Komunitas Film: Terbukti, PEN Film Kemenparekraf Jadi Solusi Cerdas Bangkitkan Perfilman & Pulihkan Ekonomi
Selasa, 07 Desember 2021 - 22:10 WIB
Film merupakan salah satu media promosi wisata yang potensial. Apalagi Film "Jangka Kala" besutan sutradara Destian Rendra ini mengambil latar belakang kehidupan masyarakat pesisir pantai selatan yang masih mempercayai mitos.
Arfan dan teman-temannya tidak hanya ingin berkarya, namun juga ingin mengedukasi masyarakat tentang pelestarian lingkungan, termasuk konservasi penyu.
Film ini bercerita tentang pasangan suami istri di pesisir pantai selatan Kabupaten Malang yang lama belum dikaruniai momongan.
Akhirnya, saat sang istri sedang hamil, maka Kala, sang pemeran utama, mencari telur penyu.
Telur ini mereka percaya mampu menjaga kandungan sang istri. Namun, pasangan ini kemudian berhadapan dengan regulasi konservasi penyu dan perubahan iklim di wilayahnya.
"Film ini menjadi ajang promosi wisata dan sekaligus kampanye pelestarian lingkungan. Tidak hanya di level nasional, namun juga di level internasional," ungkap Anna Lutfhie, Ketua Yayasan Peduli Air dan Lingkungan Lestari.
Menurutnya, PEN Film sebuah ide yang bagus. Sebab, selama ini Indonesia dinilainya memiliki persoalan yang serius di sektor lingkungan, perubahan iklim, krisis pangan, dan kerusakan lingkungan.
"Film lingkungan, perlu diperbanyak lagi. Kalau perlu pemainnya bintang film terkenal, seperti Dian Sastrowardoyo, sehingga penontonnya juga banyak," ungkapnya.
Arfan menilai bangsa ini butuh film yang bisa dinikmati. Selain dinikmati, efek dari film ini juga membuat masyarakat lebih mencintai alam dan lingkungan.
"Mari bangun kesadaran bersama, film adalah instrumen penting untuk kampanye mencintai dan menyayangi lingkungan," tegasnya.
Arfan dan teman-temannya tidak hanya ingin berkarya, namun juga ingin mengedukasi masyarakat tentang pelestarian lingkungan, termasuk konservasi penyu.
Film ini bercerita tentang pasangan suami istri di pesisir pantai selatan Kabupaten Malang yang lama belum dikaruniai momongan.
Akhirnya, saat sang istri sedang hamil, maka Kala, sang pemeran utama, mencari telur penyu.
Telur ini mereka percaya mampu menjaga kandungan sang istri. Namun, pasangan ini kemudian berhadapan dengan regulasi konservasi penyu dan perubahan iklim di wilayahnya.
"Film ini menjadi ajang promosi wisata dan sekaligus kampanye pelestarian lingkungan. Tidak hanya di level nasional, namun juga di level internasional," ungkap Anna Lutfhie, Ketua Yayasan Peduli Air dan Lingkungan Lestari.
Menurutnya, PEN Film sebuah ide yang bagus. Sebab, selama ini Indonesia dinilainya memiliki persoalan yang serius di sektor lingkungan, perubahan iklim, krisis pangan, dan kerusakan lingkungan.
"Film lingkungan, perlu diperbanyak lagi. Kalau perlu pemainnya bintang film terkenal, seperti Dian Sastrowardoyo, sehingga penontonnya juga banyak," ungkapnya.
Arfan menilai bangsa ini butuh film yang bisa dinikmati. Selain dinikmati, efek dari film ini juga membuat masyarakat lebih mencintai alam dan lingkungan.
"Mari bangun kesadaran bersama, film adalah instrumen penting untuk kampanye mencintai dan menyayangi lingkungan," tegasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda