Orang yang Kurang Tidur Sangat Rentan Alami Kecemasan
Minggu, 15 November 2020 - 00:46 WIB
JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur sangat rentan terhadap kondisi terkait ketakutan seperti gangguan stres pasca trauma atau kecemasan. Studi tersebutterdapat di Biological Psychiatry: Cognitive Neuroscience and Neuroimaging, yang diterbitkan Elsevier.
( )
"Studi ini memberi kita wawasan baru tentang bagaimana kurang tidur memengaruhi fungsi otak untuk mengganggu kepunahan rasa takut," kata Cameron Carter, MD, Editor Biological Psychiatry: Cognitive Neuroscience and Neuroimaging, seperti dikutip Times Now News, Sabtu (14/11).
Para peneliti, yang dipimpin Anne Germain, PhD, di University of Pittsburgh dan Edward Pace-Schott, PhD, di Harvard Medical School dan Massachusetts General Hospital, mempelajari 150 orang dewasa yang sehat di laboratorium tidur. Sepertiga subjek mendapat tidur normal, sepertiga dibatasi tidurnya dan mereka hanya tidur pada paruh pertama malam, dan sepertiga kurang tidur, sehingga mereka tidak tidur sama sekali. Di pagi hari, semua subjek mengalami pengkondisian rasa takut.
"Tim kami menggunakan model eksperimental tiga fase untuk memperoleh dan mengatasi kenangan menakutkan saat otak mereka dipindai menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional," jelas Dr Pace-Schott.
Pencitraan otak yang direkam selama tugas menunjukkan aktivasi di area otak yang terkait dengan regulasi emosional, seperti korteks prefrontal, pada orang yang mendapatkan tidur normal. Tetapi aktivitas otak terlihat sangat berbeda pada orang dengan tidur terbatas .
"Kami menemukan bahwa di antara tiga kelompok, mereka yang hanya tidur setengah malam menunjukkan aktivitas paling banyak di wilayah otak yang terkait dengan rasa takut dan paling sedikit aktivitas di area yang terkait dengan pengendalian emosi," ungkap Dr Pace-Schott.
Anehnya, orang yang tidak tidur kekurangan aktivasi otak di area yang berhubungan dengan rasa takut selama pengondisian rasa takut dan kepunahan. Selama ingatan kepunahan 12 jam kemudian, aktivitas otak mereka tampak lebih mirip dengan mereka yang tidur normal, menunjukkan bahwa tidur malam yang terbatas lebih buruk daripada tidak sama sekali.
Para peneliti menyimpulkan bahwa tidur hanya setengah malam mengakibatkan hilangnya gerakan mata cepat (REM) tidur, yang telah terbukti penting untuk konsolidasi memori dan biasanya terjadi menjelang akhir periode tidur normal.
"Penelitian menggunakan pencitraan otak non-invasif untuk memberi kita jendela baru tentang bagaimana kurang tidur mengganggu mekanisme kepunahan rasa takut normal dan berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap gejala stres pasca trauma," tambah Dr Carter.
(Baca juga: Komedo Membandel, Hilangkan dengan Bahan yang ada di Rumah )
Menurut Dr Pace-Schott, pekerja medis dan tentara sering kali membatasi atau mengganggu tidur daripada tidak tidur sepanjang malam.
( )
"Studi ini memberi kita wawasan baru tentang bagaimana kurang tidur memengaruhi fungsi otak untuk mengganggu kepunahan rasa takut," kata Cameron Carter, MD, Editor Biological Psychiatry: Cognitive Neuroscience and Neuroimaging, seperti dikutip Times Now News, Sabtu (14/11).
Para peneliti, yang dipimpin Anne Germain, PhD, di University of Pittsburgh dan Edward Pace-Schott, PhD, di Harvard Medical School dan Massachusetts General Hospital, mempelajari 150 orang dewasa yang sehat di laboratorium tidur. Sepertiga subjek mendapat tidur normal, sepertiga dibatasi tidurnya dan mereka hanya tidur pada paruh pertama malam, dan sepertiga kurang tidur, sehingga mereka tidak tidur sama sekali. Di pagi hari, semua subjek mengalami pengkondisian rasa takut.
"Tim kami menggunakan model eksperimental tiga fase untuk memperoleh dan mengatasi kenangan menakutkan saat otak mereka dipindai menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional," jelas Dr Pace-Schott.
Pencitraan otak yang direkam selama tugas menunjukkan aktivasi di area otak yang terkait dengan regulasi emosional, seperti korteks prefrontal, pada orang yang mendapatkan tidur normal. Tetapi aktivitas otak terlihat sangat berbeda pada orang dengan tidur terbatas .
"Kami menemukan bahwa di antara tiga kelompok, mereka yang hanya tidur setengah malam menunjukkan aktivitas paling banyak di wilayah otak yang terkait dengan rasa takut dan paling sedikit aktivitas di area yang terkait dengan pengendalian emosi," ungkap Dr Pace-Schott.
Anehnya, orang yang tidak tidur kekurangan aktivasi otak di area yang berhubungan dengan rasa takut selama pengondisian rasa takut dan kepunahan. Selama ingatan kepunahan 12 jam kemudian, aktivitas otak mereka tampak lebih mirip dengan mereka yang tidur normal, menunjukkan bahwa tidur malam yang terbatas lebih buruk daripada tidak sama sekali.
Para peneliti menyimpulkan bahwa tidur hanya setengah malam mengakibatkan hilangnya gerakan mata cepat (REM) tidur, yang telah terbukti penting untuk konsolidasi memori dan biasanya terjadi menjelang akhir periode tidur normal.
"Penelitian menggunakan pencitraan otak non-invasif untuk memberi kita jendela baru tentang bagaimana kurang tidur mengganggu mekanisme kepunahan rasa takut normal dan berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap gejala stres pasca trauma," tambah Dr Carter.
(Baca juga: Komedo Membandel, Hilangkan dengan Bahan yang ada di Rumah )
Menurut Dr Pace-Schott, pekerja medis dan tentara sering kali membatasi atau mengganggu tidur daripada tidak tidur sepanjang malam.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda