Batik Kain Kami Rilis Koleksi Draped Kimono
Kamis, 04 Juni 2020 - 08:03 WIB
JAKARTA - Batik sarat akan nilai budaya dan cerita simbolik yang dibuat oleh sang pengrajin. Teknik-teknik dalam menciptakan karya seni ini sudah diturunkan dari generasi ke generasi.
Batik telah menjadi salah satu daya tarik utama bagi industri pariwisata di Indonesia, sekaligus aspek penting perekonomian Tanah Air. Namun, tantangan yang banyak dihadapi oleh pengrajin batik adalah kurangnya apresiasi dari segmen generasi muda. Sementara, warna yang sering dipakai pada batik -yakni warna alam seperti cokelat-kuning yang terbuat dari pohon- membuat banyak generasi muda tidak tertarik dengan desain batik. ( )
Berdasarkan fakta tersebut, Batik Kain Kami ingin mempromosikan tekstil kebanggaan nasional ini melalui penyatuan budaya dengan gerakan modern. Batik Kain Kami berencana berinovasi desain dengan mengusung warna yang lebih kontemporer untuk bisa menarik lebih banyak segmen muda, sambil mempertahankan warisan dan budaya batik.
Mengutip rilis yang diterima SINDOnews, tujuan Batik Kain Kami adalah mendorong batik menjadi sorotan dan meningkatkan persepsi dari sekadar pakaian formal tradisional menjadi kebanggaan bangsa. Batik sendiri selalu menjadi bagian tidak terpisahkan dari budaya Indonesia. Karena itu, Batik Kain Kami sangat semangat untuk meneruskan kerajinan tradisional ini.
Batik Kain Kami ingin membantu pengrajin agar menjadi lebih mandiri secara finansial dan berharap mendorong generasi muda untuk meneruskan tradisi pembuatan batik.
Batik Kain Kami lantas merilis koleksi berupa draped kimono. Kimono ini sengaja dibuat besar dan cocok dipakai dalam berbagai kesempatan, baik santai maupun formal, yang tersedia dalam beraneka pilihan warna serta pola yang sesuai dengan selera atau preferensi yang berbeda. ( )
Selain itu, yang lebih menonjol lagi adalah, kimono ini dibuat hanya dalam beberapa motif. Koleksi Batik Kain Kami dirancang sebagai ready to wear yang lebih abadi dan timeless.
Hadirnya koleksi ini juga mendorong wanita untuk merasa diberdayakan dan tampil feminin di keseharian, baik saat menjalankan tugas, meeting, maupun berkumpul bareng teman.
Batik telah menjadi salah satu daya tarik utama bagi industri pariwisata di Indonesia, sekaligus aspek penting perekonomian Tanah Air. Namun, tantangan yang banyak dihadapi oleh pengrajin batik adalah kurangnya apresiasi dari segmen generasi muda. Sementara, warna yang sering dipakai pada batik -yakni warna alam seperti cokelat-kuning yang terbuat dari pohon- membuat banyak generasi muda tidak tertarik dengan desain batik. ( )
Berdasarkan fakta tersebut, Batik Kain Kami ingin mempromosikan tekstil kebanggaan nasional ini melalui penyatuan budaya dengan gerakan modern. Batik Kain Kami berencana berinovasi desain dengan mengusung warna yang lebih kontemporer untuk bisa menarik lebih banyak segmen muda, sambil mempertahankan warisan dan budaya batik.
Mengutip rilis yang diterima SINDOnews, tujuan Batik Kain Kami adalah mendorong batik menjadi sorotan dan meningkatkan persepsi dari sekadar pakaian formal tradisional menjadi kebanggaan bangsa. Batik sendiri selalu menjadi bagian tidak terpisahkan dari budaya Indonesia. Karena itu, Batik Kain Kami sangat semangat untuk meneruskan kerajinan tradisional ini.
Batik Kain Kami ingin membantu pengrajin agar menjadi lebih mandiri secara finansial dan berharap mendorong generasi muda untuk meneruskan tradisi pembuatan batik.
Batik Kain Kami lantas merilis koleksi berupa draped kimono. Kimono ini sengaja dibuat besar dan cocok dipakai dalam berbagai kesempatan, baik santai maupun formal, yang tersedia dalam beraneka pilihan warna serta pola yang sesuai dengan selera atau preferensi yang berbeda. ( )
Selain itu, yang lebih menonjol lagi adalah, kimono ini dibuat hanya dalam beberapa motif. Koleksi Batik Kain Kami dirancang sebagai ready to wear yang lebih abadi dan timeless.
Hadirnya koleksi ini juga mendorong wanita untuk merasa diberdayakan dan tampil feminin di keseharian, baik saat menjalankan tugas, meeting, maupun berkumpul bareng teman.
(tsa)
tulis komentar anda