Pneumonia Butuh Penanganan Serius
Senin, 28 September 2020 - 14:56 WIB
JAKARTA - Pneumonia atau disebut juga dengan paru-paru basah, merupakan infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan dipenuhi cairan atau nanah.
Tanpa perawatan yang benar, pneumonia dapat mengakibatkan komplikasi seperti kesulitan bernafas, infeksi aliran darah, penumpukan cairan atau nanah di dalam maupun di sekitar paru hingga berujung pada kematian. Covid-19 paling banyak menunjukkan gejala pneumonia terutama pada anak-anak seperti disampaikan oleh dr. Sri Sudarwati, Sp. A(K) dari IDAI Jawa Barat. (Baca: Berkata Kotor dan Keji, Dosa yang Sering Diremehkan)
Akan tetapi, Covid-19 tidak selalu bergejala sehingga banyak orang terkonfirmasi positif tanpa gejala (OTG). Menurut Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) yang dikeluarkan oleh Kemenkes, OTG adalah seseorang yang tidak bergejala tapi berisiko telah tertular virus corona dari pasien Covid-19.
Selain itu, OTG memiliki kontak erat dengan kasus positif Covid-19. Yang dimaksud kontak erat disini adalah aktivitas berupa kontak fisik, berada dalam ruangan, ataupun telah berkunjung, dalam radius 1 meter dengan pasien berstatus PDP atau positif Covid-19, dalam waktu 2 hari sebelum kasus timbulnya gejala, hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. (Baca juga: Mahasiswa ITS Buat Aplikasi Pemantau Kondisi Manula)
"Makanya selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan di rumah saja,” saran dr. Sri. Indonesia sendiri masuk dalam 10 besar negara dengan kematian akibat pneumonia tertinggi. Sesak napas menjadi gejala yang paling khas mengingat pemasukan oksigen berkurang. Pada kondisi pneumonia berat dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan oksigen mencapai otak dan jantung.
Kematian tertinggi akibat penyakit ini terjadi di bawah usia dua tahun, atau dua tahun pertama kehidupan. Semakin muda usia bayi, maka semakin berisiko karena bayi baru lahir memiliki daya tahan tubuh rendah dan sistem kekebalan belum belum berkembang sempurna. Meskipun dapat disebabkan infeksi virus, sekitar 50% penyebab pneumonia adalah infeksi bakteri Streptococcus pneumokokus dan kedua terbanyak disebabkan bakteri Haemophilus influenza tipe b. (Lihat videonya: Dua Kelompok Ormas di Bekasi Selatan Terlibat Bentrok)
Penularan pneumonia tersering melalui udara (bersin, batuk atau berbicara). Kualitas udara yang buruk meningkatkan risiko pneumonia. Udara dalam rumah juga menjadi faktor risiko, yaitu ruangan dengan asap rokok, pemakaian bahan bakar dalam rumah tangga atau obat nyamuk. (Sri Noviarni)
Tanpa perawatan yang benar, pneumonia dapat mengakibatkan komplikasi seperti kesulitan bernafas, infeksi aliran darah, penumpukan cairan atau nanah di dalam maupun di sekitar paru hingga berujung pada kematian. Covid-19 paling banyak menunjukkan gejala pneumonia terutama pada anak-anak seperti disampaikan oleh dr. Sri Sudarwati, Sp. A(K) dari IDAI Jawa Barat. (Baca: Berkata Kotor dan Keji, Dosa yang Sering Diremehkan)
Akan tetapi, Covid-19 tidak selalu bergejala sehingga banyak orang terkonfirmasi positif tanpa gejala (OTG). Menurut Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) yang dikeluarkan oleh Kemenkes, OTG adalah seseorang yang tidak bergejala tapi berisiko telah tertular virus corona dari pasien Covid-19.
Selain itu, OTG memiliki kontak erat dengan kasus positif Covid-19. Yang dimaksud kontak erat disini adalah aktivitas berupa kontak fisik, berada dalam ruangan, ataupun telah berkunjung, dalam radius 1 meter dengan pasien berstatus PDP atau positif Covid-19, dalam waktu 2 hari sebelum kasus timbulnya gejala, hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. (Baca juga: Mahasiswa ITS Buat Aplikasi Pemantau Kondisi Manula)
"Makanya selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan di rumah saja,” saran dr. Sri. Indonesia sendiri masuk dalam 10 besar negara dengan kematian akibat pneumonia tertinggi. Sesak napas menjadi gejala yang paling khas mengingat pemasukan oksigen berkurang. Pada kondisi pneumonia berat dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan oksigen mencapai otak dan jantung.
Kematian tertinggi akibat penyakit ini terjadi di bawah usia dua tahun, atau dua tahun pertama kehidupan. Semakin muda usia bayi, maka semakin berisiko karena bayi baru lahir memiliki daya tahan tubuh rendah dan sistem kekebalan belum belum berkembang sempurna. Meskipun dapat disebabkan infeksi virus, sekitar 50% penyebab pneumonia adalah infeksi bakteri Streptococcus pneumokokus dan kedua terbanyak disebabkan bakteri Haemophilus influenza tipe b. (Lihat videonya: Dua Kelompok Ormas di Bekasi Selatan Terlibat Bentrok)
Penularan pneumonia tersering melalui udara (bersin, batuk atau berbicara). Kualitas udara yang buruk meningkatkan risiko pneumonia. Udara dalam rumah juga menjadi faktor risiko, yaitu ruangan dengan asap rokok, pemakaian bahan bakar dalam rumah tangga atau obat nyamuk. (Sri Noviarni)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda