Jakarta Biennale 2024, Gudskul Ekosistem dan Seniman Aceh Hidupkan Bela Diri Betawi
Senin, 21 Oktober 2024 - 18:59 WIB
“Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Karya saya bisa tampil di pameran sebesar ini, yang dihadiri seniman dan penikmat seni dari seluruh dunia. Semoga pesan tentang pentingnya melestarikan seni bela diri tradisional bisa tersampaikan kepada banyak orang,” tambahnya.
Refleksi dan Harapan Karya Tapak Jejeg, Jurus Keset Bacok, dan Jurus Sikut Maen Pukul bukan sekadar gambaran tentang gerakan fisik, tetapi juga menjadi refleksi tentang pentingnya pelestarian budaya di tengah perkembangan dunia modern. Melalui karyanya yang penuh makna, Fauzi telah berhasil menghidupkan kembali jurus-jurus tradisional yang mungkin hampir terlupakan, sekaligus membuka dialog tentang bagaimana seni dapat berperan dalam menjaga identitas budaya.
Karya Fauzi di Jakarta Biennale 2024 menjadi salah satu dari 18 karya seniman lain yang tergabung dalam program Baku Konek 2024. Diketahui, Jakarta Biennale 2024 adalah perhelatan ke-50 yang digagas sejak 1974 oleh Dewan Kesenian Jakarta.
Baku Konek menjadi salah satu kolaborator dalam Jakarta Biennale 2024. Ada sekian karya baku konek dari sekian seniman yang memamerkan karya hasil kolaboratif 23 seniman dari 10 provinsi di Indonesia. Program residensi ini diinisiasi oleh ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) melalui Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Seni Budaya, dan berkolaborasi dengan komunitas serta kolektif seni di berbagai daerah di Indonesia.
Program Baku Konek memungkinkan para seniman untuk melakukan residensi di berbagai wilayah di Indonesia, membuka ruang bagi dialog antar budaya dan lingkungan. Dalam perayaan 50 tahun Jakarta Biennale, karya-karya ini menjadi cerminan dari kompleksitas Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya, sekaligus tantangan ekologis yang dihadapi masyarakat di seluruh Nusantara.
Refleksi dan Harapan Karya Tapak Jejeg, Jurus Keset Bacok, dan Jurus Sikut Maen Pukul bukan sekadar gambaran tentang gerakan fisik, tetapi juga menjadi refleksi tentang pentingnya pelestarian budaya di tengah perkembangan dunia modern. Melalui karyanya yang penuh makna, Fauzi telah berhasil menghidupkan kembali jurus-jurus tradisional yang mungkin hampir terlupakan, sekaligus membuka dialog tentang bagaimana seni dapat berperan dalam menjaga identitas budaya.
Karya Fauzi di Jakarta Biennale 2024 menjadi salah satu dari 18 karya seniman lain yang tergabung dalam program Baku Konek 2024. Diketahui, Jakarta Biennale 2024 adalah perhelatan ke-50 yang digagas sejak 1974 oleh Dewan Kesenian Jakarta.
Baku Konek menjadi salah satu kolaborator dalam Jakarta Biennale 2024. Ada sekian karya baku konek dari sekian seniman yang memamerkan karya hasil kolaboratif 23 seniman dari 10 provinsi di Indonesia. Program residensi ini diinisiasi oleh ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) melalui Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Seni Budaya, dan berkolaborasi dengan komunitas serta kolektif seni di berbagai daerah di Indonesia.
Program Baku Konek memungkinkan para seniman untuk melakukan residensi di berbagai wilayah di Indonesia, membuka ruang bagi dialog antar budaya dan lingkungan. Dalam perayaan 50 tahun Jakarta Biennale, karya-karya ini menjadi cerminan dari kompleksitas Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya, sekaligus tantangan ekologis yang dihadapi masyarakat di seluruh Nusantara.
(poe)
Lihat Juga :
tulis komentar anda