Review Film ‘Laskar Pelangi’: Tagore, Totto-Chan, juga Hirata
Rabu, 30 September 2020 - 12:40 WIB
Foto: Miles Films
Dalam "Eliana Eliana" (yang masih jadi karya terbaiknya hingga saat ini) adalah film yang begitu gamblang mempersoalkan jurang komunikasi antara anak dan orang tua.
Sementara lewat "Gie", Riri mendapat konten yang sangat pas untuk mencereweti pemerintah yang kadung takut pada pemikiran pemuda yang berapi-api. ( )
Dan dalam "3 Hari Untuk Selamanya", ia juga masih melihat betapa sosok anak muda bisa begitu tak peduli pada keadaan sekitar,tapipada saat bersamaan juga mempertanyakan banyak hal tentang apa yang terjadi di sekitarnya.
Namun dengan meletakkan khittah-nya sebagai family movie, Riri memang tak bisa terlalu meletakkan kegelisahan di depan yang bisa menyusutkan tema utama "Laskar Pelangi" yang mengobarkan semangat melawan kemiskinan sistematis.
Ia harus berkompromi dengan itu, tapi bukan berarti harus menjadi ’pelacur’ yang menjual jiwanya pada setan. Riri, dengan integritasnya yang tak terbantahkan sebagai seorang kreator, mampu memadukan "Laskar Pelangi" sehingga tak perlu kering, tapi juga tak kehilangan pijakannya dengan niat menghibur keluarga Indonesia.
Foto: Miles Films
Melalui Ikal (Zulfani, versi dewasanya dimainkan Lukman Sardi) dan kawan-kawannya yang bersemangat baja bersekolah di sebuah tempat bobrok, Riri sesungguhnya ingin mengkritik ketidakpedulian pemerintah untuk menjadikan pendidikan sebagai garda terdepan demi memajukan bangsa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda