika gejala hilang disebut remisi.
Melansir Healthline, dalam kondisi sehat, sistem imunitas seharusnya melawan bakteri dan virus. Tapi, serangan ini membuat sistem kekebalan tubuh justru menyerang bagian tubuh tertentu seperti kulit. Kondisi ini mampu mengeluarkan protein yang menyebabkan autoantibodies yang menyerang sel sehat.
Sementara, penyakit ini memiliki 80 jenis. Beberapa yang populer adalah diabetes tipe 1, lupus, psoriasis, multiple sclerosis, hingga heumatoid arthritis. Sekira 24 juta atau 7% penduduk Amerika Serikat diketahui mengalami penyakit autoimun. Biasanya, penderita penyakit tersebut adalah perempuan dan gejala muncul saat dewasa.
Lalu, apa risiko penyakit autoimun ini? Makan makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan makanan olahan diduga terkait peradangan yang mungkin memicu respons kekebalan. Namun, ini belum terbukti. Selain itu, ada beberapa faktor tertentu lainnya yang dapat meningkatkan risiko. Diantaranya genetik.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa riwayat keluarga penyakit autoimun adalah faktor risiko yang kuat. Medical News Today menyebut, gender wanita memiliki risiko lebih besar terkena penyakit autoimun daripada pria. Para peneliti tidak yakin mengapa wanita lebih berisiko mengidap penyakit ini, tetapi faktor hormonal atau fakta bahwa wanita cenderung memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat dapat berperan.
Selain itu, usia, gangguan autoimun sering terjadi pada orang dewasa muda dan mereka yang berusia paruh baya. Di sisi lain, etnisitas yakni penduduk asli Amerika, Latin dan Afrika-Amerika umumnya mengembangkan gangguan autoimun pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada Kaukasia. Infeksi, di mana jika seseorang yang secara genetik memiliki kecenderungan menderita infeksi virus atau bakteri tertentu, berisiko lebih besar mengidap penyakit autoimun di masa depan.
Sementara, alasan di balik risiko ini masih belum jelas. Para peneliti masih terus meneliti peran infeksi sebelumnya pada sistem kekebalan berisiko. (Baca juga: Sakit Takikardia dan Tiroid, Jessica Iskandar: Berasa Jadi Manusia ).
Adapun gejala awal dari penyakit autoimun sangat mirip. Seperti halnya kelelahan, otot pegal, bengkak dan kemerahan, demam ringan, kesulitan berkonsentrasi, mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki, rambut rontok, ruam kulit. Penyakit individual juga dapat memiliki gejala uniknya sendiri.
Misalnya, diabetes tipe 1 menyebabkan rasa haus yang ekstrem, penurunan berat badan, dan kelelahan. Inflammatory bowel disease (IBD) menyebabkan sakit perut, kembung, dan diare. Sedangkan, penyakit autoimun seperti psoriasis atau rheumatoid arthritis (RA), gejalanya mungkin datang dan pergi. Suatu periode gejala disebut flare-up. Masa ketika gejala hilang disebut remisi.
(tdy)
Lihat Juga :
tulis komentar anda