Pandemi, Tekanan Hebat pada Kesehatan Mental Sejak PD II
Rabu, 30 Desember 2020 - 22:30 WIB
JAKARTA - Meski virus sudah dapat dikontrol, dampak jangka panjangnya tetap akan dirasakan. Hal ini dikatakan oleh Dr. Adrian James, Presiden Royal College of Psychiatrists. Dia bahkan menyebut dampak pandemi terhadap kesehatan mental amat hebat dan belum pernah dirasakan sejak Perang Dunia (PD) II puluhan tahun silam.
“Bagaimana tidak, kehilangan orang terkasih, bertambahnya pengangguran, termasuk efek sosial dari lockdown,” jelas psikiater ini, seperti dikutip dari laman Dailymail.
( )
Yayasan kesehatan mental Mind menggambarkan situasi Natal tahun ini sebagai darurat kesehatan mental. Di mana disebutkan tahun ini sebagai tahun penuh kegelisahan dan ketidakpastian, lantaran banyak masyarakat yang memerlukan konseling pada yayasan ini.
Sebuah laporan mengingatkan 10 juta orang di Inggris membutuhkan layanan kesehatan mental sebelum gelombang kedua virus corona. Para ahli berpendapat, 8,5 juta orang dewasa dan 1,5 juta anak-anak di Inggris berpotensi membutuhkan pertolongan kesehatan mental sebagai dampak dari pandemi, termasuk kehilangan orang yang disayangi maupun pekerjaan.
Keluhan yang mungkin dialami ialah depresi dan gelisah, demikian menurut analisis dari Centre for Mental Health, dengan konsultan para ahli dari NHS (program layanan kesehatan masyarakat di Britania Raya). Masalahnya, pekerja NHS sekali pun bisa berisiko mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD). Ini adalah gangguan yang ditandai dengan kegagalan untuk pulih setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan.
Gangguan tersebut umumnya dirasakan oleh mereka yang mengalami konflik bersenjata. Yayasan Mind menyebutkan, pada November kemarin banyak orang mengalami krisis kesehatan mental yang jumlahnya lebih banyak dibanding bulan-bulan sebelumnya. Ada kenaikan 15% orang yang menderita gangguan mental dari Maret hingga Juli tahun ini.
Para dokter khawatir NHS kewalahan menangani pasien yang dirawat inap menyusul tingginya infeksi COVID-19 di negara tersebut. Total pasien yang dirawat inap hampir melebihi puncak gelombang pertama. Di mana sebanyak 21.286 pasien dirawat terhitung tanggal 22 Desember 2020. Bandingkan dengan data tanggal 12 April sebanyak 21.683 pasien yang dirawat inap.
( )
Sebelum Inggris menjalani lockdown kedua di bulan November, sebanyak 42 ahli mengingatkan bahwa permasalahan pandemi ini bisa berujung kepada hal yang amat serius. Sebut saja memicu tindakan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, termasuk penyalahgunaan alkohol hingga kekerasan rumah tangga. Dalam sebuah surat terbuka kepada pemerintah, masyarakat menyampaikan semakin lama lockdown semakin buruk situasi yang akan terjadi.
“Bagaimana tidak, kehilangan orang terkasih, bertambahnya pengangguran, termasuk efek sosial dari lockdown,” jelas psikiater ini, seperti dikutip dari laman Dailymail.
( )
Yayasan kesehatan mental Mind menggambarkan situasi Natal tahun ini sebagai darurat kesehatan mental. Di mana disebutkan tahun ini sebagai tahun penuh kegelisahan dan ketidakpastian, lantaran banyak masyarakat yang memerlukan konseling pada yayasan ini.
Sebuah laporan mengingatkan 10 juta orang di Inggris membutuhkan layanan kesehatan mental sebelum gelombang kedua virus corona. Para ahli berpendapat, 8,5 juta orang dewasa dan 1,5 juta anak-anak di Inggris berpotensi membutuhkan pertolongan kesehatan mental sebagai dampak dari pandemi, termasuk kehilangan orang yang disayangi maupun pekerjaan.
Keluhan yang mungkin dialami ialah depresi dan gelisah, demikian menurut analisis dari Centre for Mental Health, dengan konsultan para ahli dari NHS (program layanan kesehatan masyarakat di Britania Raya). Masalahnya, pekerja NHS sekali pun bisa berisiko mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD). Ini adalah gangguan yang ditandai dengan kegagalan untuk pulih setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan.
Gangguan tersebut umumnya dirasakan oleh mereka yang mengalami konflik bersenjata. Yayasan Mind menyebutkan, pada November kemarin banyak orang mengalami krisis kesehatan mental yang jumlahnya lebih banyak dibanding bulan-bulan sebelumnya. Ada kenaikan 15% orang yang menderita gangguan mental dari Maret hingga Juli tahun ini.
Para dokter khawatir NHS kewalahan menangani pasien yang dirawat inap menyusul tingginya infeksi COVID-19 di negara tersebut. Total pasien yang dirawat inap hampir melebihi puncak gelombang pertama. Di mana sebanyak 21.286 pasien dirawat terhitung tanggal 22 Desember 2020. Bandingkan dengan data tanggal 12 April sebanyak 21.683 pasien yang dirawat inap.
( )
Sebelum Inggris menjalani lockdown kedua di bulan November, sebanyak 42 ahli mengingatkan bahwa permasalahan pandemi ini bisa berujung kepada hal yang amat serius. Sebut saja memicu tindakan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, termasuk penyalahgunaan alkohol hingga kekerasan rumah tangga. Dalam sebuah surat terbuka kepada pemerintah, masyarakat menyampaikan semakin lama lockdown semakin buruk situasi yang akan terjadi.
(tsa)
tulis komentar anda