Review Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings: Film Marvel Rasa Asia
Rabu, 22 September 2021 - 19:03 WIB
Catatan lain juga perlu diberikan kepada Meng’er Zhang, pemeran Xialing. Dia tampil sebagai wanita mandiri yang piawai bela diri. Dingin, tapi tetap punya selera humor ketika berhadapan dengan kakaknya. Sisi sentimentilnya tersentuh ketika dihadapkan dengan kenangannya di masa kecil. Di masa depan MCU, Xialing bakal memiliki peranan penting.
Sutradara Destin Daniel Cretton mampu menghadirkan koreografi menarik dan memadukan alam dongeng dengan alam nyata. Meskipun ceritanya tak terlalu kuat, terlalu tipikal Marvel, tapi, gambar di film ini cukup menawan. Destin memilih warna-warna cerah untuk Ta Lo, baik alam maupun pakaian yang dikenakan warganya. Makhluk-makhluk mistis juga tertebaran di film ini.
Berbeda dengan Black Panther yang memadukan budaya dengan teknologi, Shang-Chi and the Legend of the Ten Ring murni menyuguhkan skill tarung para pemainnya dan budaya yang mengitari mereka. Film ini tidak terlalu mengandalkan teknologi canggih, tapi lebih ke mitos dan dongeng. Di film ini, hampir 50% percakapannya memakai bahasa China. Di awal saja, penonton akan diajak mendengarkan cerita tentang Mandarin dan Ten Rings dengan bahasa China. Jika kalian sering menonton film laga China, maka akan terasa sekali pengaruh film-film ini di Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings.
Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings menyajikan tontonan yang berbeda di film Marvel. Pertarungan satu lawan satunya dekat, dengan koreografi yang indah. Banyak rangkaian adegan-adegan di film ini yang akan mengingatkan pada ciri khas film-film laga buatan China. Film ini seru, meski tak terlalu emosional seperti layaknya film lain di MCU.
Sayang, meskipun film ini terlihat seru sejak awal dengan adegan baku hantamnya, tapi klimaksnya terasa agak ya, kok gitu sih? Partarungan seru antara Shang-Chi dengan master kung fu atau seni bela diri lainnya tidak ada. Lawan terberatnya adalah sang ayah. Namun, di film ini, dia juga harus melawan monster. Saya bukanlah penyuka film manusia melawan monster. Jadi, buat saya, titik inilah yang membuat Shang-Chi sedikit mengecewakan. Namun, film ini tetap asyik ditonton.
Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings sudah bisa disaksikan di bioskop yang telah buka di kota kalian. Tetap patuhi protokol kesehatan selama menonton! Jangan makan dan minum di dalam gedung bioskop dan tetap kenakan masker selama film diputar! Selamat menyaksikan!
Sutradara Destin Daniel Cretton mampu menghadirkan koreografi menarik dan memadukan alam dongeng dengan alam nyata. Meskipun ceritanya tak terlalu kuat, terlalu tipikal Marvel, tapi, gambar di film ini cukup menawan. Destin memilih warna-warna cerah untuk Ta Lo, baik alam maupun pakaian yang dikenakan warganya. Makhluk-makhluk mistis juga tertebaran di film ini.
Berbeda dengan Black Panther yang memadukan budaya dengan teknologi, Shang-Chi and the Legend of the Ten Ring murni menyuguhkan skill tarung para pemainnya dan budaya yang mengitari mereka. Film ini tidak terlalu mengandalkan teknologi canggih, tapi lebih ke mitos dan dongeng. Di film ini, hampir 50% percakapannya memakai bahasa China. Di awal saja, penonton akan diajak mendengarkan cerita tentang Mandarin dan Ten Rings dengan bahasa China. Jika kalian sering menonton film laga China, maka akan terasa sekali pengaruh film-film ini di Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings.
Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings menyajikan tontonan yang berbeda di film Marvel. Pertarungan satu lawan satunya dekat, dengan koreografi yang indah. Banyak rangkaian adegan-adegan di film ini yang akan mengingatkan pada ciri khas film-film laga buatan China. Film ini seru, meski tak terlalu emosional seperti layaknya film lain di MCU.
Sayang, meskipun film ini terlihat seru sejak awal dengan adegan baku hantamnya, tapi klimaksnya terasa agak ya, kok gitu sih? Partarungan seru antara Shang-Chi dengan master kung fu atau seni bela diri lainnya tidak ada. Lawan terberatnya adalah sang ayah. Namun, di film ini, dia juga harus melawan monster. Saya bukanlah penyuka film manusia melawan monster. Jadi, buat saya, titik inilah yang membuat Shang-Chi sedikit mengecewakan. Namun, film ini tetap asyik ditonton.
Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings sudah bisa disaksikan di bioskop yang telah buka di kota kalian. Tetap patuhi protokol kesehatan selama menonton! Jangan makan dan minum di dalam gedung bioskop dan tetap kenakan masker selama film diputar! Selamat menyaksikan!
(alv)
tulis komentar anda