Imunisasi Dapat Cegah Munculnya Berbagai Penyakit
Jum'at, 30 April 2021 - 23:40 WIB
JAKARTA - Cakupan imunisasi di Indonesia sejak pandemi Covid-19 menurun drastis. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, memungkinkan terjadinya wabah penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Prima Yosephine B.T. Hutapea, M.K.M menjelaskan bahwa dengan cakupan imunisasi lengkap yang tinggi dan merata akan membentuk kekebalan kelompok. Jika sudah banyak orang yang imunisasi, akan membuat orang-orang disekitarnya yang belum imunisasi ikut terlindungi dari penyakit tersebut.
“Bila sekolah tatap muka dilakukan dan membuat adanya akumulasi anak yang belum di imunisasi lengkap, maka dapat meningkatkan resiko outbreak penyakit lain yang sebelumnya sudah dapat tertangani,” jelas dr Prima dalam webinar Pekan Imunisasi Dunia, Kamis (29/4).
Menurut dr Prima, seorang anak dapat dikatakan memiliki imunisasi lengkap jika mendapatkan imunisasi saat bayi, dibawah 2 tahun, dan saat sekolah.
Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, Sp.A(K),MSc, PhD mengatakan vaksinasi rutin tetap terus dijalankan. Jika imunisasi tidak dilaksanakan, maka dapat menimbulkan masalah baru yaitu KLB Campak , Difteri , Polio .
Imunisasi kejar harus dilakukan segera sesuai berdasarkan catatan riwayat imunisasi anak, tujuannya untuk memberikan proteksi maksimal kepada anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan imunisasi ganda yaitu pemberian lebih dari satu jenis imunisasi dalam satu kali kunjungan.
“Imunisasi ganda atau yang biasa dikenal dengan stimultaneous vaccination diberikan untuk mempercepat perlindungan kepada anak, meningkatkan efisiensi pelayanan dan orang tua tidak perlu datang ke fasilitas kesehatan berulang kali,” kata Prof Cissy.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Prima Yosephine B.T. Hutapea, M.K.M menjelaskan bahwa dengan cakupan imunisasi lengkap yang tinggi dan merata akan membentuk kekebalan kelompok. Jika sudah banyak orang yang imunisasi, akan membuat orang-orang disekitarnya yang belum imunisasi ikut terlindungi dari penyakit tersebut.
“Bila sekolah tatap muka dilakukan dan membuat adanya akumulasi anak yang belum di imunisasi lengkap, maka dapat meningkatkan resiko outbreak penyakit lain yang sebelumnya sudah dapat tertangani,” jelas dr Prima dalam webinar Pekan Imunisasi Dunia, Kamis (29/4).
Menurut dr Prima, seorang anak dapat dikatakan memiliki imunisasi lengkap jika mendapatkan imunisasi saat bayi, dibawah 2 tahun, dan saat sekolah.
Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, Sp.A(K),MSc, PhD mengatakan vaksinasi rutin tetap terus dijalankan. Jika imunisasi tidak dilaksanakan, maka dapat menimbulkan masalah baru yaitu KLB Campak , Difteri , Polio .
Imunisasi kejar harus dilakukan segera sesuai berdasarkan catatan riwayat imunisasi anak, tujuannya untuk memberikan proteksi maksimal kepada anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan imunisasi ganda yaitu pemberian lebih dari satu jenis imunisasi dalam satu kali kunjungan.
“Imunisasi ganda atau yang biasa dikenal dengan stimultaneous vaccination diberikan untuk mempercepat perlindungan kepada anak, meningkatkan efisiensi pelayanan dan orang tua tidak perlu datang ke fasilitas kesehatan berulang kali,” kata Prof Cissy.
(dra)
tulis komentar anda