Art Love U Fest 2024: Bertemunya Seni dan Cinta di JDC
Jum'at, 01 November 2024 - 08:39 WIB
Catatan Kuratorial “ART U” FEST - 2024
Dengan penduduk yang luar biasa, Jakarta membutuhkan banyak festival seni (rupa). Festival seni amat penting dihadirkan. Bukan sekadar bahwa seni dibutuhkan sebagai terapi bagi setiap individu dan sebagai pelepasan (katarsis) rasa lelah, tetapi festival atau pameran seni rupa juga berguna bagi banyak hal.
Festival secara khusus dimanifestasikan sebagai bagian dari keintiman dan kegembiraan, suka cita warga atas berbagai hal yang dihadapi selama ini. Festival juga tidak sebagai sarana peningkatan apresiasi seni bagi masyarakat, tetapi juga mengarah pada bentuk ruang wisata baru berbasis kreativitas dan hiburan.
Hadirkan Ragam Seni
Pada agenda kali ini panitia penyelenggara sepakat untuk menghadirkan para perupa, didukung dengan sejumlah peserta non seniman salah satunya Vera Eve Lim. Seniman tersebut berasal dari wilayah- wilayah seni utama yakni Jakarta, Bandung, Bali, dan Yogyakarta. Diantaranya ada seniman yang merupakan lulusan ataupun mengajar di perguruan tinggi seni dan ada pula perupa yang belajar secara mandiri. Karya-karya mereka menunjukkan gejala baru dalam perkembangan seni saat ini. Daya tarik tersebut diantaranya mengusung topik dari dan tentang fenomena sosial budaya yang terjadi sehari- hari, hingga kisah masa lampau yang disuguhkan secara kekinian.
Sejumlah pelukis yang turut menggelar karya di antaranya mengusung tema tentang alam, budaya populer, ataupun yang kritis terhadap keadaan sekitar kita. Nama-nama seperti Subandi Giyanto, SP Hidayat, Aldriel Arizon, Zeta Ranniry Abidin, Yeni Fatmawati, Syakieb Sungkar, Tato Kastareja, Zamrud Setya Negara serta beberapa lainnya merupakan para profesional yang populer saat ini.
Karya-karya lukisan yang ada dalam pameran ini mengajukan ragam gaya dari yang bergenre simbolik, figuratif, semi abstrak, hingga yang abstrak murni.
Ada pula sejumlah pematung yang membawa karya-karyanya dalam festival ini sebagai upaya untuk mengenali pengetahuan bahan hingga memberikan pada kita pengenalan tentang kejadian sosial, religi yang ada di masyarakat.
Karya Alfiah Rahdini berjudul "Sailor Moonah The Miniature" yang mengaitkan ide tentang keperempuanan dan budaya pop dan dunia religiusitas. Karya-karya patung lainnya tentu juga sangat menarik seperti karya Dolorosa Sinaga, Basuki Prahoro, Hendratno, Khusna Hardiyanto, Cyca Leonita dan lainnya. Mereka membawa ide yang mampu membuka banyak cakrawala menarik dalam festival ini.
Tidak lupa pula karya seni instalasi yang diusung oleh sejumlah nama seperti Joko Avianto, Bintang Tanatimur, Setya Utami, maupun Billmohdor yang terkait dengan berbagai ragam ide yang dielaborasikan dengan bahan-bahan yang unik dan berserakan saat ini. Karya-karya instalasi ini membuka pemikiran tentang upaya kolaboratif terhadap berbagai ide, persoalan di masyarakat, sampai upaya untuk menyelesaikannya.
Dengan penduduk yang luar biasa, Jakarta membutuhkan banyak festival seni (rupa). Festival seni amat penting dihadirkan. Bukan sekadar bahwa seni dibutuhkan sebagai terapi bagi setiap individu dan sebagai pelepasan (katarsis) rasa lelah, tetapi festival atau pameran seni rupa juga berguna bagi banyak hal.
Festival secara khusus dimanifestasikan sebagai bagian dari keintiman dan kegembiraan, suka cita warga atas berbagai hal yang dihadapi selama ini. Festival juga tidak sebagai sarana peningkatan apresiasi seni bagi masyarakat, tetapi juga mengarah pada bentuk ruang wisata baru berbasis kreativitas dan hiburan.
Hadirkan Ragam Seni
Pada agenda kali ini panitia penyelenggara sepakat untuk menghadirkan para perupa, didukung dengan sejumlah peserta non seniman salah satunya Vera Eve Lim. Seniman tersebut berasal dari wilayah- wilayah seni utama yakni Jakarta, Bandung, Bali, dan Yogyakarta. Diantaranya ada seniman yang merupakan lulusan ataupun mengajar di perguruan tinggi seni dan ada pula perupa yang belajar secara mandiri. Karya-karya mereka menunjukkan gejala baru dalam perkembangan seni saat ini. Daya tarik tersebut diantaranya mengusung topik dari dan tentang fenomena sosial budaya yang terjadi sehari- hari, hingga kisah masa lampau yang disuguhkan secara kekinian.
Sejumlah pelukis yang turut menggelar karya di antaranya mengusung tema tentang alam, budaya populer, ataupun yang kritis terhadap keadaan sekitar kita. Nama-nama seperti Subandi Giyanto, SP Hidayat, Aldriel Arizon, Zeta Ranniry Abidin, Yeni Fatmawati, Syakieb Sungkar, Tato Kastareja, Zamrud Setya Negara serta beberapa lainnya merupakan para profesional yang populer saat ini.
Karya-karya lukisan yang ada dalam pameran ini mengajukan ragam gaya dari yang bergenre simbolik, figuratif, semi abstrak, hingga yang abstrak murni.
Ada pula sejumlah pematung yang membawa karya-karyanya dalam festival ini sebagai upaya untuk mengenali pengetahuan bahan hingga memberikan pada kita pengenalan tentang kejadian sosial, religi yang ada di masyarakat.
Karya Alfiah Rahdini berjudul "Sailor Moonah The Miniature" yang mengaitkan ide tentang keperempuanan dan budaya pop dan dunia religiusitas. Karya-karya patung lainnya tentu juga sangat menarik seperti karya Dolorosa Sinaga, Basuki Prahoro, Hendratno, Khusna Hardiyanto, Cyca Leonita dan lainnya. Mereka membawa ide yang mampu membuka banyak cakrawala menarik dalam festival ini.
Tidak lupa pula karya seni instalasi yang diusung oleh sejumlah nama seperti Joko Avianto, Bintang Tanatimur, Setya Utami, maupun Billmohdor yang terkait dengan berbagai ragam ide yang dielaborasikan dengan bahan-bahan yang unik dan berserakan saat ini. Karya-karya instalasi ini membuka pemikiran tentang upaya kolaboratif terhadap berbagai ide, persoalan di masyarakat, sampai upaya untuk menyelesaikannya.
tulis komentar anda