Studi: Level Proteksi Vaksin mRNA Lebih Tinggi pada Pasein Sirosis
Jum'at, 16 Juli 2021 - 19:48 WIB
JAKARTA - Kabar baik terkait efektivitas dari vaksin Covid-19 yang dibuat dengan platform mRNA seperti Pfizer dan Moderna , kembali diperlihatkan melalui studi penelitian terbaru.
Dari studi penelitian yang digelar pada tentara veteran Amerika Serikat yang mengalami sakit sirosis atau kerusakan hati (liver), disebutkan bahwa vaksin Covid-19 jenis mRNA memperlihatkan level proteksi yang tinggi terhadap tingkat kesakitan hingga rawat inap dan juga kematian akibat infeksi Covid-19, seperti dikutip Fox News, Jumat (16/7).
Dari keterangan otoritas kesehatan federal, penelitian ini digelar dengan melibatkan dua kelompok peserta terkait dengan potensi penggunaan suntikan booster. Termasuk di dalamnya orang berusia 75 tahun ke atas dan orang-orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, atau pasien dengan gangguan kekebalan.
Penulis penelitian mencatat pasien dengan sakit sirosis memiliki disregulasi kekebalan yang berhubungan dengan hyporesponsiveness vaksin.
Disebutkan lebih lanjut, dari studi retrospektif terhadap 20.037 orang veteran AS dengan sirosis yang sudah divaksin (setidaknya satu dosis vaksin) dibandingkan dengan 20.037 orang lainnya. Para peneliti menggunakan data nasional dari kohort Veterans Outcomes and Costs Associated with Liver disease (VOCAL) untuk melakukan penelitian tersebut.
Hasilnya, vaksinasi dengan Pfizer atau Moderna terlihat menghilangkan resiko infeksi hingga 64,8 persen dan bahkan menurunkan peluang resiko rawat inap di rumah sakit atau kematian terkait Covid-19 hingga 100 persen setelah 28 hari.
Dengan catatan, peserta dengan fungsi hati yang lebih parah (sirosis dekompensasi) memiliki perlindungan yang lebih sedikit terhadap infeksi Covid-19 yakni 50,3 persen dibandingkan dengan pasien dengan sirosis kompensasi (tahap tanpa gejala masing-masing) yakni 66,8 persen.
Sebagai catatan, pasien yang divaksinasi dan tidak divaksinasi menghadapi jumlah infeksi yang sama dalam 28 hari setelah dosis pertama, meskipun manfaat dari vaksinasi dilaporkan setelah 28 hari. Peserta studi yang diteliti, diketahui rata-rata sudah berusia sekitar 69 tahun, mayoritas berjenis kelamin pria 60,6 persen di antaranya berkulit putih, dan pasien kulit hitam sebesar 23,2 persen.
"Studi kohort dari veteran AS ini memperlihatkan kalau pemberian vaksin mRNA dikaitkan dengan pengurangan sederhana infeksi Covid-19 yang tertunda. Tetapi, pengurangan yang sangat baik dalam rawat inap atau kematian pada pasien dengan sirosis terkait Covid-19," catatan para penulis studi.
Lihat Juga: FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac di Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang Berisiko Tinggi
Dari studi penelitian yang digelar pada tentara veteran Amerika Serikat yang mengalami sakit sirosis atau kerusakan hati (liver), disebutkan bahwa vaksin Covid-19 jenis mRNA memperlihatkan level proteksi yang tinggi terhadap tingkat kesakitan hingga rawat inap dan juga kematian akibat infeksi Covid-19, seperti dikutip Fox News, Jumat (16/7).
Dari keterangan otoritas kesehatan federal, penelitian ini digelar dengan melibatkan dua kelompok peserta terkait dengan potensi penggunaan suntikan booster. Termasuk di dalamnya orang berusia 75 tahun ke atas dan orang-orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, atau pasien dengan gangguan kekebalan.
Penulis penelitian mencatat pasien dengan sakit sirosis memiliki disregulasi kekebalan yang berhubungan dengan hyporesponsiveness vaksin.
Disebutkan lebih lanjut, dari studi retrospektif terhadap 20.037 orang veteran AS dengan sirosis yang sudah divaksin (setidaknya satu dosis vaksin) dibandingkan dengan 20.037 orang lainnya. Para peneliti menggunakan data nasional dari kohort Veterans Outcomes and Costs Associated with Liver disease (VOCAL) untuk melakukan penelitian tersebut.
Hasilnya, vaksinasi dengan Pfizer atau Moderna terlihat menghilangkan resiko infeksi hingga 64,8 persen dan bahkan menurunkan peluang resiko rawat inap di rumah sakit atau kematian terkait Covid-19 hingga 100 persen setelah 28 hari.
Dengan catatan, peserta dengan fungsi hati yang lebih parah (sirosis dekompensasi) memiliki perlindungan yang lebih sedikit terhadap infeksi Covid-19 yakni 50,3 persen dibandingkan dengan pasien dengan sirosis kompensasi (tahap tanpa gejala masing-masing) yakni 66,8 persen.
Sebagai catatan, pasien yang divaksinasi dan tidak divaksinasi menghadapi jumlah infeksi yang sama dalam 28 hari setelah dosis pertama, meskipun manfaat dari vaksinasi dilaporkan setelah 28 hari. Peserta studi yang diteliti, diketahui rata-rata sudah berusia sekitar 69 tahun, mayoritas berjenis kelamin pria 60,6 persen di antaranya berkulit putih, dan pasien kulit hitam sebesar 23,2 persen.
"Studi kohort dari veteran AS ini memperlihatkan kalau pemberian vaksin mRNA dikaitkan dengan pengurangan sederhana infeksi Covid-19 yang tertunda. Tetapi, pengurangan yang sangat baik dalam rawat inap atau kematian pada pasien dengan sirosis terkait Covid-19," catatan para penulis studi.
Lihat Juga: FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac di Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang Berisiko Tinggi
(nug)
tulis komentar anda