Masa Pandemi, Angka Pemberian ASI Eksklusif Justru Makin Tinggi
Rabu, 20 Januari 2021 - 18:35 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup dan disrupsi sistem kesehatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Fasilitas pelayanan kesehatan difokuskan untuk penanganan Covid-19 , sehingga banyak pelayanan kesehatan rutin terganggu, termasuk tidak beroperasinya posyandu dan pelayanan konseling ibu hamil dan menyusui di Puskesmas.
Meski begitu hal ini tidak menjadi halangan bagi ibu untuk menyusui anaknya secara eksklusif. Hal ini dibuktikan lewat penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dari Health Collaborative Center (HCC). Survei daring dari HCC yang dilakukan di 20 provinsi di Indonesia menunjukkan, selama masa pandemi Covid-19 di tahun 2020, angka ASI Eksklusif meningkat tajam mencapai 89%.
“Kebijakan PSBB yang mengharuskan ibu tetap berada di rumah justru memberi pengaruh positif terhadap peningkatan perilaku laktasi. Angka ini meningkat tajam dibanding angka ASI Eksklusif di Indonesia selama beberapa tahun ini yang masih berkisar antara 30-50%,” kata Ketua tim peneliti Dr. Ray.
Ia menjelaskan, penelitian dilakukan terhadap 379 responden Ibu Menyusui dari 20 provinsi di Indonesia ini menunjukkan bahwa peningkatan angka keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia selama masa pandemi terjadi sangat tinggi pada kelompok yang bekerja dari rumah (work from home) yaitu sebesar 97,8% serta pada kelompok Ibu menyusui yang tetap kerja dari kantor (work from office) sebesar 82,9%.
Temuan lain dari tim peneliti yang terdiri dari Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) dan dr. Levina Chandra Khoe, MPH memperlihatkan bahwa pemanfaatan konsultasi layanan kesehatan daring (online) selama Masa Pandemi Covid-19 (PSBB) di Indonesia sangat membantu Ibu menyusui. Terbukti dari banyaknya jumlah ibu menyusui (sebesar 70%) yang berkonsultasi laktasi dengan tenaga kesehatan secara daring, terutama melalui aplikasi WhatssApp (sebesar 40%).
Mayoritas responden mengakui layanan kesehatan daring selama masa pandemi sangat membantu dan efektif. Meski begitu kendala jaringan dan kekhawatiran terhadap kerahasiaan data adalah faktor yang menghambat kualitas konsultasi menyusui secara daring.
“Itu sebabnya penting bagi pemerintah untuk memastikan aspek aksesibilitas dan kualitas jaringan serta tidak lupa melindungi aspek privacy dan perlindungan data pribadi serta detail medical record pasien yang memanfaatkan fasilitas telekonsultasi” tegas Dr. Ray.
Temuan lain adalah 6 dari 10 Ibu mengakui keberadaan susu formula tidak jadi alasan berhenti menyusui selama masa pandemi serta 5 dari 10 Ibu mengakui waktu kerja tidak fleksibel (harus WFO dan WFH) tidak menghalangi untuk tetap menyusui. Menurut Dr. Ray ini artinya tingkat pengetahuan Ibu Menyusui di Indonesia terhadap manfaat ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan ibu semakin tinggi.
Meski begitu hal ini tidak menjadi halangan bagi ibu untuk menyusui anaknya secara eksklusif. Hal ini dibuktikan lewat penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dari Health Collaborative Center (HCC). Survei daring dari HCC yang dilakukan di 20 provinsi di Indonesia menunjukkan, selama masa pandemi Covid-19 di tahun 2020, angka ASI Eksklusif meningkat tajam mencapai 89%.
“Kebijakan PSBB yang mengharuskan ibu tetap berada di rumah justru memberi pengaruh positif terhadap peningkatan perilaku laktasi. Angka ini meningkat tajam dibanding angka ASI Eksklusif di Indonesia selama beberapa tahun ini yang masih berkisar antara 30-50%,” kata Ketua tim peneliti Dr. Ray.
Ia menjelaskan, penelitian dilakukan terhadap 379 responden Ibu Menyusui dari 20 provinsi di Indonesia ini menunjukkan bahwa peningkatan angka keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia selama masa pandemi terjadi sangat tinggi pada kelompok yang bekerja dari rumah (work from home) yaitu sebesar 97,8% serta pada kelompok Ibu menyusui yang tetap kerja dari kantor (work from office) sebesar 82,9%.
Temuan lain dari tim peneliti yang terdiri dari Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) dan dr. Levina Chandra Khoe, MPH memperlihatkan bahwa pemanfaatan konsultasi layanan kesehatan daring (online) selama Masa Pandemi Covid-19 (PSBB) di Indonesia sangat membantu Ibu menyusui. Terbukti dari banyaknya jumlah ibu menyusui (sebesar 70%) yang berkonsultasi laktasi dengan tenaga kesehatan secara daring, terutama melalui aplikasi WhatssApp (sebesar 40%).
Mayoritas responden mengakui layanan kesehatan daring selama masa pandemi sangat membantu dan efektif. Meski begitu kendala jaringan dan kekhawatiran terhadap kerahasiaan data adalah faktor yang menghambat kualitas konsultasi menyusui secara daring.
“Itu sebabnya penting bagi pemerintah untuk memastikan aspek aksesibilitas dan kualitas jaringan serta tidak lupa melindungi aspek privacy dan perlindungan data pribadi serta detail medical record pasien yang memanfaatkan fasilitas telekonsultasi” tegas Dr. Ray.
Temuan lain adalah 6 dari 10 Ibu mengakui keberadaan susu formula tidak jadi alasan berhenti menyusui selama masa pandemi serta 5 dari 10 Ibu mengakui waktu kerja tidak fleksibel (harus WFO dan WFH) tidak menghalangi untuk tetap menyusui. Menurut Dr. Ray ini artinya tingkat pengetahuan Ibu Menyusui di Indonesia terhadap manfaat ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan ibu semakin tinggi.
(wur)
Lihat Juga :
tulis komentar anda