Bagaimana Meminimalisir Bau Mulut Saat Berpuasa
Kamis, 30 April 2020 - 08:45 WIB
JAKARTA - Bau mulut ketika berpuasa merupakan hal yang lumrah tetapi kondisi ini sebetulnya bisa diminimilisir. Bagaimana caranya dan apa penyebab bau mulut?
Selama berpuasa ada beberapa perubahan yang terjadi pada rongga mulut. Dimana ketika berpuasa terjadi penurunan aktivitas rongga mulut untuk makan dan minum dan penurunan pergerakan rongga mulut dalam mengunyah, sehingga secara otomatis membuat fungsi kelenjar ludah terutama dalam memproduksi air ludah (saliva) menjadi berkurang.
Berkurangnya asupan air putih selama kita berpuasa juga turut berperan dalam penurunan produksi air ludah. Namun sebenarnya, apakah fungsi air ludah itu? Dan komponen apa saja yang terkandung dalam air ludah yang berguna bagi kesehatan rongga mulut kita? Ternyata 99% air ludah terdiri dari air dan 1% nya adalah molekul organik dan anorganik.
"Air ludah yang sering kali dianggap jorok ini rupanya memiliki peranan kunci dalam masalah bau mulut selama puasa," kata Drg. Widya Apsari, Sp.PM Kulwap (Kuliah WhatsApp) berjudul Rahasia Bebas Dari Bau Mulut Selama Puasa yang diadakan Difa Oral Health Center (OHC). Komponen anorganik saliva, antara lain adalah sodium, kalsium, kalium, magnesium, bikarbonat, klorida, rodanida dan tiosianat, fosfat, potasium dan nitrat.
Sedangkan Komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kreatinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, asam laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Air ludah berfungsi dalam melindungi rongga mulut dan juga gigi.
Perlindungan yang diberikan oleh air ludah adalah melalui aksi pembersihan, yaitu aliran air ludah pada rongga mulut mampu membersihkan bakteri dan juga sisa-sisa makanan yang menempel pada rongga mulut dan gigi. Sehingga air ludah dianggap memiliki fungsi sebagai agen self cleansing.
Air ludah juga mengandung antimikroba, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kuman dalam rongga mulut. Dengan berkurangnya air ludah dan mulut pada saat kita puasa, mulut menjadi kering lalu terjadi peningkatan perlekatan sisa makanan dan juga bakteri pada gigi yang menyebabkan gigi mudah berlubang dan juga menyebabkan mulut menjadi bau. "Jadi penyebab pertama mulut menjadi bau ketika puasa adalah karena jumlah produksi air ludah yang menurun," beber drg. Widya.
Faktor lain yang juga menyumbang bau mulut ada kebiasaan merokok, kebersihan rongga mulut yang tidak terjaga, dan gigi palsu yang kotor dan tidak pas. Beberapa jenis makanan tertentu juga bisa menyebabkan bau mulut sebut saja bawang, jengkol, pete dan lainnya. Mereka yang memiliki penyakit sistemik, seperti sinusitis, diabetes, atau beberapa penyakit pada tenggorokan, termasuk saluran pencernaan juga berpotensi memiliki bau mulut tak sedap.
Terakhir, kondisi mulut yang kering yang disebabkan oleh obat-obatan tertentu. Pada kesempatan terpisah, drg. Adianti MDSc,. Sp. Ort mengatakan, meski tidak dapat dicegah namun halitosis dapat diminimalisir selama puasa. "Dengan membersihkan sumber infeksinya. Seperti lubang gigi ditambal, karang gigi dibersihkan, dan sisa akar dicabut," beber drg. Adianti yang juga praktik di Difa OHC.
Pastikan tidak ada sisa makanan di sela-sela gigi. Sisa makanan yang tidak dibersihkan ini seperti akan menimbulkan bau mulut. Jangan ada plak di gigi karena hal itu juga memicu menyebabkan bau mulut. Plak adalah bagian di gigi yang menempel bila kurang bersih menyikat gigi. Bila kuku digoreskan ke gigi dan ada bagian yang menempel di gigi itulah plak.
Sebagian besar kasus bau mulut (90%) muncul karena adanya masalah di dalam mulut seperti oral hygiene yang buruk, karies, karang gigi, dan penyakit periodontal. Sedangkan 10 persen kasus lainnya disebabkan oleh berbagai faktor di luar mulut mulai dari penyakit gastroinstestinal, infeksi saluran respiratori, tonsilitis hingga penyakit sistemik.
