Produk Tembakau Alternatif Rendah Risiko Kesehatan, Ini Penjelasan BRIN
Selasa, 04 April 2023 - 18:47 WIB
JAKARTA - Berbagai informasi keliru alias hoax terhadap produk tembakau alternatif masih banyak beredar di masyarakat. Untuk mengurangi misinformasi tersebut, maka diperlukan peningkatan kajian ilmiah mengenai produk tembakau alternatif yang dilakukan di dalam negeri.
Peneliti dan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (UNPAD), Neily Zakiyah, mengatakan bahwa penyebarluasan informasi tentang profil risiko dan manfaat dari produk tembakau alternatif sebaiknya berbasis fakta dan memiliki hasil kajian ilmiah. Hal ini penting agar masyarakat mendapat informasi yang komprehensif dan akurat. “Tujuannya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai produk tersebut yang berdasarkan bukti ilmiah sehingga dapat mencegah terjadinya misinformasi,” ujar Neily, Selasa (4/4).
Neily menambahkan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin, berbeda dengan rokok dari aspek karakteristik, keamanan, dan profil risikonya. Oleh karena itu, kajian ilmiah harus dilakukan secara detail agar tidak ada generalisasi antara produk tembakau alternatif dengan rokok. “Karakteristik, keamanan, dan profil risiko dari produk tembakau alternatif itu sangat bervariasi, sehingga kajian ilmiah harus dilakukan,” tegasnya.
Agar kajian ilmiah produk tembakau alternatif di dalam negeri dapat segera diimplementasikan, Neily menekankan pentingnya kerja sama seluruh pemangku kepentingan, seperti pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat. Kolaborasi multidisiplin dengan konsep pentahelix yang melibatkan semua sektor, termasuk media massa dan komunitas, juga perlu diupayakan.
“Kajian ilmiah yang komprehensif dapat memberikan informasi dan bukti mengenai profil risiko dan juga potensi produk tembakau alternatif. Penelitian-penelitian yang dilakukan juga diharapkan dapat mencegah individu yang bukan merupakan perokok, agar tidak mencoba produk tembakau alternatif,” kata Neily.
Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD sudah melakukan riset terhadap produk tembakau alternatif dengan judul “Respon Gusi Pada Pengguna Vape Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Experimental). Penelitian klinis tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif memberikan dampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada pengguna rokok elektrik dibandingkan perokok.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pengguna rokok elektrik yang telah berhenti dari merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat peradangan dan pendarahan gusi yang sama seperti yang dialami oleh non-perokok. Artinya, kondisi pertahanan gusi pengguna rokok elektrik telah kembali normal.
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, menambahkan bahwa berdasarkan riset, produk tembakau alternatif, termasuk produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, memang memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok.
“Penelitian mengenai produk tembakau alternatif hasilnya masih beragam. Secara umum memang kandungan bahan berbahaya dari produk tembakau alternatif lebih rendah dibanding rokok,” katanya.
Peneliti dan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (UNPAD), Neily Zakiyah, mengatakan bahwa penyebarluasan informasi tentang profil risiko dan manfaat dari produk tembakau alternatif sebaiknya berbasis fakta dan memiliki hasil kajian ilmiah. Hal ini penting agar masyarakat mendapat informasi yang komprehensif dan akurat. “Tujuannya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai produk tersebut yang berdasarkan bukti ilmiah sehingga dapat mencegah terjadinya misinformasi,” ujar Neily, Selasa (4/4).
Neily menambahkan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin, berbeda dengan rokok dari aspek karakteristik, keamanan, dan profil risikonya. Oleh karena itu, kajian ilmiah harus dilakukan secara detail agar tidak ada generalisasi antara produk tembakau alternatif dengan rokok. “Karakteristik, keamanan, dan profil risiko dari produk tembakau alternatif itu sangat bervariasi, sehingga kajian ilmiah harus dilakukan,” tegasnya.
Agar kajian ilmiah produk tembakau alternatif di dalam negeri dapat segera diimplementasikan, Neily menekankan pentingnya kerja sama seluruh pemangku kepentingan, seperti pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat. Kolaborasi multidisiplin dengan konsep pentahelix yang melibatkan semua sektor, termasuk media massa dan komunitas, juga perlu diupayakan.
“Kajian ilmiah yang komprehensif dapat memberikan informasi dan bukti mengenai profil risiko dan juga potensi produk tembakau alternatif. Penelitian-penelitian yang dilakukan juga diharapkan dapat mencegah individu yang bukan merupakan perokok, agar tidak mencoba produk tembakau alternatif,” kata Neily.
Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD sudah melakukan riset terhadap produk tembakau alternatif dengan judul “Respon Gusi Pada Pengguna Vape Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Experimental). Penelitian klinis tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif memberikan dampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada pengguna rokok elektrik dibandingkan perokok.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pengguna rokok elektrik yang telah berhenti dari merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat peradangan dan pendarahan gusi yang sama seperti yang dialami oleh non-perokok. Artinya, kondisi pertahanan gusi pengguna rokok elektrik telah kembali normal.
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, menambahkan bahwa berdasarkan riset, produk tembakau alternatif, termasuk produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, memang memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok.
“Penelitian mengenai produk tembakau alternatif hasilnya masih beragam. Secara umum memang kandungan bahan berbahaya dari produk tembakau alternatif lebih rendah dibanding rokok,” katanya.
(hri)
tulis komentar anda