Di Tengah Pandemi, Dewi Tenty Sukses Membawa Batik Moncer di New York
Minggu, 21 Maret 2021 - 16:32 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid19 menjadi sekolah terbaik bagi pelaku usaha UMKM untuk berinovasi tidak kenal lelah. Konsep utama ini yang diperjuangkan Founder Komunitas UMKM Alumni UNPAD Dewi Tenty yang kini menghimpun UMKM batik Jawa Barat untuk memenuhi permintaan dari butik di New York. Sebuah jejaring butik, Sasmita Batik, milik WNI di AS sudah menyatakan siap untuk menjualkan batik dari Jawa Barat.
"Jadi kami menawarkan ke berbagai produsen dress batik modern Jawa Barat untuk bisa masuk ke pasar AS. Jaringan toko di sana sudah siap. Tersebar di Nashville, Ohio, dan Buffalo. Pusatnya di Buffalo, negara bagian New York. Konsepnya produk batik cantik untuk pakaian sehari-hari khususnya untuk summer. Ini peluang besar untuk dikerjakan para UMKM," kata Dewi saat dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta (21/3/2021).
Dia bercerita upaya untuk mengekspor batik Jawa Barat mulai dilakukan sejak awal tahun ini. Berkat basis komunitas yang kuat dirinya dikenalkan pada pemilik butik di AS dan gayung pun bersambut. Rencana konkrit langsung dijalankan. Produk unggulan seperti tenun Baduy diharapkan jadi unggulan karena masih dikerjakan dengan tangan pengrajin.
Cerita yang inspiratif di balik pembuatan batik selalu menarik minat pembeli di AS. "Selain itu juga ada potensi lain misalnya motif batik khas Cimahi seperti Ciawitali yang belum banyak diketahui. Lalu juga ada motif Megamendung dari Cirebon. Atau juga ada khas Garut. Kita ingin ada imej seperti istilah baju Hawai buat ke pantai. Batik juga harus seperti itu, jangan terbatas pada adibusana formal saja. Karena di sana potensi UMKM masuk," jelasnya.
Rencananya setelah pihaknya mengkurasi berbagai produsen batik yang berminat, maka Berikutnya langsung akan dilanjutkan dengan mengirimkan 50-100 produk ke AS. Beberapa pertimbangan dalam kurasi seperti bahan katun yang nyaman dan kisaran harga dari Rp150 ribu hingga Rp250 ribu. Hasil penjualan awal ini akan dievaluasi untuk mem
Lebih jauh dia juga bercerita tantangan para UMKM dalam melakukan ekspor yaitu kontinuitas pengiriman. Sering terjadi kualitas produk hanya bisa dijaga pada pengiriman pertama saja. Sementara pengiriman berikutnya mulai banyak yang tidak sesuai perjanjian.
Karena itu menurutnya sangat penting peran komunitas sebagai agregator yang tidak hanya sekedar bisnis tapi juga melindungi pengusaha UMKM. "Seringkali UMKM lemah dalam lobi-lobi bisnis. Karena itu harus dirintis diplomasi bisnis. Jujur saja, UMKM Indonesia bisa kok sebagai seller langsung tanpa harus numpang lewat negara ketiga. Walaupun volumenya hanya satu dua kontainer. Kita harus ngobrol dengan negara tujuan ekspor, apa sih masalahnya," lanjutnya.
Di saat pandemi sekarang ini menurutnya peran komunitas sangat penting sekali termasuk bagi UMKM agar bisa bertahan. Komunitas UMKM yang dibangunnya kini sudah semakin terbuka dari sebatas kumpulan para alumni UNPAD dan sekarang merangkul pelaku usaha lainnya. Walaupun banyak komunitas bisnis tapi masih sedikit yang konsisten.
