Cerita Dokter Bedah di Gaza, Kondisi Pasien dan Rumah Sakit bak Sedang Alami Kiamat
Selasa, 28 November 2023 - 20:40 WIB
GAZA - Dokter keturunan Inggris-Palestina, Ghassan Abu Sittah, bekerja selama 43 hari di ruang operasi salah satu rumah sakit di Kota Gaza. Selama itu pula dirinya melihat keadaan rumah sakit dan para pasien yang sangat miris akibat serangan Israel kepada masyarakat Gaza.
Salah satu contohnya kala sebuah roket mendarat di lokasi rumah sakit Al Ahli di Gaza pada 17 Oktober 2023. Kejadian ini membuat salah satu lelaki tua menjadi korban dan harus mengamputasi kaki kanannya.
"Di sebelah kanan, saya melihat seorang pria berusia pertengahan lima puluhan dengan amputasi setinggi pertengahan paha. Seperti amputasi guillotine, ada darah yang muncrat melalui arteri yang terbuka di tunggulnya," tutur Ghassan Abu Sittah, dikutip dari Sky News, Selasa (28/11/2023).
"Saya mengambil ikat pinggangnya dan mengikatnya sebagai tourniquet. Saya pindah ke pasien lain yang menerima satu (sepotong) pecahan peluru di lehernya, darah muncrat dari lehernya," imbuhnya.
Melihat seluruh kejadian selama 43 hari di ruang operasi rumah sakit Gaza, Ghassan Abu Sittah mengatakan kalau dirinya mengalami masa-masa sulit. Ia menggambarkan keadaan rumah sakit seperti apokaliptik, kehancuran dunia pada akhir zaman atau kiamat.
Lebih lanjut, dalam konferensi pers di London, Ghassan Abu Sittah berbicara tentang cedera yang ditanganinya selama bertugas di Gaza. Ia mengungkapkan, sebagian besar luka korban adalah luka ledakan.
“Sebagian besar cedera pada awalnya adalah luka ledakan, dan ini adalah trauma jaringan lunak yang parah, trauma wajah yang parah, dan beberapa patah tulang," kata Ghassan.
"Seiring berjalannya waktu, kita melihat diperkenalkannya bom pembakar. Di mana pasien harus mengalami lebih dari 40% dari total luas permukaan tubuh mereka terbakar,” lanjutnya.
Salah satu contohnya kala sebuah roket mendarat di lokasi rumah sakit Al Ahli di Gaza pada 17 Oktober 2023. Kejadian ini membuat salah satu lelaki tua menjadi korban dan harus mengamputasi kaki kanannya.
"Di sebelah kanan, saya melihat seorang pria berusia pertengahan lima puluhan dengan amputasi setinggi pertengahan paha. Seperti amputasi guillotine, ada darah yang muncrat melalui arteri yang terbuka di tunggulnya," tutur Ghassan Abu Sittah, dikutip dari Sky News, Selasa (28/11/2023).
"Saya mengambil ikat pinggangnya dan mengikatnya sebagai tourniquet. Saya pindah ke pasien lain yang menerima satu (sepotong) pecahan peluru di lehernya, darah muncrat dari lehernya," imbuhnya.
Melihat seluruh kejadian selama 43 hari di ruang operasi rumah sakit Gaza, Ghassan Abu Sittah mengatakan kalau dirinya mengalami masa-masa sulit. Ia menggambarkan keadaan rumah sakit seperti apokaliptik, kehancuran dunia pada akhir zaman atau kiamat.
Lebih lanjut, dalam konferensi pers di London, Ghassan Abu Sittah berbicara tentang cedera yang ditanganinya selama bertugas di Gaza. Ia mengungkapkan, sebagian besar luka korban adalah luka ledakan.
“Sebagian besar cedera pada awalnya adalah luka ledakan, dan ini adalah trauma jaringan lunak yang parah, trauma wajah yang parah, dan beberapa patah tulang," kata Ghassan.
"Seiring berjalannya waktu, kita melihat diperkenalkannya bom pembakar. Di mana pasien harus mengalami lebih dari 40% dari total luas permukaan tubuh mereka terbakar,” lanjutnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda