Opsi Pengobatan Makin Banyak, Penyakit Kanker Bukan Akhir Segalanya
Kamis, 18 Februari 2021 - 19:04 WIB
JAKARTA - Selama ini, orang kerap berpandangan bahwa penyakit kanker sulit disembuhkan dan berujung pada kematian. Namun, seiring meningkatnya pemahaman tentang penyakit kanker dan kemajuan teknologi medis, kanker bukan lagi akhir segalanya.Mengacu pada laporan WHO melalui Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (The International Agency for Research on Cancer/IARC) yang terbit Desember 2020 lalu, kanker memang masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Bahkan, di tengah pandemi saat ini, sedikitnya 400.000 kasus kanker baru terjadi di Indonesia dimana 52 persen penderitanya merupakan perempuan. Kanker payudara , mulut rahim (serviks), dan rahim (ovarium) adalah jenis kanker tertinggi yang banyak menimpa perempuan, sementara kanker kasus kanker paru-paru, hati, dan usus besar (kolorektal) kebanyakan menimpa laki-laki.
Meski begitu, Senior Consultant Medical Oncology Parkway Cancer Centre (PCC), Dr Wong Ciung Ing menegaskan bahwa kanker bukanlah suatu penyakit yang pasti berakibat kematian. Dengan deteksi dini dan penanganan yang baik, kanker dapat dijinakkan, bahkan disembuhkan.
"Kita selalu berpikir bahwa ketika terkena kanker, maka kita akan menilai bahwa itu akhir dari segalanya. Kanker bukan hukuman mati," tegas Dr Wong dalam diskusi virtual tentang seluk beluk penyakit kanker yang digelar PCC, Rabu (17/2/2021).
Menurut dia, deteksi dini terhadap potensi kanker merupakan langkah yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang. Upaya tersebut bisa dilakukan secara manual maupun berkonsultasi langsung dengan dokter.
"Jadi kalau terdeteksi sejak dini, maka semakin tinggi kemungkinan untuk sembuh," ujarnya meyakinkan.
Ahli diagnosis dan pengobatan kanker pada orang dewasa dengan minat khusus kanker payudara dan ginekologi itu memaparkan, dalam beberapa kasus, tanda dan gejala kanker payudara di antaranya benjolan di payudara, inversi puting susu atau perubahan kulit yang tidak normal.
Sebagian besar kanker payudara juga ditemukan saat masih terlokalisasi di payudara dan kelenjar getah bening di ketiak pada sisi yang sama.
Bahkan, di tengah pandemi saat ini, sedikitnya 400.000 kasus kanker baru terjadi di Indonesia dimana 52 persen penderitanya merupakan perempuan. Kanker payudara , mulut rahim (serviks), dan rahim (ovarium) adalah jenis kanker tertinggi yang banyak menimpa perempuan, sementara kanker kasus kanker paru-paru, hati, dan usus besar (kolorektal) kebanyakan menimpa laki-laki.
Meski begitu, Senior Consultant Medical Oncology Parkway Cancer Centre (PCC), Dr Wong Ciung Ing menegaskan bahwa kanker bukanlah suatu penyakit yang pasti berakibat kematian. Dengan deteksi dini dan penanganan yang baik, kanker dapat dijinakkan, bahkan disembuhkan.
"Kita selalu berpikir bahwa ketika terkena kanker, maka kita akan menilai bahwa itu akhir dari segalanya. Kanker bukan hukuman mati," tegas Dr Wong dalam diskusi virtual tentang seluk beluk penyakit kanker yang digelar PCC, Rabu (17/2/2021).
Menurut dia, deteksi dini terhadap potensi kanker merupakan langkah yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang. Upaya tersebut bisa dilakukan secara manual maupun berkonsultasi langsung dengan dokter.
"Jadi kalau terdeteksi sejak dini, maka semakin tinggi kemungkinan untuk sembuh," ujarnya meyakinkan.
Ahli diagnosis dan pengobatan kanker pada orang dewasa dengan minat khusus kanker payudara dan ginekologi itu memaparkan, dalam beberapa kasus, tanda dan gejala kanker payudara di antaranya benjolan di payudara, inversi puting susu atau perubahan kulit yang tidak normal.
Sebagian besar kanker payudara juga ditemukan saat masih terlokalisasi di payudara dan kelenjar getah bening di ketiak pada sisi yang sama.
tulis komentar anda