Sandiaga Uno Ajak Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia Tourism Outlook 2025
Kamis, 10 Oktober 2024 - 21:50 WIB
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengajak seluruh unsur elemen pentahelix yakni akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media untuk berkolaborasi mengembangkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.
Sandiaga menekankan pentingnya tren pariwisata yang semakin mengarah pada wisata yang dipersonalisasi, lokal, dan berskala kecil.
"Saya mengapresiasi digelarnya Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2025 ini, dengan tema yang sesuai kondisi tren wisata saat ini termasuk mengintegrasikan teknologi digital," kata Sandiaga saat Indonesia Tourism Outlook 2025 di Hotel Aston Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/10/2024).
Sandiaga menuturkan laporan World Economic Forum (WEF) yang dirilis pada 21 Mei 2024 menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam 10 negara dengan kinerja TTDI terbaik sejak 2019 dengan peningkatan skor sebesar 4,5 persen.
"Indonesia kini berada di peringkat ke-22 dari 119 negara di atas Belgia, peringkat ke-6 di Asia-Pasifik, dan peringkat ke-2 di Asean. Keberhasilan itu merupakan hasil kolaborasi pentahelix seluruh stakeholders di sektor pariwisata," jelasnya.
Karena itu, Sandiaga mengajak untuk mengadopsi teknologi Artificial Intelligence (AI) sebagai salah satu transformasi digital masa kini. Konsep ekonomi berkelanjutan yang mencakup blue economy, green economy, dan circular economy juga menjadi semakin relevan.
"Integrasi konsep Blue-Green-Circular Economy (BGCE) dengan teknologi AI dalam rangka mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan sudah selayaknya dilakukan sejak dini,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf Agustini Rahayu menuturkan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, pembangunan destinasi pariwisata berkualitas dilakukan sesuai preferensi pasar yang berkembang ke arah pariwisata berkelanjutan dan regeneratif.
“Itu dengan perluasan pariwisata yang fokus pada Blue, Green dan Circular economy. Termasuk pembangunan infrastruktur hijau untuk infrastruktur dasar dan pendukung pariwisata hingga peningkatan sumber daya manusia (SDM)-nya,” tutup Ayu.
Sandiaga menekankan pentingnya tren pariwisata yang semakin mengarah pada wisata yang dipersonalisasi, lokal, dan berskala kecil.
"Saya mengapresiasi digelarnya Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2025 ini, dengan tema yang sesuai kondisi tren wisata saat ini termasuk mengintegrasikan teknologi digital," kata Sandiaga saat Indonesia Tourism Outlook 2025 di Hotel Aston Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/10/2024).
Sandiaga menuturkan laporan World Economic Forum (WEF) yang dirilis pada 21 Mei 2024 menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam 10 negara dengan kinerja TTDI terbaik sejak 2019 dengan peningkatan skor sebesar 4,5 persen.
Baca Juga
"Indonesia kini berada di peringkat ke-22 dari 119 negara di atas Belgia, peringkat ke-6 di Asia-Pasifik, dan peringkat ke-2 di Asean. Keberhasilan itu merupakan hasil kolaborasi pentahelix seluruh stakeholders di sektor pariwisata," jelasnya.
Karena itu, Sandiaga mengajak untuk mengadopsi teknologi Artificial Intelligence (AI) sebagai salah satu transformasi digital masa kini. Konsep ekonomi berkelanjutan yang mencakup blue economy, green economy, dan circular economy juga menjadi semakin relevan.
"Integrasi konsep Blue-Green-Circular Economy (BGCE) dengan teknologi AI dalam rangka mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan sudah selayaknya dilakukan sejak dini,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf Agustini Rahayu menuturkan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, pembangunan destinasi pariwisata berkualitas dilakukan sesuai preferensi pasar yang berkembang ke arah pariwisata berkelanjutan dan regeneratif.
“Itu dengan perluasan pariwisata yang fokus pada Blue, Green dan Circular economy. Termasuk pembangunan infrastruktur hijau untuk infrastruktur dasar dan pendukung pariwisata hingga peningkatan sumber daya manusia (SDM)-nya,” tutup Ayu.
(dra)
tulis komentar anda