Pentingnya Mengetahui Kualitas Air Minum untuk Cegah Kontaminasi Bakteri
Rabu, 27 September 2023 - 05:30 WIB
JAKARTA - Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Kementerian Kesehatan tahun 2020 menyebutkan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum dari infrastruktur yang terkontaminasi oleh bakteri E. coli, dan baru 11.9% rumah tangga yang memiliki akses terhadap air yang aman untuk dikonsumsi.
Untuk diketahui, kualitas air minum berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan. Cemaran bakteri E. coli berpotensi memicu diare yang menjadi salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Permenkes Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa air minum harus memenuhi syarat tidak berbau, tidak berasa, bersih dan jernih, serta aman dari kontaminan.
“Sumber air yang berkualitas buruk dapat membawa berbagai masalah kesehatan, seperti diare hingga stunting. Komposisi mikrobiota antara lain dipengaruhi oleh sumber air minum. Dari hasil riset, komposisi bakteri jahat yang membawa berbagai masalah kesehatan, meningkat ketika anak-anak mengonsumsi air minum dari sumber yang tidak aman," papar Spesialis Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Diana Sunardi, Mgizi, SpGK(K), dalam media gathering bertema “Tidak Semua Air Sama” di Jakarta, Selasa (26/9/2023).
"Walaupun air minum sudah direbus hingga mendidih, jika cara penanganan dan penyimpanan air tidak higienis, maka kontaminasi E. coli dapat kembali terjadi,” tambahnya.
Guru Besar Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana menambahkan, tidak semua air sama.
“Air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi sangat bergantung dari sumbernya. Air yang diambil dari tanah dangkal besar peluangnya untuk tercemar aktivitas manusia. Sementara air dari akuifer dalam sifatnya murni dan memiliki kandungan mineral alami sehingga aman serta menyehatkan untuk dikonsumsi,” jelasnya.
Sumber air menjadi semakin penting karena air yang berasal dari sumber-sumber yang kurang baik memerlukan pemrosesan yang lebih kompleks. Padahal, air minum yang diproses berlebihan, seperti misalnya air demineral, tidak direkomendasikan oleh WHO untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko gangguan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
AQUA menjawab kebutuhan konsumen Indonesia terhadap air minum yang aman dan berkualitas.
“AQUA berasal dari 19 pegunungan terpilih yang telah melewati 9 kriteria, 5 tahapan, serta minimal 1 tahun penelitian. Pemilihan sumber air AQUA juga didukung oleh pakar dari lintas-keilmuan yaitu geologi, hidrogeologi, dan geofisika, serta didukung oleh laboratorium di Perancis dan Jerman, dipilih secara ketat melalui lebih dari 600 parameter sehingga mengandung mineral alami dan diproses tanpa tersentuh tangan manusia untuk menjaga kemurniannya, sehingga rasanya yang dingin alami tanpa didinginkan,” kata Vice President Marketing Danone Indonesia Sri Widowati di kesempatan yang sama.
Selain itu, melalui gerakan #BijakBerplastik yang telah diluncurkan sejak 2018, AQUA juga berupaya mengimplementasikan ekonomi sirkular kemasan dan mengelola kemasan paskakonsumsi.
Untuk diketahui, kualitas air minum berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan. Cemaran bakteri E. coli berpotensi memicu diare yang menjadi salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Permenkes Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa air minum harus memenuhi syarat tidak berbau, tidak berasa, bersih dan jernih, serta aman dari kontaminan.
“Sumber air yang berkualitas buruk dapat membawa berbagai masalah kesehatan, seperti diare hingga stunting. Komposisi mikrobiota antara lain dipengaruhi oleh sumber air minum. Dari hasil riset, komposisi bakteri jahat yang membawa berbagai masalah kesehatan, meningkat ketika anak-anak mengonsumsi air minum dari sumber yang tidak aman," papar Spesialis Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Diana Sunardi, Mgizi, SpGK(K), dalam media gathering bertema “Tidak Semua Air Sama” di Jakarta, Selasa (26/9/2023).
"Walaupun air minum sudah direbus hingga mendidih, jika cara penanganan dan penyimpanan air tidak higienis, maka kontaminasi E. coli dapat kembali terjadi,” tambahnya.
Guru Besar Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana menambahkan, tidak semua air sama.
“Air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi sangat bergantung dari sumbernya. Air yang diambil dari tanah dangkal besar peluangnya untuk tercemar aktivitas manusia. Sementara air dari akuifer dalam sifatnya murni dan memiliki kandungan mineral alami sehingga aman serta menyehatkan untuk dikonsumsi,” jelasnya.
Sumber air menjadi semakin penting karena air yang berasal dari sumber-sumber yang kurang baik memerlukan pemrosesan yang lebih kompleks. Padahal, air minum yang diproses berlebihan, seperti misalnya air demineral, tidak direkomendasikan oleh WHO untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko gangguan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
AQUA menjawab kebutuhan konsumen Indonesia terhadap air minum yang aman dan berkualitas.
“AQUA berasal dari 19 pegunungan terpilih yang telah melewati 9 kriteria, 5 tahapan, serta minimal 1 tahun penelitian. Pemilihan sumber air AQUA juga didukung oleh pakar dari lintas-keilmuan yaitu geologi, hidrogeologi, dan geofisika, serta didukung oleh laboratorium di Perancis dan Jerman, dipilih secara ketat melalui lebih dari 600 parameter sehingga mengandung mineral alami dan diproses tanpa tersentuh tangan manusia untuk menjaga kemurniannya, sehingga rasanya yang dingin alami tanpa didinginkan,” kata Vice President Marketing Danone Indonesia Sri Widowati di kesempatan yang sama.
Selain itu, melalui gerakan #BijakBerplastik yang telah diluncurkan sejak 2018, AQUA juga berupaya mengimplementasikan ekonomi sirkular kemasan dan mengelola kemasan paskakonsumsi.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda