Sosialisasikan Nilai-Nilai Pancasila lewat Musik Kebangsaan
Kamis, 17 Desember 2020 - 23:33 WIB
JAKARTA - Musik merupakan medium instrumen universal yang efektif dalam menyampaikan suatu pesan. Bahkan lebih dari itu musik juga diyakini dapat menjadi media untuk melakukan internalisasi nilai-nilai kepada pendengarnya.
( )
Sejalan dengan hal tersebut Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam rangka menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila ke generasi muda menghadirkan kegiatan bedah musik kebangsaan yang digelar di Auditorium Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, Depok, Rabu (16/12) lalu.
Kegiatan dengan konsep membedah lagu kebangsaan ini merupakan bagian dari strategi untuk menyosialisasikan sekaligus menanamkan jiwa kebangsaan melalui saluran yang dekat dengan dunia generasi muda yaitu musik.
Sekretaris utama BPIP, Dr Karjono, SH.M.Hum, mengatakan bahwa musik dan budaya merupakan bahasa universal untuk mempersatukan keberagaman yang ada di Indonesia dan kekayaan warna keberagaman musik dan budaya. "Ini merupakan sebuah kekuatan dari bangsa Indonesia yang belum dimaksimalkan terutama untuk membalut lagu bertema kebangsaan yang ada saat ini yang terkesan masih konvensional," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Dr Karjono, perlu adanya medium agar musik kebangsaan ini bisa dinikmati anak muda dengan pendekatan berbeda, yakni memasukkan unsur musik maupun budaya daerah yang kini tengah digandrungi anak muda. "Saya tadi kan bilang bahwa tahun 1976-1980-an saya menyukai musik Boney M musik disko terkait dengan ada musik Calvin Harris, tapi saya lebih mau menjiwai musik koplo sama reggae," ungkapnya.
"Kita suka itu tapi nadanya adalah rohnya dari musik budaya Indonesia apa itu Sajojo, Sai Anju Ma U atau itu ambyar dan lagu dari budaya Indonesia. Karenanya, saya sangat setuju musik kebangsaan bisa memasukan unsur aransemen koplo agar dekat dengan apa yang disukai anak muda saat ini," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPIP Prof Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D mengatakan jika BPIP terus mengeksplorasi pelbagai peluang kerjasama dengan berbagai pihak, terutama dalam penciptaan konten-konten positif dan media edukasi alternatif yang sesuai dengan gaya anak muda.
"Saya dulu sangat ingin bisa bernyanyi, tapi saya sadar jika bakat saya bukan di situ. Makanya perbedaan bakat itu untuk menguatkan satu sama lain. Saya bisa pidato tapi tidak bisa bernyanyi, kawan-kawan seniman pintar bikin lagu. Makanya kita bekerjasama untuk saling menguatkan pesan kebangsaan," kata dia.
( )
Sejalan dengan hal tersebut Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam rangka menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila ke generasi muda menghadirkan kegiatan bedah musik kebangsaan yang digelar di Auditorium Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, Depok, Rabu (16/12) lalu.
Kegiatan dengan konsep membedah lagu kebangsaan ini merupakan bagian dari strategi untuk menyosialisasikan sekaligus menanamkan jiwa kebangsaan melalui saluran yang dekat dengan dunia generasi muda yaitu musik.
Sekretaris utama BPIP, Dr Karjono, SH.M.Hum, mengatakan bahwa musik dan budaya merupakan bahasa universal untuk mempersatukan keberagaman yang ada di Indonesia dan kekayaan warna keberagaman musik dan budaya. "Ini merupakan sebuah kekuatan dari bangsa Indonesia yang belum dimaksimalkan terutama untuk membalut lagu bertema kebangsaan yang ada saat ini yang terkesan masih konvensional," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Dr Karjono, perlu adanya medium agar musik kebangsaan ini bisa dinikmati anak muda dengan pendekatan berbeda, yakni memasukkan unsur musik maupun budaya daerah yang kini tengah digandrungi anak muda. "Saya tadi kan bilang bahwa tahun 1976-1980-an saya menyukai musik Boney M musik disko terkait dengan ada musik Calvin Harris, tapi saya lebih mau menjiwai musik koplo sama reggae," ungkapnya.
"Kita suka itu tapi nadanya adalah rohnya dari musik budaya Indonesia apa itu Sajojo, Sai Anju Ma U atau itu ambyar dan lagu dari budaya Indonesia. Karenanya, saya sangat setuju musik kebangsaan bisa memasukan unsur aransemen koplo agar dekat dengan apa yang disukai anak muda saat ini," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPIP Prof Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D mengatakan jika BPIP terus mengeksplorasi pelbagai peluang kerjasama dengan berbagai pihak, terutama dalam penciptaan konten-konten positif dan media edukasi alternatif yang sesuai dengan gaya anak muda.
"Saya dulu sangat ingin bisa bernyanyi, tapi saya sadar jika bakat saya bukan di situ. Makanya perbedaan bakat itu untuk menguatkan satu sama lain. Saya bisa pidato tapi tidak bisa bernyanyi, kawan-kawan seniman pintar bikin lagu. Makanya kita bekerjasama untuk saling menguatkan pesan kebangsaan," kata dia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda