Masuk 50 Besar ADWI 2024, Ini Sederet Daya Tarik Desa Wisata Jatimulyo di Kulon Progo
Sabtu, 20 Juli 2024 - 18:05 WIB
Dulu, mata air ini tidak terawat. Namun, berkat inisiatif warga yang melakukan pembersihan dan pemanfaatan, perlahan-lahan berubah menjadi salah satu destinasi wisata. Air yang mengalir dari ketinggian juga banyak menghadirkan air terjun alami yang amat menarik untuk dikunjungi.
Selain itu, Desa Wisata Jatimulyo juga merupakan salah satu desa yang menjadi pelopor kegiatan konservasi burung. Tidak hanya berkesempatan untuk lebih banyak mengenal berbagai macam jenis burung dan lebih dekat dengan alam, wisatawan juga bisa mengadopsi sarang burung.
Dalam program ‘Adopsi Burung’ ini, semua komponen masyarakat terlibat dalam beberapa rangkaian kegiatannya. Mulai dari pemilik lahan, tim monitoring yang merupakan masyarakat yang tergabung dalam kelompok KTH (Kelompok Tani Hutan) Wanapaksi, Pemerintah Desa Jatimulyo, dan yang sudah tentunya yaitu para adopter yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.
Desa Wisata Jatimulyo juga merupakan pionir desa wisata di Indonesia yang telah mendapatkan ‘Renewable Energy Certificate’. Desa wisata ini pun memiliki banyak cerita (potensi) lain seperti goa Kiskendo sebagai salah satu gua karst tertinggi di Pulau Jawa.
“Ada sumber air yang dipakai untuk pencucian di Hari Raya Waisak, dan ada juga tiga atau empat desa wisata di sekeliling Desa Wisata Jatimulyo ini," kata Sandiaga.
"Mudah-mudahan kita bisa rajut menjadi sebuah kawasan yang menjadi kawasan community base karena 10 persen dari masyarakat di sini adalah bersinggungan dengan kegiatan pariwisata," lanjutnya.
Lebih lanjut Sandiaga mendorong agar Desa Wisata Jatimulyo memaksimalkan lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Yogyakarta International Airport, sehingga dapat menjadi magnet yang besar bagi kunjungan wisatawan.
"Mudah-mudahan nanti akan ada penerbangan langsung. Pemikiran saya ada dari Doha atau dari Dubai termasuk juga dari Tokyo untuk pasar Asia Utara. Juga India, wisatawan negara-negara Timur Tengah juga, terutama nanti dari kawasan ASEAN," tutup Sandiaga.
Selain itu, Desa Wisata Jatimulyo juga merupakan salah satu desa yang menjadi pelopor kegiatan konservasi burung. Tidak hanya berkesempatan untuk lebih banyak mengenal berbagai macam jenis burung dan lebih dekat dengan alam, wisatawan juga bisa mengadopsi sarang burung.
Dalam program ‘Adopsi Burung’ ini, semua komponen masyarakat terlibat dalam beberapa rangkaian kegiatannya. Mulai dari pemilik lahan, tim monitoring yang merupakan masyarakat yang tergabung dalam kelompok KTH (Kelompok Tani Hutan) Wanapaksi, Pemerintah Desa Jatimulyo, dan yang sudah tentunya yaitu para adopter yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.
Baca Juga
Desa Wisata Jatimulyo juga merupakan pionir desa wisata di Indonesia yang telah mendapatkan ‘Renewable Energy Certificate’. Desa wisata ini pun memiliki banyak cerita (potensi) lain seperti goa Kiskendo sebagai salah satu gua karst tertinggi di Pulau Jawa.
“Ada sumber air yang dipakai untuk pencucian di Hari Raya Waisak, dan ada juga tiga atau empat desa wisata di sekeliling Desa Wisata Jatimulyo ini," kata Sandiaga.
"Mudah-mudahan kita bisa rajut menjadi sebuah kawasan yang menjadi kawasan community base karena 10 persen dari masyarakat di sini adalah bersinggungan dengan kegiatan pariwisata," lanjutnya.
Lebih lanjut Sandiaga mendorong agar Desa Wisata Jatimulyo memaksimalkan lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Yogyakarta International Airport, sehingga dapat menjadi magnet yang besar bagi kunjungan wisatawan.
"Mudah-mudahan nanti akan ada penerbangan langsung. Pemikiran saya ada dari Doha atau dari Dubai termasuk juga dari Tokyo untuk pasar Asia Utara. Juga India, wisatawan negara-negara Timur Tengah juga, terutama nanti dari kawasan ASEAN," tutup Sandiaga.
tulis komentar anda