Iwan Hasan, Musisi Lintas Genre dan Lintas Negara
Minggu, 07 Juni 2020 - 23:23 WIB
JAKARTA - Dalam dunia musik, Indonesia memiliki sangat banyak musisi yang jempolan. Dari sekian banyak musisi, terdapat satu nama yang cukup unik. Tidak hanya dikenal sebagai musisi lintas genre, namun juga lintas negara. Ya, dia adalah Iwan Hasan. Musisi pecinta kungfu ini memiliki segudang prestasi dan penghargaan.
Mendirikanband progresif Discus pada 1996 merupakan salah satu awal perjalanan kariernya di dunia musik. Bersama band bentukannya itu pun Iwan mencapai popularitas internasional, termasuk juga menyabet penghargaan musik prestisius Tanah Air, AMI Awards. Discus sendiri telah merilis dua album yang beredar secara internasional, yakni 1st (1999) dan ...tot licht! (2004).
Album 1st beredar di seluruh dunia melalui distributor Italia, Mellow Records. Album ini mendapat ulasan sangat baik dari berbagai majalah musik progresif di Amerika, Inggris, Italia, Jerman, Perancis, Belgia, Belanda, Uzbekistan, Brazil hingga Argentina.
Discus, yang kemudian diakui sebagai pelopor musik progresif di Indonesia, membukukan fenomena sebagai grup musik Tanah Air yang memiliki fanbase orang bule atau bangsa barat, baik di Amerika maupun Eropa. Kepeloporan Discus kian menarik, karena kerapkali memadukan unsur etnik Indonesia dalam sajian musiknya.
Pada tahun 2000, Discus mendapat undangan di berbagai festival dunia, termasuk ProgDay di North Carolina, AS. Di sini, Discus juga melakukan rangkaian tur di berbagai kota. Selang setahun kemudian, Discus sukses tampil di Festival Baja Prog di Meksiko.
Kesuksesan penampilan di berbagai festival musik progresif membuat Discus sangat diperhitungkan oleh banyak label rekaman internasional, termasuk Periferic (Hungaria), Moonjune/Leonardo Pavkovic (AS), dan Iridea (Italia). Namun sebagai executive producer, Kiki Caloh memilih Musea (Prancis).
Peran Iwan Hasan membumi sebagai komposer, orchestra arranger, guitarist 21-string, harpguitarist, kibordis dan vokalis. Dalam kariernya sebagai solois, Iwan Hasan sudah berperan dalam rilisan sekitar 30 album, baik sebagai penata musik (orkestra) maupun sebagai instrument player.
Sebagai arranger, Iwan juga berkolaborasi dengan musisi lintas genre. Integritas Iwan bisa memasuki ranah pop. Menulis aransemen orkestra untuk band Ungu, ST12, The Rain, Dianita, Cendana Band, Kla Project hingga terlibat dalam album mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menyeberang ke genre rock, Iwan ikut berperan dalam beberapa karya Boomerang, Piyu hingga band Getah.
Salah satu karya orkestrasi Iwan Hasan yang monumental di kancah pop adalah ketika ikut mengawal sukses band Ungu, dengan big hits-nya Demi Waktu. Kemudian berlanjut dengan intro orkestra instrumental Cinta Dalam Hati-nya Ungu (2006), dan Overture di album live grand akustik KLa Project (2014) yang kala itu juga dikonserkan di Jakarta Convention Hall, Indonesia.
Mendirikanband progresif Discus pada 1996 merupakan salah satu awal perjalanan kariernya di dunia musik. Bersama band bentukannya itu pun Iwan mencapai popularitas internasional, termasuk juga menyabet penghargaan musik prestisius Tanah Air, AMI Awards. Discus sendiri telah merilis dua album yang beredar secara internasional, yakni 1st (1999) dan ...tot licht! (2004).
Album 1st beredar di seluruh dunia melalui distributor Italia, Mellow Records. Album ini mendapat ulasan sangat baik dari berbagai majalah musik progresif di Amerika, Inggris, Italia, Jerman, Perancis, Belgia, Belanda, Uzbekistan, Brazil hingga Argentina.
Discus, yang kemudian diakui sebagai pelopor musik progresif di Indonesia, membukukan fenomena sebagai grup musik Tanah Air yang memiliki fanbase orang bule atau bangsa barat, baik di Amerika maupun Eropa. Kepeloporan Discus kian menarik, karena kerapkali memadukan unsur etnik Indonesia dalam sajian musiknya.
Pada tahun 2000, Discus mendapat undangan di berbagai festival dunia, termasuk ProgDay di North Carolina, AS. Di sini, Discus juga melakukan rangkaian tur di berbagai kota. Selang setahun kemudian, Discus sukses tampil di Festival Baja Prog di Meksiko.
Kesuksesan penampilan di berbagai festival musik progresif membuat Discus sangat diperhitungkan oleh banyak label rekaman internasional, termasuk Periferic (Hungaria), Moonjune/Leonardo Pavkovic (AS), dan Iridea (Italia). Namun sebagai executive producer, Kiki Caloh memilih Musea (Prancis).
Peran Iwan Hasan membumi sebagai komposer, orchestra arranger, guitarist 21-string, harpguitarist, kibordis dan vokalis. Dalam kariernya sebagai solois, Iwan Hasan sudah berperan dalam rilisan sekitar 30 album, baik sebagai penata musik (orkestra) maupun sebagai instrument player.
Sebagai arranger, Iwan juga berkolaborasi dengan musisi lintas genre. Integritas Iwan bisa memasuki ranah pop. Menulis aransemen orkestra untuk band Ungu, ST12, The Rain, Dianita, Cendana Band, Kla Project hingga terlibat dalam album mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menyeberang ke genre rock, Iwan ikut berperan dalam beberapa karya Boomerang, Piyu hingga band Getah.
Salah satu karya orkestrasi Iwan Hasan yang monumental di kancah pop adalah ketika ikut mengawal sukses band Ungu, dengan big hits-nya Demi Waktu. Kemudian berlanjut dengan intro orkestra instrumental Cinta Dalam Hati-nya Ungu (2006), dan Overture di album live grand akustik KLa Project (2014) yang kala itu juga dikonserkan di Jakarta Convention Hall, Indonesia.
tulis komentar anda