Menengok Masjid Pertama di Kanada yang Dibangun pada 1938
Sabtu, 06 April 2024 - 05:09 WIB
Selama bertahun-tahun komunitas ini berkembang, dan pada awal 1980-an, lebih dari 16.000 muslim tinggal di Edmonton. Masjid Al Rashid tidak dapat lagi menampung jumlah umat Islam yang terus bertambah sehingga diperlukan masjid yang lebih besar. Dan pada 1982 masjid Al Rashid yang baru dibuka untuk melayani lebih dari 20.000 Muslim di Edmonton.
Adapun lahan Masjid Al Rashid yang lama telah dijual ke pemerintah kota. Namun bangunannya tetap dibiarkan kosong selama sepuluh tahun. Belakangan proyek perluasan Rumah Sakit Royal Alexandra dianggap membahayakan masa depan bangunan bersejarah itu. Lantas, Dewan Wanita Muslim Kanada melobi agar bangunan tersebut diselamatkan dari kehancuran dan disetujui pemerintah setempat. Pada 1992 bangunan bekas Masjid Al Rashid dilestarikan sebagai bangunan bersejarah dan dipindahkan ke Fort Edmonton Park untuk dikunjungi pemeluk agama dan budaya lainnya. Bangunan ini dibuka untuk umum pada 28 Mei 1992.
Berdasarkan sensus nasional Kanada 2021, komunitas muslim Edmonton berjumlah 84.635 orang dan terdiri atas 62 budaya. Para anggotanya telah berkontribusi dalam membentuk karakter dinamis Edmonton selama lebih dari satu abad dan siap berkontribusi pada pertumbuhan dan kemakmuran kota, Alberta, dan Kanada di masa depan.
Ismal Sutankayo, 65, diaspora Indonesia yang telah menetap di Kota Edmonton lebih dari 50 tahun mengungkapan, pada 1973 dia melaksanakan salat di bangunan lama Masjid Al Rashid. Saat itu jumlah masyarakat muslim masih belum banyak. “Masyarakat muslim, terutama orang-orang bukan kulit putih masih sedikit sekali. Yang saya kenal hanya orang-orang Malaysia yang jumlahnya sekitar 10 orang saja,” tuturnya.
Sementara itu, Hadhimulya Asmara, 46, mengaku bangga dan bersyukur bahwa komunitas muslim telah menjadi bagian dari sejarah Kota Edmonton maupun Kanada. Pengakuan terhadap kontribusi umat Islam ditandai dengan dilestarikannya bangunan lama Masjid Al Rashid dan menempatkannya di museum agar bisa dikunjungi masyarakat luas.
“Ini luar biasa. Pengakuan bukan datang dari umat Islam, melainkan dari umat lain. Kalau dilihat dari tahun pembangunan masjid tersebut menunjukkan pada saat itu komunitas muslim sudah establish dan telah berinteraksi secara baik dengan komunitas lainnya,” tukas peneliti di Universitas Alberta tersebut.
Lihat Juga: 15 Destinasi Wisata Kebun Teh di Indonesia, Nomor 7 Tempat Syuting Film Petualangan Sherina
Adapun lahan Masjid Al Rashid yang lama telah dijual ke pemerintah kota. Namun bangunannya tetap dibiarkan kosong selama sepuluh tahun. Belakangan proyek perluasan Rumah Sakit Royal Alexandra dianggap membahayakan masa depan bangunan bersejarah itu. Lantas, Dewan Wanita Muslim Kanada melobi agar bangunan tersebut diselamatkan dari kehancuran dan disetujui pemerintah setempat. Pada 1992 bangunan bekas Masjid Al Rashid dilestarikan sebagai bangunan bersejarah dan dipindahkan ke Fort Edmonton Park untuk dikunjungi pemeluk agama dan budaya lainnya. Bangunan ini dibuka untuk umum pada 28 Mei 1992.
Berdasarkan sensus nasional Kanada 2021, komunitas muslim Edmonton berjumlah 84.635 orang dan terdiri atas 62 budaya. Para anggotanya telah berkontribusi dalam membentuk karakter dinamis Edmonton selama lebih dari satu abad dan siap berkontribusi pada pertumbuhan dan kemakmuran kota, Alberta, dan Kanada di masa depan.
Ismal Sutankayo, 65, diaspora Indonesia yang telah menetap di Kota Edmonton lebih dari 50 tahun mengungkapan, pada 1973 dia melaksanakan salat di bangunan lama Masjid Al Rashid. Saat itu jumlah masyarakat muslim masih belum banyak. “Masyarakat muslim, terutama orang-orang bukan kulit putih masih sedikit sekali. Yang saya kenal hanya orang-orang Malaysia yang jumlahnya sekitar 10 orang saja,” tuturnya.
Baca Juga
Sementara itu, Hadhimulya Asmara, 46, mengaku bangga dan bersyukur bahwa komunitas muslim telah menjadi bagian dari sejarah Kota Edmonton maupun Kanada. Pengakuan terhadap kontribusi umat Islam ditandai dengan dilestarikannya bangunan lama Masjid Al Rashid dan menempatkannya di museum agar bisa dikunjungi masyarakat luas.
“Ini luar biasa. Pengakuan bukan datang dari umat Islam, melainkan dari umat lain. Kalau dilihat dari tahun pembangunan masjid tersebut menunjukkan pada saat itu komunitas muslim sudah establish dan telah berinteraksi secara baik dengan komunitas lainnya,” tukas peneliti di Universitas Alberta tersebut.
Lihat Juga: 15 Destinasi Wisata Kebun Teh di Indonesia, Nomor 7 Tempat Syuting Film Petualangan Sherina
(tdy)
tulis komentar anda