Tips Puasa Bagi Penderita Diabetes, Ahli: Konsumsi Makanan Berserat Tinggi
Kamis, 06 April 2023 - 10:40 WIB
JAKARTA - Beberapa penderita diabetes melitus (DM) saat ingin melakukan puasa Ramadan sebaiknya konsultasi ke dokter terlebih dahulu dengan dokter masing-masing.
Menurut spesialis penyakit dalam dr. Dicky Tahapary, Ph.D, Sp.PD hal tersebut penting dilakukan sebagai bentuk kontrol terhadap penyakit diabetes yang dideritanya.
Staf Divisi Metabolik Endokrin Departemen Penyakit Dalam FKUI itu menjelaskan puasa Ramadan sama halnya dengan puasa intermittent fasting, hanya model asupan saja yang diubah.
"Model puasa ramadhan mirip intermiten pasting hanya digeser saja. Sebulan sebelum puasa ketemu dokter dulu ya," ujar dr. Dicky di Press Conference Beat Diabetes, Rabu (5/4/2023).
Saat melakukan puasa Ramadan, kata dokter Dicky harus memperhatikan pola makan. Dia menegaskan pada cairan yang dipilih bisa dari buah tanpa gula.
Kemudian, tidak melupakan kandungan serat saat sahur, tujuannya memberikan efek kenyang lama, seperti nasi merah atau singkong. Mendorong penderita diabetes bisa mengontrol keinginan makan berlebihan.
"Prinsipnya sama (dengan puasa lain), yang penting itu cairan dulu. Misal jus buah tanpa gula, kalau sahur makanan serat tinggi, tapi efek kenyang lama. Karbohidrat ada tapi serat tinggi, misal nasi merah singkong. Pada umumnya pas sahur asupannya kecil. Kalau buka lebih banyak," jelas dr. Dicky.
Dengan demikian, ia menganjurkan para penderita diabetes untuk melakukan latihan sebelum puasa ramadan. Menurutnya melatih diri agar siap dan bisa menyesuaikan bagaimana kontrol gula darah.
Kondisi seorang penderita diabetes umumnya mengalami gula darah rendah, sebelum buka puasa. Namun setelah berbuka puasa berpeluang meningkat secara mendadak.
Hal ini tidak lepas dari peran kontrol gula darah. "Kemudian sempat kita rekomendasi sebelum ramadhan bisa satu bulan atau dua Minggu untuk mengecek kesiapan," katanya.
"Saat kita berbuka puasa kondisi kurang cairan dan gula darah cenderung rendah, baiknya memenuhi cairan tubuh, tapi asupan minuman manis jangan berlebihan. Itu kurang bagus buat diabetes, juga asupan dikontrol juga seperti batasi karbohidrat," imbuh dr. Dicky.
Menurut spesialis penyakit dalam dr. Dicky Tahapary, Ph.D, Sp.PD hal tersebut penting dilakukan sebagai bentuk kontrol terhadap penyakit diabetes yang dideritanya.
Staf Divisi Metabolik Endokrin Departemen Penyakit Dalam FKUI itu menjelaskan puasa Ramadan sama halnya dengan puasa intermittent fasting, hanya model asupan saja yang diubah.
"Model puasa ramadhan mirip intermiten pasting hanya digeser saja. Sebulan sebelum puasa ketemu dokter dulu ya," ujar dr. Dicky di Press Conference Beat Diabetes, Rabu (5/4/2023).
Saat melakukan puasa Ramadan, kata dokter Dicky harus memperhatikan pola makan. Dia menegaskan pada cairan yang dipilih bisa dari buah tanpa gula.
Kemudian, tidak melupakan kandungan serat saat sahur, tujuannya memberikan efek kenyang lama, seperti nasi merah atau singkong. Mendorong penderita diabetes bisa mengontrol keinginan makan berlebihan.
"Prinsipnya sama (dengan puasa lain), yang penting itu cairan dulu. Misal jus buah tanpa gula, kalau sahur makanan serat tinggi, tapi efek kenyang lama. Karbohidrat ada tapi serat tinggi, misal nasi merah singkong. Pada umumnya pas sahur asupannya kecil. Kalau buka lebih banyak," jelas dr. Dicky.
Dengan demikian, ia menganjurkan para penderita diabetes untuk melakukan latihan sebelum puasa ramadan. Menurutnya melatih diri agar siap dan bisa menyesuaikan bagaimana kontrol gula darah.
Kondisi seorang penderita diabetes umumnya mengalami gula darah rendah, sebelum buka puasa. Namun setelah berbuka puasa berpeluang meningkat secara mendadak.
Hal ini tidak lepas dari peran kontrol gula darah. "Kemudian sempat kita rekomendasi sebelum ramadhan bisa satu bulan atau dua Minggu untuk mengecek kesiapan," katanya.
"Saat kita berbuka puasa kondisi kurang cairan dan gula darah cenderung rendah, baiknya memenuhi cairan tubuh, tapi asupan minuman manis jangan berlebihan. Itu kurang bagus buat diabetes, juga asupan dikontrol juga seperti batasi karbohidrat," imbuh dr. Dicky.
(hri)
tulis komentar anda