Bisa Sebabkan Disabilitas hingga Kematian, Yuk Kenali Gejala Hemofilia
Kamis, 01 Juni 2023 - 21:22 WIB
JAKARTA - Hemofilia merupakan kelainan perdarahan akibat kurangnya produksi salah satu faktor pembekuan darah dalam tubuh.
Dalam laman Kementerian Kesehatan disebutkan bahwa hemofilia diturunkan dari gen X yang artinya diturunkan dari ibu (sebagai carrier) kepada anak laki-lakinya sejak dilahirkan. Walau demikian, 30% penderita hemofilia tidak memiliki riwayat keluarga melainkan kemungkinan terjadi mutasi genetik.
Kasus hemofilia di Indonesia cukup banyak. Dari data resmi tahun 2021 diketahui terdapat 27.636 kasus hemofilia. Sulitnya akses kesehatan membuat pasien kerap datang dalam kondisi terlambat dan berisiko disabilitas hingga kematian.
Menurut dokter spesialis anak konsultan hematologi onkologi, Dr. dr. Novie Amelia Chozie, Sp. A (K), setiap bulannya di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) ada 2-3 kasus baru. 50 persen di antaranya datang dalam kondisi terlambat.
"Sudah komplikasi. Pendarahan otot yang akhirnya menjepit syaraf atau pendarahan sendi yang berulang yang mengakibatkan sendi mengalami kerusakan atau artropati hemofilik," ungkap dr. Novie dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Di negara berkembang, penanganan hemofilia kerap menghadapi berbagai tantangan, termasuk di Indonesia. Terbukti, dari 27.636 kasus pada 2021, hanya 2.425 pasien yang terdiagnosa hemofolia A dan mendapat perawatan.
Hemofilia juga menjadi penyakit dengan biaya yang mahal. Melalui data BPJS Kesehatan pada 2020 diketahui bahwa hemofilia merupakan penyakit keenam terbesar dalam klaim Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Gejala hemofilia biasanya muncul pada anak laki-laki yang memiliki ibu carier atau pembawa. Penyebab hemofilia adalah kekurangan faktor pembeku darah dalam plasma darah.
Dalam laman Kementerian Kesehatan disebutkan bahwa hemofilia diturunkan dari gen X yang artinya diturunkan dari ibu (sebagai carrier) kepada anak laki-lakinya sejak dilahirkan. Walau demikian, 30% penderita hemofilia tidak memiliki riwayat keluarga melainkan kemungkinan terjadi mutasi genetik.
Kasus hemofilia di Indonesia cukup banyak. Dari data resmi tahun 2021 diketahui terdapat 27.636 kasus hemofilia. Sulitnya akses kesehatan membuat pasien kerap datang dalam kondisi terlambat dan berisiko disabilitas hingga kematian.
Menurut dokter spesialis anak konsultan hematologi onkologi, Dr. dr. Novie Amelia Chozie, Sp. A (K), setiap bulannya di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) ada 2-3 kasus baru. 50 persen di antaranya datang dalam kondisi terlambat.
"Sudah komplikasi. Pendarahan otot yang akhirnya menjepit syaraf atau pendarahan sendi yang berulang yang mengakibatkan sendi mengalami kerusakan atau artropati hemofilik," ungkap dr. Novie dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Di negara berkembang, penanganan hemofilia kerap menghadapi berbagai tantangan, termasuk di Indonesia. Terbukti, dari 27.636 kasus pada 2021, hanya 2.425 pasien yang terdiagnosa hemofolia A dan mendapat perawatan.
Hemofilia juga menjadi penyakit dengan biaya yang mahal. Melalui data BPJS Kesehatan pada 2020 diketahui bahwa hemofilia merupakan penyakit keenam terbesar dalam klaim Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Gejala hemofilia biasanya muncul pada anak laki-laki yang memiliki ibu carier atau pembawa. Penyebab hemofilia adalah kekurangan faktor pembeku darah dalam plasma darah.
tulis komentar anda