Penyebab Overthinking Zaman Now, Salah Satunya Otak yang Sering Terdistraksi Media Sosial
Kamis, 23 Desember 2021 - 18:18 WIB
JAKARTA - Terus-menerus berpikir secara berlebihan (overthinking) akan berdampak pada kesehatan mental. Overthinking dapat dialami oleh siapa pun, namun yang paling sering terjebak pada kondisi ini adalah kaum wanita.
Menurut Life Transformation Coach Iis Anthea, overthinking sendiri merupakan sebuah gejala dan bukan penyakit yang sesungguhnya.
“Overthinking berpikir terlalu berlebihan. Memikirkan masa lalu yang sudah berlalu, masa depan yang belum terjadi. Hal tersebut berulang-ulang terjadi. Sehingga waktu kita habis hanya untuk memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak dipikirkan. Capek nggak sih? Pastilah,” ungkap Iis dalam sharing session gerakan #akuberdaya yang digagas desainer Nina Nugroho bekerja sama dengan Asosiasi Trainers Guild, belum lama ini.
Menurut Iis, bisa dibayangkan orang yang setiap saat terus berpikir, di mana dalam kehidupan luar saja sudah berisik, ditambah lagi di dalam otak juga tak kalah berisik. Akibatnya, otak terdistraksi oleh berbagai macam masalah. Distraksi ini didominasi oleh keterikatan kita dengan media sosial bercampur dengan deadline kerja, ekspektasi, masalah hidup, atau belum bisa move on dari mantan.
“Jika tidak mampu memilah-milah masalah yang harus dipikirkan, akibatnya hidup terasa penuh tekanan. Dengan kondisi ini, tidak menutup kemungkinan berdampak pada kesehatan mental dan kestabilan jiwa,” urai Iis.
Dari sebuah penelitian diketahui bahwa orang-orang overthinking melihat kebiasaan ini tidak lebih sebuah sikap kehati-hatian.
Namun, jika berlebihan, overthinking seseorang justru membawa beberapa dampak negatif seperti performa kerja menurun, aktivitas sehari-hari menjadi terhambat, dan emosi tidak terkontrol, bahkan gangguan kesehatan.
“Berilah batasan waktu kapan harus berhenti memikirkan sesuatu dan segeralah mengambil keputusan. Menulis menjadi salah satu solusi, supaya beban yang ada dipikiran bisa terasa lebih ringan. Lakukan aktivitas yang menyenangkan seperti nonton film, dengerin musik, olahraga atau membaca, juga bisa menjadi pilihan," papar Iis.
"Apabila masih mengalami kesulitan untuk menghilangkan kebiasaan overthinking, jangan ragu berkonsultasi dengan pakar. Bersama coaching, seseorang akan dibantu mencari solusi yang sesuai dengan kondisinya,” pungkasnya.
Menurut Life Transformation Coach Iis Anthea, overthinking sendiri merupakan sebuah gejala dan bukan penyakit yang sesungguhnya.
“Overthinking berpikir terlalu berlebihan. Memikirkan masa lalu yang sudah berlalu, masa depan yang belum terjadi. Hal tersebut berulang-ulang terjadi. Sehingga waktu kita habis hanya untuk memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak dipikirkan. Capek nggak sih? Pastilah,” ungkap Iis dalam sharing session gerakan #akuberdaya yang digagas desainer Nina Nugroho bekerja sama dengan Asosiasi Trainers Guild, belum lama ini.
Menurut Iis, bisa dibayangkan orang yang setiap saat terus berpikir, di mana dalam kehidupan luar saja sudah berisik, ditambah lagi di dalam otak juga tak kalah berisik. Akibatnya, otak terdistraksi oleh berbagai macam masalah. Distraksi ini didominasi oleh keterikatan kita dengan media sosial bercampur dengan deadline kerja, ekspektasi, masalah hidup, atau belum bisa move on dari mantan.
“Jika tidak mampu memilah-milah masalah yang harus dipikirkan, akibatnya hidup terasa penuh tekanan. Dengan kondisi ini, tidak menutup kemungkinan berdampak pada kesehatan mental dan kestabilan jiwa,” urai Iis.
Dari sebuah penelitian diketahui bahwa orang-orang overthinking melihat kebiasaan ini tidak lebih sebuah sikap kehati-hatian.
Namun, jika berlebihan, overthinking seseorang justru membawa beberapa dampak negatif seperti performa kerja menurun, aktivitas sehari-hari menjadi terhambat, dan emosi tidak terkontrol, bahkan gangguan kesehatan.
“Berilah batasan waktu kapan harus berhenti memikirkan sesuatu dan segeralah mengambil keputusan. Menulis menjadi salah satu solusi, supaya beban yang ada dipikiran bisa terasa lebih ringan. Lakukan aktivitas yang menyenangkan seperti nonton film, dengerin musik, olahraga atau membaca, juga bisa menjadi pilihan," papar Iis.
"Apabila masih mengalami kesulitan untuk menghilangkan kebiasaan overthinking, jangan ragu berkonsultasi dengan pakar. Bersama coaching, seseorang akan dibantu mencari solusi yang sesuai dengan kondisinya,” pungkasnya.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda