Stroke, Kebanyakan Nonton TV Bisa Meningkatkan Risiko
Senin, 23 Agustus 2021 - 22:09 WIB
JAKARTA - Sebuah studi baru menunjukkan kebanyakan menonton televisi bisa meningkatkan risiko stroke tujuh kali lipat. Menonton televisi termasuk dalam perilaku menetap yang bisa menyebabkan masalah kesehatan serius.
Perilaku menetap mencakup sekelompok perilaku yang berbeda, terutama ketika duduk atau berbaring adalah mode postur yang dominan, dan aktivitas fisiknya sangat rendah.
Banyak anak-anak tumbuh dengan kelebihan berat badan, dan penelitian menunjukkan bahwa ini disebabkan oleh kombinasi faktor makanan dan perilaku menetap. Penelitian terus-menerus menyoroti hubungan antara ketidakaktifan fisik dan kematian dini serta morbiditas.
Dua perilaku menetap, khususnya, menonton televisi dan penggunaan komputer, menempati peringkat tinggi sebagai faktor risiko "penyakit duduk", termasuk stroke. Para peneliti melakukan tinjauan informasi yang berkaitan dengan kebiasaan gaya hidup 143.000 orang dewasa tanpa riwayat stroke, penyakit jantung, atau kanker.
“Waktu menetap adalah durasi aktivitas terjaga yang dilakukan sambil duduk atau berbaring. Waktu luang sedentary adalah khusus untuk aktivitas sedentary yang dilakukan saat tidak bekerja," kata penulis studi Raed Joundi dari University of Calgary di Kanada dilansir dari Express, Senin (23/8).
"Penting untuk dipahami apakah terlalu banyak waktu duduk dapat menyebabkan stroke pada individu muda, karena stroke dapat menyebabkan kematian dini atau secara signifikan mengganggu fungsi dan kualitas hidup," sambungnya.
Catatan rumah sakit peserta dinilai selama 9,4 tahun, untuk mengidentifikasi insiden stroke. Peneliti melakukan tinjauan paralel terhadap aktivitas menetap dengan mengukur berapa banyak waktu yang dihabiskan partisipan di depan komputer atau menonton TV.
Kelompok itu kemudian dibagi menjadi empat kategori kurang dari empat jam aktivitas menetap sehari, empat sampai enam jam sehari, enam sampai delapan jam sehari dan delapan jam atau lebih sehari.
Perilaku menetap mencakup sekelompok perilaku yang berbeda, terutama ketika duduk atau berbaring adalah mode postur yang dominan, dan aktivitas fisiknya sangat rendah.
Banyak anak-anak tumbuh dengan kelebihan berat badan, dan penelitian menunjukkan bahwa ini disebabkan oleh kombinasi faktor makanan dan perilaku menetap. Penelitian terus-menerus menyoroti hubungan antara ketidakaktifan fisik dan kematian dini serta morbiditas.
Dua perilaku menetap, khususnya, menonton televisi dan penggunaan komputer, menempati peringkat tinggi sebagai faktor risiko "penyakit duduk", termasuk stroke. Para peneliti melakukan tinjauan informasi yang berkaitan dengan kebiasaan gaya hidup 143.000 orang dewasa tanpa riwayat stroke, penyakit jantung, atau kanker.
“Waktu menetap adalah durasi aktivitas terjaga yang dilakukan sambil duduk atau berbaring. Waktu luang sedentary adalah khusus untuk aktivitas sedentary yang dilakukan saat tidak bekerja," kata penulis studi Raed Joundi dari University of Calgary di Kanada dilansir dari Express, Senin (23/8).
"Penting untuk dipahami apakah terlalu banyak waktu duduk dapat menyebabkan stroke pada individu muda, karena stroke dapat menyebabkan kematian dini atau secara signifikan mengganggu fungsi dan kualitas hidup," sambungnya.
Catatan rumah sakit peserta dinilai selama 9,4 tahun, untuk mengidentifikasi insiden stroke. Peneliti melakukan tinjauan paralel terhadap aktivitas menetap dengan mengukur berapa banyak waktu yang dihabiskan partisipan di depan komputer atau menonton TV.
Kelompok itu kemudian dibagi menjadi empat kategori kurang dari empat jam aktivitas menetap sehari, empat sampai enam jam sehari, enam sampai delapan jam sehari dan delapan jam atau lebih sehari.
Lihat Juga :
tulis komentar anda