Osteoporosis Dapat Menimbulkan Masalah Fisik jika Dibiarkan
Minggu, 25 Oktober 2020 - 12:47 WIB
JAKARTA - Menurut pedoman pengendalian osteoporosis yang diterbitkan Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 1142 tahun 2008, dua dari lima penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis.
(Baca juga: Waspada, Polusi Udara Bisa Perparah Penyitas Penyakit Kronik )
Kepala Hip, Knee, and Geriatric Trauma Orthopaedic Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta, Dr. dr. Franky Hartono, Sp.OT(K), mengatakan bahwa tulang adalah jaringan hidup yang secara konstan berubah-ubah.
"Dalam periode umur tertentu, sel tulang disimpan namun terdapat fase di mana sel tersebut terserap. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan pengurangan massa atau kepadatan tulang sehingga mengakibatkan tulang menjadi keropos," terangnya.
Dokter Karina Besinga, Sp.OT(K), salah satu anggota Hip, Knee, and Geriatric Trauma Orthopaedic Center, menambahkan jika osteoporosis bisa disebut sebagai silent disease lantaran menyerang secara diam-diam tanpa ada tanda-tanda khusus.
Apabila dibiarkan, kata dr. Karina, ke depannya dapat menimbulkan masalah pada fisik seperti rasa nyeri, patah tulang hingga membutuhkan ostheoarthritis advance. "Hal ini tentunya dapat menurunkan kualitas hidup seseorang yang dapat mengganggu sistem tubuh yang lainnya termasuk jantung, paru-paru, dll. Osteoporosis bukanlah penyakit akibat kurangnya kalsium, namun kalsium hanyalah salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis," paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, tim dokter lainnya, dr. Daniel Marpaung,Sp.OT(K), mengungkapkan, gejala osteoporosis biasanya tidak dirasakan pasien hingga terjadi cedera. Diagnosa dini osteoporosis dapat dilakukan melalui BMD (bone mass density) untuk menilai kepadatan tulang.
"Terapi osteoporosis melalui gaya hidup, olahraga yang sesuai, pemberian obat-obat anti osteoporosis, dan dilakukan tindakan invasif bila osteoporosis tersebut menyebabkan tulang patah," kata dr. Daniel.
Sementara itu, dalam rangka Hari Osteoporosis Sedunia yang jatuh setiap 20 Oktober, perlu kembali diingatkan kesadaran diri, termasuk juga keluarga, mengenai pentingnya mencegah dan membantu penderita Osteoporosis. Usaha-usaha yang tepat diharapkan mampu meminimalisir rasa nyeri, fraktur, bahkan sampai risiko kecacatan.
(Baca juga: Cegah Polio, Yuk Tetap Imunisasi Anak dengan Vaksin Polio )
Dengan kondisi yang masih dalam pandemi Covid-19, masyarakat bisa mengontrol kesehatan tulang melalui berbagai media baik lewat telekonsultasi via platform kesehatan seperti Aido Health maupun pertemuan tatap muka yang mengedepankan protokol kesehatan di rumah sakit.
(Baca juga: Waspada, Polusi Udara Bisa Perparah Penyitas Penyakit Kronik )
Kepala Hip, Knee, and Geriatric Trauma Orthopaedic Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta, Dr. dr. Franky Hartono, Sp.OT(K), mengatakan bahwa tulang adalah jaringan hidup yang secara konstan berubah-ubah.
"Dalam periode umur tertentu, sel tulang disimpan namun terdapat fase di mana sel tersebut terserap. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan pengurangan massa atau kepadatan tulang sehingga mengakibatkan tulang menjadi keropos," terangnya.
Dokter Karina Besinga, Sp.OT(K), salah satu anggota Hip, Knee, and Geriatric Trauma Orthopaedic Center, menambahkan jika osteoporosis bisa disebut sebagai silent disease lantaran menyerang secara diam-diam tanpa ada tanda-tanda khusus.
Apabila dibiarkan, kata dr. Karina, ke depannya dapat menimbulkan masalah pada fisik seperti rasa nyeri, patah tulang hingga membutuhkan ostheoarthritis advance. "Hal ini tentunya dapat menurunkan kualitas hidup seseorang yang dapat mengganggu sistem tubuh yang lainnya termasuk jantung, paru-paru, dll. Osteoporosis bukanlah penyakit akibat kurangnya kalsium, namun kalsium hanyalah salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis," paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, tim dokter lainnya, dr. Daniel Marpaung,Sp.OT(K), mengungkapkan, gejala osteoporosis biasanya tidak dirasakan pasien hingga terjadi cedera. Diagnosa dini osteoporosis dapat dilakukan melalui BMD (bone mass density) untuk menilai kepadatan tulang.
"Terapi osteoporosis melalui gaya hidup, olahraga yang sesuai, pemberian obat-obat anti osteoporosis, dan dilakukan tindakan invasif bila osteoporosis tersebut menyebabkan tulang patah," kata dr. Daniel.
Sementara itu, dalam rangka Hari Osteoporosis Sedunia yang jatuh setiap 20 Oktober, perlu kembali diingatkan kesadaran diri, termasuk juga keluarga, mengenai pentingnya mencegah dan membantu penderita Osteoporosis. Usaha-usaha yang tepat diharapkan mampu meminimalisir rasa nyeri, fraktur, bahkan sampai risiko kecacatan.
(Baca juga: Cegah Polio, Yuk Tetap Imunisasi Anak dengan Vaksin Polio )
Dengan kondisi yang masih dalam pandemi Covid-19, masyarakat bisa mengontrol kesehatan tulang melalui berbagai media baik lewat telekonsultasi via platform kesehatan seperti Aido Health maupun pertemuan tatap muka yang mengedepankan protokol kesehatan di rumah sakit.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda