Angela Tanoesoedibjo: Tantangan Fesyen Muslim ke Depan adalah Adaptasi dan Digitalisasi
Kamis, 18 November 2021 - 19:41 WIB
JAKARTA - Geliat dunia industri fesyen Muslim Indonesia memang tak perlu diragukan. Bisa dilihat salah satu contohnya lewat berbagai gelaran pekan mode fesyen Muslim, rutin diadakan setiap tahunnya.
Bahkan sebelum pandemi Covid-19, data dari The State Global Islamic Economic tahun 2018 menunjukkan, pertumbuhan industri fesyen Muslim di Indonesia, ketiga terbaik di dunia setelah Turki dan Uni Emirat Arab dengan nilai konsumsi mencapai USD21 miliar.
Meski demikian, bukan berarti industri fesyen Muslim Tanah Air tak lagi punya pekerjaan rumah. Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Angela Tanoesoedibjo menyebutkan, zaman yang semakin canggih dengan dunia digitalisasi jadi tantangan ke depannya.
"Tantangan ke depannya bagi ekonomi kreatif, termasuk fesyen Muslim adalah adaptasi dan digitalisasi. Adanya pandemi ini, tantangannya adalah bagaimana industri kreatif termasuk industri fesyen Muslim, bisa beradaptasi lebih cepat dengan digitalisasi," ujar Wamenparekraf Angela saat dijumpai dalam gelaran Embracing Jakarta Fashion Muslim Week di Aquatic GBK, Senayan, Jakarta, Kamis (18/11/2021).
Angela memaparkan jika dilihat dari catatan data, sepanjang 2020, transaksi perdagangan digital Indonesia sudah capai lebih dari Rp253 triliun, dan diperkirakan akan meningkat menjadi Rp330,7 triliun pada 2021.
Pada masa mendatang, karena permintaan akan makin banyak dan begitu dipengaruhi teknologi, wanita yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Partai Perindo Bidang Ekonomi Digital & Kreatif itu menegaskan, industri fesyen Muslim harus memanfaatkan betul teknologi agar semakin siap bersaing.
"Ke depannya berbagai permintaan konsumen domestik atau global pasti akan sangat dipengaruhi oleh teknologi. Jadi kita perlu memanfaatkan teknologi dalam peningkatan nilai tambah produk dan efisiensi usaha. Sehingga kita bisa memberikan karya dan solusi terbaik bagi masyarakat," pungkas Angela.
Bahkan sebelum pandemi Covid-19, data dari The State Global Islamic Economic tahun 2018 menunjukkan, pertumbuhan industri fesyen Muslim di Indonesia, ketiga terbaik di dunia setelah Turki dan Uni Emirat Arab dengan nilai konsumsi mencapai USD21 miliar.
Meski demikian, bukan berarti industri fesyen Muslim Tanah Air tak lagi punya pekerjaan rumah. Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Angela Tanoesoedibjo menyebutkan, zaman yang semakin canggih dengan dunia digitalisasi jadi tantangan ke depannya.
Baca Juga
"Tantangan ke depannya bagi ekonomi kreatif, termasuk fesyen Muslim adalah adaptasi dan digitalisasi. Adanya pandemi ini, tantangannya adalah bagaimana industri kreatif termasuk industri fesyen Muslim, bisa beradaptasi lebih cepat dengan digitalisasi," ujar Wamenparekraf Angela saat dijumpai dalam gelaran Embracing Jakarta Fashion Muslim Week di Aquatic GBK, Senayan, Jakarta, Kamis (18/11/2021).
Angela memaparkan jika dilihat dari catatan data, sepanjang 2020, transaksi perdagangan digital Indonesia sudah capai lebih dari Rp253 triliun, dan diperkirakan akan meningkat menjadi Rp330,7 triliun pada 2021.
Pada masa mendatang, karena permintaan akan makin banyak dan begitu dipengaruhi teknologi, wanita yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Partai Perindo Bidang Ekonomi Digital & Kreatif itu menegaskan, industri fesyen Muslim harus memanfaatkan betul teknologi agar semakin siap bersaing.
Baca Juga
"Ke depannya berbagai permintaan konsumen domestik atau global pasti akan sangat dipengaruhi oleh teknologi. Jadi kita perlu memanfaatkan teknologi dalam peningkatan nilai tambah produk dan efisiensi usaha. Sehingga kita bisa memberikan karya dan solusi terbaik bagi masyarakat," pungkas Angela.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda