Jamu Resmi Jadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia UNESCO, Begini Proses Panjang yang Dilalui

Rabu, 13 Desember 2023 - 06:40 WIB
Pada 6 Desember lalu jamu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Foto Ilustrasi/Shutterstock
JAKARTA - Pada 6 Desember lalu jamu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Ini merupakan prestasi yang luar biasa. Sebagaimana diketahui, jamu merupakan minuman tradisional Indonesia yang terbukti menyehatkan tubuh serta mampu memberikan kesembuhan atas suatu penyakit.

Hal tersebut menciptakan "budaya sehat jamu" yang merupakan praktik menjaga kesehatan yang bersifat holistik, melibatkan body, mind, soul sehingga bersifat preventif sekaligus promotif. Secara empirik, jamu telah menjadi bagian dari perjalanan masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan.





Jamu adalah buah perjalanan sejarah peradaban masyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari tali-temali kebudayaan Nusantara. Setelah melalui perjalanan panjang, kini jamu diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO.



Untuk mendapatkan predikat tersebut, banyak perjuangan yang dilakukan oleh GP Jamu. Awalnya, Dwi Ranny Pertiwi Zarman mengarahkan pembentukan tim riset khusus dengan ketua Jony Yuwono, untuk mengikuti alur dan seleksi penominasian dari UNESCO pada 2019.

Perjalanan dilanjut dengan Jony Yuwono bersama tim melakukan penyusunan dokumen nominasi form ICH 02 dan melakukan riset secara aktif di 4 provinsi yakni Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.

“Awalnya kita diberi form yang berisi 42 pertanyaan. Namun, tiap-tiap pertanyaan itu ada batas kata. Jadi tantangannya adalah bagaimana kita menceritakan budaya sehat jamu ini yang memiliki sejarah 1.200 tahun hanya dalam 500 kata," Jony Yuwono selaku Ketua Tim Riset GP Jamu dalam konferensi pers yang digelar di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023).

"Oleh karena itu, tim yang beranggotakan 22 orang melakukan survei kepada 420 anggota komunitas yang terdiri dari wanita usia 50 tahun ke atas, yang mayoritas tidak bisa baca tulis dan hanya fasih berbahasa Jawa. Jadi bayangkan, kita perlu mengevaluasi berkas pertanyaan (dengan tantangan) tersebut,” lanjutnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More