Dalam komunitas seperti ini menurutnya harus mau saling turunkan ego pribadi. Saya selalu sampaikan agar jangan saling banting-bantingan tapi harus berteman. Karena semuanya pasti saling membutuhkan. "Kami bahkan punya tiga WA Group dan semua saling aktif berkolaborasi. Contohnya sekarang jelang puasa mereka sudah saling kombinasikan produk untuk bikin parsel. Produk batik bisa dijual paketan dengan bawang goreng atau madu. Kalau sudah begini saya selalu senyum sendiri, bahagia," tutupnya.
"Jadi kami menawarkan ke berbagai produsen dress batik modern Jawa Barat untuk bisa masuk ke pasar AS. Jaringan toko di sana sudah siap. Tersebar di Nashville, Ohio, dan Buffalo. Pusatnya di Buffalo, negara bagian New York. Konsepnya produk batik cantik untuk pakaian sehari-hari khususnya untuk summer. Ini peluang besar untuk dikerjakan para UMKM," kata Dewi saat dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta (21/3/2021).
Dia bercerita upaya untuk mengekspor batik Jawa Barat mulai dilakukan sejak awal tahun ini. Berkat basis komunitas yang kuat dirinya dikenalkan pada pemilik butik di AS dan gayung pun bersambut. Rencana konkrit langsung dijalankan. Produk unggulan seperti tenun Baduy diharapkan jadi unggulan karena masih dikerjakan dengan tangan pengrajin.
Baca Juga
Cerita yang inspiratif di balik pembuatan batik selalu menarik minat pembeli di AS. "Selain itu juga ada potensi lain misalnya motif batik khas Cimahi seperti Ciawitali yang belum banyak diketahui. Lalu juga ada motif Megamendung dari Cirebon. Atau juga ada khas Garut. Kita ingin ada imej seperti istilah baju Hawai buat ke pantai. Batik juga harus seperti itu, jangan terbatas pada adibusana formal saja. Karena di sana potensi UMKM masuk," jelasnya.
Rencananya setelah pihaknya mengkurasi berbagai produsen batik yang berminat, maka Berikutnya langsung akan dilanjutkan dengan mengirimkan 50-100 produk ke AS. Beberapa pertimbangan dalam kurasi seperti bahan katun yang nyaman dan kisaran harga dari Rp150 ribu hingga Rp250 ribu. Hasil penjualan awal ini akan dievaluasi untuk mem
Lebih jauh dia juga bercerita tantangan para UMKM dalam melakukan ekspor yaitu kontinuitas pengiriman. Sering terjadi kualitas produk hanya bisa dijaga pada pengiriman pertama saja. Sementara pengiriman berikutnya mulai banyak yang tidak sesuai perjanjian.
Karena itu menurutnya sangat penting peran komunitas sebagai agregator yang tidak hanya sekedar bisnis tapi juga melindungi pengusaha UMKM. "Seringkali UMKM lemah dalam lobi-lobi bisnis. Karena itu harus dirintis diplomasi bisnis. Jujur saja, UMKM Indonesia bisa kok sebagai seller langsung tanpa harus numpang lewat negara ketiga. Walaupun volumenya hanya satu dua kontainer. Kita harus ngobrol dengan negara tujuan ekspor, apa sih masalahnya," lanjutnya.
Di saat pandemi sekarang ini menurutnya peran komunitas sangat penting sekali termasuk bagi UMKM agar bisa bertahan. Komunitas UMKM yang dibangunnya kini sudah semakin terbuka dari sebatas kumpulan para alumni UNPAD dan sekarang merangkul pelaku usaha lainnya. Walaupun banyak komunitas bisnis tapi masih sedikit yang konsisten.
Dalam komunitas seperti ini menurutnya harus mau saling turunkan ego pribadi. Saya selalu sampaikan agar jangan saling banting-bantingan tapi harus berteman. Karena semuanya pasti saling membutuhkan. "Kami bahkan punya tiga WA Group dan semua saling aktif berkolaborasi. Contohnya sekarang jelang puasa mereka sudah saling kombinasikan produk untuk bikin parsel. Produk batik bisa dijual paketan dengan bawang goreng atau madu. Kalau sudah begini saya selalu senyum sendiri, bahagia," tutupnya.
(wur)
tulis komentar anda