Tindik Tembak Dinilai Memiliki Risiko Infeksi Lebih Besar
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 18:47 WIB
JAKARTA - Piercing gun atau alat tindik tembak mungkin terlihat murah dan nyaman. Akan tetapi alat tindik ini dinilai tidak aman dan tidak tepat digunakan untuk menindik tubuh manusia.
Founder Piercing indonesia, Niyo mengungkapkan bahwa pada awalnya, alat tindik tembak diciptakan untuk menandai ternak dan hewan-hewan lain, lalu diadaptasi untuk digunakan pada manusia.
"Alat ini menancapkan anting yang runcing menembus kulit secara paksa, sehingga menyebabkan lebih banyak trauma dan ketidaknyamanan pada jaringan tubuh dibandingkan penggunaan jarum tindik seperti yang biasa digunakan oleh penindik profesional," ungkap Niyo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/10/2021).
Di samping itu, lanjut dia, anting yang ditancapkan pun umumnya hanya ada satu ukuran, sehingga tidak akan cocok untuk setiap orang. Dan juga tidak bisa mengakomodasi cuping telinga yang berisi atau jika terjadi pembengkakan, sudah pasti tidak bertahan lama untuk sebuah piercing .
"Anting ini biasanya menggunakan tutup belakang model kupu-kupu yang dapat menghambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi. Karena dia menekan jaringan kulit dan daging telinga, membatasi sirkulasi darah, dan menahan proses sekresi dan bakteri di dalamnya," paparnya.
Menurutnya, darah dari orang yang ditindik dapat mengontaminasi bagian dalam alat itu, yang nantinya digunakan lagi secara berulang-ulang. Ketika bersentuhan dengan jaringan tubuh klien selanjutnya, besar kemungkinan terjadinya penularan penyakit.
Kadang-kadang alat tembak tersebut disanitasi setiap kali penggunaan dengan menggunakan alkohol atau disinfektan lain, tetapi ini pun tidak cukup untuk membunuh seluruh mikroba.
"Sebagian besar piercing gun mengandung plastik yang dapat meleleh, sehingga tidak dapat diproses di autoclave atau mesin sterilisasi dengan menggunakan panas dan tekanan," kata Niyo.
"Pembuat alat tembak telah berusaha mengatasi masalah ini dengan memproduksi kartrid sekali pakai yang diisikan perhiasan, tetapi lagi-lagi karena bagian ujungnya dimasukkan ke dalam perangkat yang reusable, kartrid ini tetap memiliki risiko infeksi yang lebih besar daripada piercing menggunakan jarum steril sekali pakai," jelas dia.
Niyo pun menyarankan untuk tidak menggunakan piercing tembak karena akan berbahaya bagi tulang rawan yang bisa menimbulkan infeksi.
Founder Piercing indonesia, Niyo mengungkapkan bahwa pada awalnya, alat tindik tembak diciptakan untuk menandai ternak dan hewan-hewan lain, lalu diadaptasi untuk digunakan pada manusia.
"Alat ini menancapkan anting yang runcing menembus kulit secara paksa, sehingga menyebabkan lebih banyak trauma dan ketidaknyamanan pada jaringan tubuh dibandingkan penggunaan jarum tindik seperti yang biasa digunakan oleh penindik profesional," ungkap Niyo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/10/2021).
Baca Juga
Di samping itu, lanjut dia, anting yang ditancapkan pun umumnya hanya ada satu ukuran, sehingga tidak akan cocok untuk setiap orang. Dan juga tidak bisa mengakomodasi cuping telinga yang berisi atau jika terjadi pembengkakan, sudah pasti tidak bertahan lama untuk sebuah piercing .
"Anting ini biasanya menggunakan tutup belakang model kupu-kupu yang dapat menghambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi. Karena dia menekan jaringan kulit dan daging telinga, membatasi sirkulasi darah, dan menahan proses sekresi dan bakteri di dalamnya," paparnya.
Menurutnya, darah dari orang yang ditindik dapat mengontaminasi bagian dalam alat itu, yang nantinya digunakan lagi secara berulang-ulang. Ketika bersentuhan dengan jaringan tubuh klien selanjutnya, besar kemungkinan terjadinya penularan penyakit.
Kadang-kadang alat tembak tersebut disanitasi setiap kali penggunaan dengan menggunakan alkohol atau disinfektan lain, tetapi ini pun tidak cukup untuk membunuh seluruh mikroba.
"Sebagian besar piercing gun mengandung plastik yang dapat meleleh, sehingga tidak dapat diproses di autoclave atau mesin sterilisasi dengan menggunakan panas dan tekanan," kata Niyo.
"Pembuat alat tembak telah berusaha mengatasi masalah ini dengan memproduksi kartrid sekali pakai yang diisikan perhiasan, tetapi lagi-lagi karena bagian ujungnya dimasukkan ke dalam perangkat yang reusable, kartrid ini tetap memiliki risiko infeksi yang lebih besar daripada piercing menggunakan jarum steril sekali pakai," jelas dia.
Niyo pun menyarankan untuk tidak menggunakan piercing tembak karena akan berbahaya bagi tulang rawan yang bisa menimbulkan infeksi.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda