Heboh Kasus Pelecehan Seksual, Cinta Laura: 100% Kesalahan di Pelaku
Rabu, 09 Juni 2021 - 19:45 WIB
JAKARTA - Cinta Laura mengaku miris melihat angka persentase perempuan Indonesia yang mengalami pelecehan seksual . Berdasarkan hasil riset yang dilakukan secara nasional melalui IPSOS Indonesia, disebutkan bahwa 82% perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik.
Artis sekaligus duta antikekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut mengatakan, hatinya hancur melihat masih tingginya angka pelecehan seksual kepada kaum perempuan.
“Percaya nggak percaya, 82% dari perempuan Indonesia pernah mengalami yang namanya pelecehan seksual di ruang publik. Dan itu sesuatu yang harus kita lawan, karena sangat sangat tidak adil dan nggak benar untuk perempuan Indonesia, harus merasa ketakutan dan nggak nyaman ke mana pun mereka pergi. It breaks my heart,” kata Cinta, dikutip dari kanal YouTube WAW Entertainment, Rabu (9/6).
Aktris berdarah Jerman ini menjelaskan, pelecehan seksual ada beragam bentuk, dan jenis-jenis tersebut sering kali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ironisnya, bentuk-bentuk pelecehan seksual itu dinormalisasi oleh sebagian orang.
“Jadi pelecehan seksual di ruang publik itu ada macam-macam, ya. Ada suit suit (catcalling). Misalnya, ‘kiw kiw’ atau ‘hei cantik mau ke mana?’. Atau misalnya dicolek tanpa persetujuan,” ujarnya.
Sebagai sesama perempuan dan duta antikekerasan, Cinta ingin kaum hawa di Indonesia lebih aware tentang pelecehan seksual.
“Perempuan Indonesia, kita harus belajar ya, siulan atau ‘hei neng cantik’ itu bukan compliment, itu bukan. Jangan merasa, ‘berarti menurut orang itu saya cantik’, no, it's harassment. Kita nggak bisa menormalisasikan behavior itu,” ungkapnya.
Hal yang membuat sedih lagi yaitu masih ada yang menyalahkan korban pelecehan seksual lantaran baju yang dipakainya. Padahal, pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa saja, tidak memandang gender dan pakaian yang dikenakan korban. Oleh karena itu, di setiap pelecehan seksual, yang selalu salah adalah pelaku.
“Baju nggak ada hubungannya dengan orang itu jadi korban kekerasan atau nggak. Karena yang pelaku lecehkan bukan bajunya, tapi manusia. Jadi, masalahnya itu 100% di pelaku yang pikirannya kotor dan tidak bisa mengendalikan behavior mereka, 100% kesalahan di pelaku dan korban nggak pernah salah,” tanda Cinta.
Artis sekaligus duta antikekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut mengatakan, hatinya hancur melihat masih tingginya angka pelecehan seksual kepada kaum perempuan.
Baca Juga
“Percaya nggak percaya, 82% dari perempuan Indonesia pernah mengalami yang namanya pelecehan seksual di ruang publik. Dan itu sesuatu yang harus kita lawan, karena sangat sangat tidak adil dan nggak benar untuk perempuan Indonesia, harus merasa ketakutan dan nggak nyaman ke mana pun mereka pergi. It breaks my heart,” kata Cinta, dikutip dari kanal YouTube WAW Entertainment, Rabu (9/6).
Aktris berdarah Jerman ini menjelaskan, pelecehan seksual ada beragam bentuk, dan jenis-jenis tersebut sering kali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ironisnya, bentuk-bentuk pelecehan seksual itu dinormalisasi oleh sebagian orang.
“Jadi pelecehan seksual di ruang publik itu ada macam-macam, ya. Ada suit suit (catcalling). Misalnya, ‘kiw kiw’ atau ‘hei cantik mau ke mana?’. Atau misalnya dicolek tanpa persetujuan,” ujarnya.
Sebagai sesama perempuan dan duta antikekerasan, Cinta ingin kaum hawa di Indonesia lebih aware tentang pelecehan seksual.
“Perempuan Indonesia, kita harus belajar ya, siulan atau ‘hei neng cantik’ itu bukan compliment, itu bukan. Jangan merasa, ‘berarti menurut orang itu saya cantik’, no, it's harassment. Kita nggak bisa menormalisasikan behavior itu,” ungkapnya.
Hal yang membuat sedih lagi yaitu masih ada yang menyalahkan korban pelecehan seksual lantaran baju yang dipakainya. Padahal, pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa saja, tidak memandang gender dan pakaian yang dikenakan korban. Oleh karena itu, di setiap pelecehan seksual, yang selalu salah adalah pelaku.
“Baju nggak ada hubungannya dengan orang itu jadi korban kekerasan atau nggak. Karena yang pelaku lecehkan bukan bajunya, tapi manusia. Jadi, masalahnya itu 100% di pelaku yang pikirannya kotor dan tidak bisa mengendalikan behavior mereka, 100% kesalahan di pelaku dan korban nggak pernah salah,” tanda Cinta.
(tsa)
tulis komentar anda