Menjelajahi Kecantikan Desa Adat Terindah Di Indonesia
Kamis, 21 Mei 2020 - 07:13 WIB
Ratenggaro sendiri memiliki arti 'Rate' berarti kuburan, sedangkan 'Garo' berarti orang Garo. Zaman dulu, terjadi perang antar suku, di mana suku yang sekarang berhasil penghuni desa ini setelah berhasil merebutnya dari orang Garo asli. Suku yang kalah dibunuh dan dikubur di tempat itu juga.
Ada 304 buah batu kubur leluhur Ratenggaro yang sudah berusia ratusan, bahkan ada yang menyebut ribuan tahun. Bentuknya unik dan berada di pinggiran laut. Ukuran dan pahatan pada tiap kubur batu semakin menambah kesan magis dan mendalam. Bentuknya menyerupai meja datar dan berukuran besar, sehingga terlihat sangat kokoh meskipun setiap harinya terkena hantaman angin kencang dari arah laut belakang kampung. Di sana ada batu kubur leluhur atau raja, juga ada batu kubur untuk warga yang ukurannya lebih kecil.
Keunikan dari Desa Ratenggaro terletak pada bentuk rumah adatnya (Uma Kelada) yang bentuknya unik, seperti menara menjulang tinggi dengan ketinggian 15 meter. Atap dasarnya berbahan jerami dan tinggi rendahnya atap disesuaikan dengan status sosial warga. Umumnya terdiri dari empat tingkat.
4. Pedalaman Baduy
Lokasinya terletak di Desa Cibeo Kabupaten Lebak, yakni sekitar 40 km dari Rangkasbitung. Kampung suku Baduy ini merupakan wisata alam sekaligus budaya yang bisa Anda jelajahi tanpa membosankan. Selain bisa menikmati keindahan alam yang masih sangat bersih dan asri, Anda juga bisa mengenal lebih jauh budaya Suku Baduy yang tinggal di dalamnya.
Suku Baduy sendiri terdiri atas dua bagian, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar. Suku Baduy Dalam merupakan suku yang masih sangat primordial dan menghindari penetrasi dengan kebudayaan modern dengan ciri khas berupa pakaian dan ikat kepala berwarna putih. Sementara itu, masyarakat Suku Baduy luar sudah mengenal kehidupan modern dengan ciri khas pakaian berwarna hitam dan ikat kepala berwarna biru. Namun secara general, masyarakat keduanya tetap berpegang teguh untuk tidak menggunakan alas kaki, teknologi yang terlalu modern, serta transportasi.
Masyarakat Suku Baduy ini hidup dengan filosofinya sendiri sehingga orang yang mengunjungi Suku Baduy ini perlu menghormati dan menghargai peraturan adat di dalamnya dengan memasuki wilayah objek wisata Suku Baduy Banten ini tanpa membawa peralatan modern ke dalam. Hal ini disebabkan oleh masyarakat Suku Baduy yang menganggap bahwa intervensi negara dan berbagai hal yang modern hanya akan mengganggu kelangsungan hidup alam yang ada di Baduy.
Dengan melihat kehidupan masyarakat Suku Baduy ini, Anda akan mengenal bagaimana kearifan lokal di suku pedalaman tersebut mmebuat Anda merasa rindu akan keindahan alam dan membuat Anda akan banyak bersukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Tuhan sebagai anugerah.
5. Desa Nagari Pariangan
Ada 304 buah batu kubur leluhur Ratenggaro yang sudah berusia ratusan, bahkan ada yang menyebut ribuan tahun. Bentuknya unik dan berada di pinggiran laut. Ukuran dan pahatan pada tiap kubur batu semakin menambah kesan magis dan mendalam. Bentuknya menyerupai meja datar dan berukuran besar, sehingga terlihat sangat kokoh meskipun setiap harinya terkena hantaman angin kencang dari arah laut belakang kampung. Di sana ada batu kubur leluhur atau raja, juga ada batu kubur untuk warga yang ukurannya lebih kecil.
Keunikan dari Desa Ratenggaro terletak pada bentuk rumah adatnya (Uma Kelada) yang bentuknya unik, seperti menara menjulang tinggi dengan ketinggian 15 meter. Atap dasarnya berbahan jerami dan tinggi rendahnya atap disesuaikan dengan status sosial warga. Umumnya terdiri dari empat tingkat.
4. Pedalaman Baduy
Lokasinya terletak di Desa Cibeo Kabupaten Lebak, yakni sekitar 40 km dari Rangkasbitung. Kampung suku Baduy ini merupakan wisata alam sekaligus budaya yang bisa Anda jelajahi tanpa membosankan. Selain bisa menikmati keindahan alam yang masih sangat bersih dan asri, Anda juga bisa mengenal lebih jauh budaya Suku Baduy yang tinggal di dalamnya.
Suku Baduy sendiri terdiri atas dua bagian, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar. Suku Baduy Dalam merupakan suku yang masih sangat primordial dan menghindari penetrasi dengan kebudayaan modern dengan ciri khas berupa pakaian dan ikat kepala berwarna putih. Sementara itu, masyarakat Suku Baduy luar sudah mengenal kehidupan modern dengan ciri khas pakaian berwarna hitam dan ikat kepala berwarna biru. Namun secara general, masyarakat keduanya tetap berpegang teguh untuk tidak menggunakan alas kaki, teknologi yang terlalu modern, serta transportasi.
Masyarakat Suku Baduy ini hidup dengan filosofinya sendiri sehingga orang yang mengunjungi Suku Baduy ini perlu menghormati dan menghargai peraturan adat di dalamnya dengan memasuki wilayah objek wisata Suku Baduy Banten ini tanpa membawa peralatan modern ke dalam. Hal ini disebabkan oleh masyarakat Suku Baduy yang menganggap bahwa intervensi negara dan berbagai hal yang modern hanya akan mengganggu kelangsungan hidup alam yang ada di Baduy.
Dengan melihat kehidupan masyarakat Suku Baduy ini, Anda akan mengenal bagaimana kearifan lokal di suku pedalaman tersebut mmebuat Anda merasa rindu akan keindahan alam dan membuat Anda akan banyak bersukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Tuhan sebagai anugerah.
5. Desa Nagari Pariangan
tulis komentar anda