Hari AIDS Sedunia: Perkuat Solidaritas Tingkatkan Kolaborasi

Selasa, 01 Desember 2020 - 22:50 WIB
"TBC paru pada pasien dengan risiko tinggi menderita HIV/AIDS harus dievaluasi kemungkinan terinfeksi HIV. Pasien dengan HIV bisa juga di awalnya mengalami kelainan pada kulit, berupa kulit berwarna kehitaman. Pasien juga bisa datang dengan kejang-kejang akibat virus HIV-nya sudah mengenai otak," lanjutnya.

Dengan semakin banyak kasus HIV di tengah masyarakat, mestinya kemampuan dokter untuk mendeteksi kasus ini meningkat. Semakin cepat diobati semakin cepat mencegah komplikasi yang terjadi. Seks bebas merupakan faktor risiko utama bagaimana virus tersebut berpindah dari satu orang ke orang lain. Suami atau istri yang menderita HIV akan menularkan kepada istri atau suaminya. Ibu penderita HIV bisa menularkan kepada anak-anak yang dilahirkan.

"Orang serumah atau orang sekantor atau teman sekolah dengan penderita HIV tidak akan tertular kalau hanya ngobrol atau bekerja dalam satu tim, makan bersama, berenang bersama, atau duduk dalam ruangan yang sama. Stigma yang menakutkan bahwa penderita HIV harus dikucilkan sebenarnya tidak perlu terjadi lagi saat ini," ungkapnya.

( )

"Buat para penderita pun dengan obat antiretroviral (ARV) saat ini yang tersedia mestinya tidak perlu bersedih hati mengenai masa depannya karena dengan minum obat secara teratur dan tidak terputus kualitas hidupnya juga akan membaik," sambungnya.

Kasus HIV/AIDS bisa dicegah dan angka kejadiannya dapat ditekan dengan kesungguhan agar kasus tidak meningkat. Prof Ari menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kepada siapapun yang berisiko untuk mengetahui apakah memiliki virus HIV atau tidak. Semakin cepat dideteksi, semakin cepat diobati, maka semakin rendah menularkan ke orang lain.
(tsa)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More