Usir Stres Akibat Gagal Mudik, Begini Caranya!
Minggu, 31 Mei 2020 - 09:29 WIB
JAKARTA - Larangan mudik oleh pemerintah akibat COVID-19 pada Lebaran kemarin dinilai psikiater dr. Gina Anindyati, Sp.KJ dapat memengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Apalagi bagi orang-orang yang menggunakan mudik sebagai salah satu kesempatan untuk bertemu keluarga atau orang terdekat.
Kebanyakan orang, kata dr. Gina, bisa beradaptasi dan melalui kondisi ini dengan baik-baik saja. Namun, ada pula orang-orang tertentu yang memiliki kerentanan sehingga akan merasa lebih kesepian, tidak berdaya, atau frustrasi. ( )
“Kalau kita bicara dalam konteks mudik, masalah yang mungkin timbul ialah kesepian (loneliness). Ini bukanlah gangguan jiwa, tapi bisa berisiko dan jika terjadi berkepanjangan serta tidak diatasi, maka akan menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih berat seperti gejala depresi atau kecemasan,” ungkap dr. Gina.
Sementara menurut Psikolog Klinis Alexandra Gabriella A, M.Psi, C.Ht, C.ESt, gangguan psikologis baru dapat ditegakkan jika sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu seperti dua minggu atau tiga bulan.
“Jika seseorang tidak mudik dan bagaimana pengaruhnya pada kondisi psikologis, yang jelas kita tidak bisa berbicara mengenai diagnosa. Tapi, lebih kepada perasaan yang dialami seperti kesepian (loneliness), kekecewaan, atau kehilangan harapan,” tambah psikolog yang akrab disapa Alexa itu.
Tidak hanya kesepian, seseorang yang tidak mudik juga bisa merasakan homesick (rindu dengan situasi saat di kampung halaman).
Alexa menjelaskan, homesick dapat menjadi stresor saat seseorang memiliki ekspektasi untuk bisa pulang dan merasakan apa yang biasa dilakukan di kampung halamannya, namun ekspektasi itu tidak tercapai sehingga timbul rasa kecewa yang bisa menyebabkan frustrasi. Rasa frustrasi dapat membuat seseorang memiliki masalah psikologis, seperti depresi.
Menurut dr. Gina, kondisi mental atau kejiwaan tidak terpisah dengan kondisi fisik kita.
“Kita perlu menjaga diri baik-baik. Paling pertama, jaga kesehatan fisik terlebih dulu, usahakan istirahat yang cukup, makan bergizi, dan lakukan aktivitas fisik secara rutin,” ungkapnya.
Kebanyakan orang, kata dr. Gina, bisa beradaptasi dan melalui kondisi ini dengan baik-baik saja. Namun, ada pula orang-orang tertentu yang memiliki kerentanan sehingga akan merasa lebih kesepian, tidak berdaya, atau frustrasi. ( )
“Kalau kita bicara dalam konteks mudik, masalah yang mungkin timbul ialah kesepian (loneliness). Ini bukanlah gangguan jiwa, tapi bisa berisiko dan jika terjadi berkepanjangan serta tidak diatasi, maka akan menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih berat seperti gejala depresi atau kecemasan,” ungkap dr. Gina.
Sementara menurut Psikolog Klinis Alexandra Gabriella A, M.Psi, C.Ht, C.ESt, gangguan psikologis baru dapat ditegakkan jika sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu seperti dua minggu atau tiga bulan.
“Jika seseorang tidak mudik dan bagaimana pengaruhnya pada kondisi psikologis, yang jelas kita tidak bisa berbicara mengenai diagnosa. Tapi, lebih kepada perasaan yang dialami seperti kesepian (loneliness), kekecewaan, atau kehilangan harapan,” tambah psikolog yang akrab disapa Alexa itu.
Tidak hanya kesepian, seseorang yang tidak mudik juga bisa merasakan homesick (rindu dengan situasi saat di kampung halaman).
Alexa menjelaskan, homesick dapat menjadi stresor saat seseorang memiliki ekspektasi untuk bisa pulang dan merasakan apa yang biasa dilakukan di kampung halamannya, namun ekspektasi itu tidak tercapai sehingga timbul rasa kecewa yang bisa menyebabkan frustrasi. Rasa frustrasi dapat membuat seseorang memiliki masalah psikologis, seperti depresi.
Menurut dr. Gina, kondisi mental atau kejiwaan tidak terpisah dengan kondisi fisik kita.
“Kita perlu menjaga diri baik-baik. Paling pertama, jaga kesehatan fisik terlebih dulu, usahakan istirahat yang cukup, makan bergizi, dan lakukan aktivitas fisik secara rutin,” ungkapnya.
tulis komentar anda