WHO Tak Lagi Andalkan Lockdown untuk Atasi Pandemi COVID-19
Senin, 12 Oktober 2020 - 19:26 WIB
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) telah memperingatkan para pemimpin negara agar tidak mengandalkan penguncian atau lockdown untuk mengatasi pandemi COVID-19. Utusan WHO Dr. David Nabarro mengatakan, tindakan pembatasan seperti itu hanya boleh diperlakukan sebagai upaya terakhir.
“Kami di WHO tidak menganjurkan lockdown sebagai cara utama pengendalian virus ini,” kata Nabarro dalam sebuah wawancara video dengan majalah Inggris The Spectator, seperti dilansir dari New York Post, Senin (12/10).
( )
“Satu-satunya saat kami yakin bahwa lockdown dapat dibenarkan adalah ketika memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, menyusun kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda, melindungi petugas kesehatan Anda yang kelelahan, tetapi pada umumnya, kami lebih suka tidak melakukannya," lanjut Nabarro.
Nabarro menjelaskan, ada kerugian signifikan yang disebabkan oleh lockdown yang ketat, khususnya terhadap ekonomi global.
"Lockdown hanya memiliki satu konsekuensi yang tidak boleh Anda remehkan, dan itu membuat orang miskin menjadi semakin miskin," jelasnya.
Di samping itu, lockdown dinilai telah berdampak parah pada negara-negara yang mengandalkan pariwisata.
“Lihat saja apa yang terjadi dengan industri pariwisata di Karibia, misalnya, atau di Pasifik karena orang-orang tidak ada yang berlibur,” ujar Nabarro.
“Lihat apa yang terjadi pada petani kecil di seluruh dunia. Lihat apa yang terjadi dengan tingkat kemiskinan. Tampaknya kita mungkin memiliki dua kali lipat kemiskinan dunia pada tahun depan. Kita mungkin memiliki setidaknya dua kali lipat dari malnutrisi anak," tambahnya.
“Kami di WHO tidak menganjurkan lockdown sebagai cara utama pengendalian virus ini,” kata Nabarro dalam sebuah wawancara video dengan majalah Inggris The Spectator, seperti dilansir dari New York Post, Senin (12/10).
( )
“Satu-satunya saat kami yakin bahwa lockdown dapat dibenarkan adalah ketika memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, menyusun kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda, melindungi petugas kesehatan Anda yang kelelahan, tetapi pada umumnya, kami lebih suka tidak melakukannya," lanjut Nabarro.
Nabarro menjelaskan, ada kerugian signifikan yang disebabkan oleh lockdown yang ketat, khususnya terhadap ekonomi global.
"Lockdown hanya memiliki satu konsekuensi yang tidak boleh Anda remehkan, dan itu membuat orang miskin menjadi semakin miskin," jelasnya.
Di samping itu, lockdown dinilai telah berdampak parah pada negara-negara yang mengandalkan pariwisata.
“Lihat saja apa yang terjadi dengan industri pariwisata di Karibia, misalnya, atau di Pasifik karena orang-orang tidak ada yang berlibur,” ujar Nabarro.
“Lihat apa yang terjadi pada petani kecil di seluruh dunia. Lihat apa yang terjadi dengan tingkat kemiskinan. Tampaknya kita mungkin memiliki dua kali lipat kemiskinan dunia pada tahun depan. Kita mungkin memiliki setidaknya dua kali lipat dari malnutrisi anak," tambahnya.
tulis komentar anda