1 Dekade Jadi Desainer, Didiet Maulana Sulit Temukan Regenerasi Penenun Muda
Jum'at, 30 Juli 2021 - 00:15 WIB
JAKARTA - 2021 menjadi tahun spesial bagi desainer ternama Tanah Air Didiet Maulana . Sebab, di tahun ini genap 10 tahun alias satu dekade dirinya menjadi desainer mode yang fokus pada wastra Nusantara seperti tenun ikat, batik, dan songket.
Sudah sepuluh tahun Didiet menghasilkan karya mulai dari fesyen hingga home living lewat tangan dinginnya hingga sukses mengukuhkan diri sebagai salah satu desainer papan atas Indonesia yang menjadi langganan banyak selebriti.
Perjalanan Didiet bukan tanpa halangan. Seperti orang awam lainnya, kiprah desainer berusia 39 tahun ini juga diwarnai banyak tantangan. Didiet mengaku, dalam berkarya mempromosikan keindahan wastra Nusantara selama ini, ia paling merasa kesulitan menemukan sosok-sosok pengrajin dan penenun muda.
“Kesulitan pertama, menemukan penenun-penenun baru. Proses regenerasi dari tenun , jadi bagaimana menjadikan ini sesuatu yang legit dan orang-orang percaya ke sana. Bahwa ini bukan pekerjaan yang dikerjakan saat tak ada sawah yang bisa digarap, tapi memang bisa jadi pekerjaan utama,” ujar Didiet dalam konferensi pers virtual, Kamis (29/7).
Selanjutnya, desainer kebaya wisuda Maudy Ayunda tersebut mengungkapkan tantangan lain yang ia hadapi selama satu dekade ini, yang didominasi masalah teknis. Seperti ekspansi jumlah produksi dan penyediaan material bahan, contohnya benang yang ternyata masih harus diimpor dari luar negeri.
“Ekspand jumlah produksi ya. Kita kan dikerjakan handmade dengan tangan. Pandemi gini penenun yang biasanya kerja di workshop tenun ya sekarang nggak bisa. Kalau mesin tenunnya kecil jadi dikerjakan di rumah. Lalu bahan mentah kayak benang, masih banyak impor. Kalau bahannya tersedia dari hulu hingga hilir, cost kan bisa ditekan,” tutup Didiet.
Sudah sepuluh tahun Didiet menghasilkan karya mulai dari fesyen hingga home living lewat tangan dinginnya hingga sukses mengukuhkan diri sebagai salah satu desainer papan atas Indonesia yang menjadi langganan banyak selebriti.
Perjalanan Didiet bukan tanpa halangan. Seperti orang awam lainnya, kiprah desainer berusia 39 tahun ini juga diwarnai banyak tantangan. Didiet mengaku, dalam berkarya mempromosikan keindahan wastra Nusantara selama ini, ia paling merasa kesulitan menemukan sosok-sosok pengrajin dan penenun muda.
“Kesulitan pertama, menemukan penenun-penenun baru. Proses regenerasi dari tenun , jadi bagaimana menjadikan ini sesuatu yang legit dan orang-orang percaya ke sana. Bahwa ini bukan pekerjaan yang dikerjakan saat tak ada sawah yang bisa digarap, tapi memang bisa jadi pekerjaan utama,” ujar Didiet dalam konferensi pers virtual, Kamis (29/7).
Selanjutnya, desainer kebaya wisuda Maudy Ayunda tersebut mengungkapkan tantangan lain yang ia hadapi selama satu dekade ini, yang didominasi masalah teknis. Seperti ekspansi jumlah produksi dan penyediaan material bahan, contohnya benang yang ternyata masih harus diimpor dari luar negeri.
“Ekspand jumlah produksi ya. Kita kan dikerjakan handmade dengan tangan. Pandemi gini penenun yang biasanya kerja di workshop tenun ya sekarang nggak bisa. Kalau mesin tenunnya kecil jadi dikerjakan di rumah. Lalu bahan mentah kayak benang, masih banyak impor. Kalau bahannya tersedia dari hulu hingga hilir, cost kan bisa ditekan,” tutup Didiet.
(tsa)
tulis komentar anda