Jangan Abai Diabetes, Waspadai Gejalanya Mulai dari yang Ringan
Jum'at, 13 November 2020 - 15:00 WIB
JAKARTA - Walau merasa pola konsumsi makan sudah tepat, jangan lupa untuk selalu tetap waspada terhadap potensi diabetes . Cermati gejala-gejala diabetes seperti merasakan haus, lapar, dan berkemih lebih dari biasanya; kelelahan berlebih; sensasi kebas, nyeri, atau terbakar pada ujung jari; gangguan pengelihatan; dan penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
“Waspadai juga bila ada gangguan seksual; acanthosis nigricans (kelainan pigmentasi kulit); serta infeksi berulang atau luka sulit sembuh,” terang dr. Riska Amalia Ambarwati. Sp.PD - Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital Karawang. Cobalah untuk mengetahui kalori suatu makanan sehingga konsumsi kalori berlebih pun dapat dicegah.
Dijelaskan dr. Yohan Samudra, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Tangerang, satu potong kue bisa mencapai 300 kkal. Sedangkan, satu keping kukis bisa mencapai sekitar 30-40 kkal. Roti dan donat bervariasi mulai 200 kkal hingga 350 kkal tergantung varian rasa. Rata-rata, soda dan minuman kemasan dapat mengandung 150 kkal dan takaran ini cukup besar untuk sebuah minuman yang tidak memberikan rasa kenyang sama sekali.
Kopi dan teh kekinian mengandung 200-380 kkal. Kalori jajanan pasar berada dikisaran 150 hingga 250 kkal. Sedangkan, kategori makan utama seperti cepat saji, nasi goreng, atau nasi padang memiliki kadar kalori mulai dari 500 hingga 900 kkal. Lantas, apakah tetap diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman tersebut? “Bisa saja, namun harus memperhatikan jumlah konsumsi dan frekuensi dalam mengonsumsinya,” ujar dr. Andi Faradilah, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Makassar.
Dr. Yohan mebambahkan, bahwa makanan dan minuman yang meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik disebut dengan ‘comfort food’ atau ‘recreational eating’ yang artinya dapat dikonsumsi secara terbatas dan bukan sesuatu yang rutin. Comfort food hanya menempati 20% dari total kebutuhan makan sehari, sementara 80% lainnya harus berasal dari ‘real food’ atau makanan yang bentuk aslinya masih terlihat, segar, dan dimasak dengan cara sehat.
“Masyarakat perlu memahami kadar minimal kalori dalam sebuah makanan atau minuman yang baik untuk dikonsumsi,” imbuh dr. Yohan. Untuk minuman, sebaiknya masyarakat mengonsumsi minuman yang mengandung 0 kalori seperti air putih, kopi, dan teh tanpa gula (atau sekitar 100 kkal jika ditambah gula 1 sendok makan). Untuk cemilan, sebaiknya asupan kalori yang dikonsumsi sekitar 150-200 kkal dan makanan utama di rentang 500-600 kkal. Tentu saja total asupan kalori setiap orang berbeda dan harus dihitung per individu, disesuaikan dengan tinggi badan, usia, aktivitas fisik, dan faktor stres masing-masing orang.
“Waspadai juga bila ada gangguan seksual; acanthosis nigricans (kelainan pigmentasi kulit); serta infeksi berulang atau luka sulit sembuh,” terang dr. Riska Amalia Ambarwati. Sp.PD - Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital Karawang. Cobalah untuk mengetahui kalori suatu makanan sehingga konsumsi kalori berlebih pun dapat dicegah.
Dijelaskan dr. Yohan Samudra, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Tangerang, satu potong kue bisa mencapai 300 kkal. Sedangkan, satu keping kukis bisa mencapai sekitar 30-40 kkal. Roti dan donat bervariasi mulai 200 kkal hingga 350 kkal tergantung varian rasa. Rata-rata, soda dan minuman kemasan dapat mengandung 150 kkal dan takaran ini cukup besar untuk sebuah minuman yang tidak memberikan rasa kenyang sama sekali.
Kopi dan teh kekinian mengandung 200-380 kkal. Kalori jajanan pasar berada dikisaran 150 hingga 250 kkal. Sedangkan, kategori makan utama seperti cepat saji, nasi goreng, atau nasi padang memiliki kadar kalori mulai dari 500 hingga 900 kkal. Lantas, apakah tetap diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman tersebut? “Bisa saja, namun harus memperhatikan jumlah konsumsi dan frekuensi dalam mengonsumsinya,” ujar dr. Andi Faradilah, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Makassar.
Dr. Yohan mebambahkan, bahwa makanan dan minuman yang meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik disebut dengan ‘comfort food’ atau ‘recreational eating’ yang artinya dapat dikonsumsi secara terbatas dan bukan sesuatu yang rutin. Comfort food hanya menempati 20% dari total kebutuhan makan sehari, sementara 80% lainnya harus berasal dari ‘real food’ atau makanan yang bentuk aslinya masih terlihat, segar, dan dimasak dengan cara sehat.
“Masyarakat perlu memahami kadar minimal kalori dalam sebuah makanan atau minuman yang baik untuk dikonsumsi,” imbuh dr. Yohan. Untuk minuman, sebaiknya masyarakat mengonsumsi minuman yang mengandung 0 kalori seperti air putih, kopi, dan teh tanpa gula (atau sekitar 100 kkal jika ditambah gula 1 sendok makan). Untuk cemilan, sebaiknya asupan kalori yang dikonsumsi sekitar 150-200 kkal dan makanan utama di rentang 500-600 kkal. Tentu saja total asupan kalori setiap orang berbeda dan harus dihitung per individu, disesuaikan dengan tinggi badan, usia, aktivitas fisik, dan faktor stres masing-masing orang.
(wur)
tulis komentar anda