Kebersihan mulut (oral hygiene) yang tak terjaga menyebabkan sisa makanan menumpuk di dalam mulut. Sisa makanan yang bertumpuk di dalam mulut merupakan kondisi ideal bagi bakteri untuk berkembang. Adapun karies merupakan 'sarang' bagi bakteri dalam mulut untuk berkembang. Semakin besar lubang yang terjadi akibat karies, semakin banyak pula makanan yang mungkin menumpuk di area tersebut. Akibatnya bakteri akan semakin bertambah di area karies gigi. (Sri Noviarni)
Selama berpuasa ada beberapa perubahan yang terjadi pada rongga mulut. Dimana ketika berpuasa terjadi penurunan aktivitas rongga mulut untuk makan dan minum dan penurunan pergerakan rongga mulut dalam mengunyah, sehingga secara otomatis membuat fungsi kelenjar ludah terutama dalam memproduksi air ludah (saliva) menjadi berkurang.
Berkurangnya asupan air putih selama kita berpuasa juga turut berperan dalam penurunan produksi air ludah. Namun sebenarnya, apakah fungsi air ludah itu? Dan komponen apa saja yang terkandung dalam air ludah yang berguna bagi kesehatan rongga mulut kita? Ternyata 99% air ludah terdiri dari air dan 1% nya adalah molekul organik dan anorganik.
"Air ludah yang sering kali dianggap jorok ini rupanya memiliki peranan kunci dalam masalah bau mulut selama puasa," kata Drg. Widya Apsari, Sp.PM Kulwap (Kuliah WhatsApp) berjudul Rahasia Bebas Dari Bau Mulut Selama Puasa yang diadakan Difa Oral Health Center (OHC). Komponen anorganik saliva, antara lain adalah sodium, kalsium, kalium, magnesium, bikarbonat, klorida, rodanida dan tiosianat, fosfat, potasium dan nitrat.
Sedangkan Komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kreatinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, asam laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Air ludah berfungsi dalam melindungi rongga mulut dan juga gigi.
Perlindungan yang diberikan oleh air ludah adalah melalui aksi pembersihan, yaitu aliran air ludah pada rongga mulut mampu membersihkan bakteri dan juga sisa-sisa makanan yang menempel pada rongga mulut dan gigi. Sehingga air ludah dianggap memiliki fungsi sebagai agen self cleansing.
Air ludah juga mengandung antimikroba, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kuman dalam rongga mulut. Dengan berkurangnya air ludah dan mulut pada saat kita puasa, mulut menjadi kering lalu terjadi peningkatan perlekatan sisa makanan dan juga bakteri pada gigi yang menyebabkan gigi mudah berlubang dan juga menyebabkan mulut menjadi bau. "Jadi penyebab pertama mulut menjadi bau ketika puasa adalah karena jumlah produksi air ludah yang menurun," beber drg. Widya.
Faktor lain yang juga menyumbang bau mulut ada kebiasaan merokok, kebersihan rongga mulut yang tidak terjaga, dan gigi palsu yang kotor dan tidak pas. Beberapa jenis makanan tertentu juga bisa menyebabkan bau mulut sebut saja bawang, jengkol, pete dan lainnya. Mereka yang memiliki penyakit sistemik, seperti sinusitis, diabetes, atau beberapa penyakit pada tenggorokan, termasuk saluran pencernaan juga berpotensi memiliki bau mulut tak sedap.
Terakhir, kondisi mulut yang kering yang disebabkan oleh obat-obatan tertentu. Pada kesempatan terpisah, drg. Adianti MDSc,. Sp. Ort mengatakan, meski tidak dapat dicegah namun halitosis dapat diminimalisir selama puasa. "Dengan membersihkan sumber infeksinya. Seperti lubang gigi ditambal, karang gigi dibersihkan, dan sisa akar dicabut," beber drg. Adianti yang juga praktik di Difa OHC.
Pastikan tidak ada sisa makanan di sela-sela gigi. Sisa makanan yang tidak dibersihkan ini seperti akan menimbulkan bau mulut. Jangan ada plak di gigi karena hal itu juga memicu menyebabkan bau mulut. Plak adalah bagian di gigi yang menempel bila kurang bersih menyikat gigi. Bila kuku digoreskan ke gigi dan ada bagian yang menempel di gigi itulah plak.
Sebagian besar kasus bau mulut (90%) muncul karena adanya masalah di dalam mulut seperti oral hygiene yang buruk, karies, karang gigi, dan penyakit periodontal. Sedangkan 10 persen kasus lainnya disebabkan oleh berbagai faktor di luar mulut mulai dari penyakit gastroinstestinal, infeksi saluran respiratori, tonsilitis hingga penyakit sistemik.
Kebersihan mulut (oral hygiene) yang tak terjaga menyebabkan sisa makanan menumpuk di dalam mulut. Sisa makanan yang bertumpuk di dalam mulut merupakan kondisi ideal bagi bakteri untuk berkembang. Adapun karies merupakan 'sarang' bagi bakteri dalam mulut untuk berkembang. Semakin besar lubang yang terjadi akibat karies, semakin banyak pula makanan yang mungkin menumpuk di area tersebut. Akibatnya bakteri akan semakin bertambah di area karies gigi. (Sri Noviarni)
(ysw)
tulis komentar anda