Menikmati Suasana Pulau Dewata di Kampung Bali Bekasi
Jum'at, 14 Januari 2022 - 05:27 WIB
Dari obrolan hangat yang ditemani secangkir kopi dan biskuit itu menghasilkan sebuah informasi menarik, di mana diketahui bahwa penamaan Kampung Bali justru berasal dari seorang tukang becak.
“Nama jalan ini kan Jalan Merpati. Nah itu dinamain jadi Merpati Bali. Terus pemukiman kami disebut Kampung Bali oleh seorang tukang becak yang sering melintasi tempat ini karena melihat desain rumah kami,” ungkap Made.
Selepas bercengkrama, putra Made yakni Wayan, mengajak kami mengelilingi seluruh kampung itu. Sepanjang perjalanan terasa keasrian dan keautentikan Kampung Bali Bekasi. Lalu sampailah kami pada sebuah rumah milik sosok yang dianggap sebagai salah satu tetua desa, seorang pria paruh baya bernama Ketut Budiasa.
Penampilannya bersahaja, namun Ketut bukan sosok sembarangan. Ia merupakan seniman kawakan Bali yang juga menjadi sosok pengajar di salah satu universitas swasta ternama di Jabodetabek.
Beliau paham betul tentang makna Sapta Pesona, yang merupakan nilai-nilai filosofis masyarakat Bali tentang menjalani kehidupan dan lantas diadopsi menjadi salah satu satu tagline Pariwisata Indonesia.
Diam-diam, Ketut juga merupakan salah seorang penabuh rindik, alat musik tradisional khas Bali, dengan kemampuan yang sangat jarang yakni memainkannya dengan tiga tongkat pemukul sekaligus. Ia pun memamerkan keahlian itu di hadapan tim MNC Portal Indonesia.
“Biasanya rindik itu pake dua tongkat ya. Ini saya tiga tongkat sekaligus. Esensinya beda, pun tingkat kesulitannya,” jelas Ketut, sambil tersenyum.
Puas berbincang dengan Pak Ketut, tak terasa sore telah berganti malam. Setelah beristirahat sejenak, kami langsung melanjutkan perjalanan terakhir yaitu mengunjungi sanggar Nyalian Mas, sebuah tempat belajar kesenian tari dan musik Bali satu-satunya di wilayah Bekasi Utara yang terdapat di Kampung Bali Bekasi.
Sanggar yang mengajarkan Tari Pendet dan musik gamelan Bali itu telah berdiri sejak 2004, demikian penjelasan Bli Ryan yang memiliki nama lengkap Putu Ryan Hikantara selaku pengelola sanggar tersebut saat ini.
“Nama jalan ini kan Jalan Merpati. Nah itu dinamain jadi Merpati Bali. Terus pemukiman kami disebut Kampung Bali oleh seorang tukang becak yang sering melintasi tempat ini karena melihat desain rumah kami,” ungkap Made.
Selepas bercengkrama, putra Made yakni Wayan, mengajak kami mengelilingi seluruh kampung itu. Sepanjang perjalanan terasa keasrian dan keautentikan Kampung Bali Bekasi. Lalu sampailah kami pada sebuah rumah milik sosok yang dianggap sebagai salah satu tetua desa, seorang pria paruh baya bernama Ketut Budiasa.
Penampilannya bersahaja, namun Ketut bukan sosok sembarangan. Ia merupakan seniman kawakan Bali yang juga menjadi sosok pengajar di salah satu universitas swasta ternama di Jabodetabek.
Beliau paham betul tentang makna Sapta Pesona, yang merupakan nilai-nilai filosofis masyarakat Bali tentang menjalani kehidupan dan lantas diadopsi menjadi salah satu satu tagline Pariwisata Indonesia.
Diam-diam, Ketut juga merupakan salah seorang penabuh rindik, alat musik tradisional khas Bali, dengan kemampuan yang sangat jarang yakni memainkannya dengan tiga tongkat pemukul sekaligus. Ia pun memamerkan keahlian itu di hadapan tim MNC Portal Indonesia.
“Biasanya rindik itu pake dua tongkat ya. Ini saya tiga tongkat sekaligus. Esensinya beda, pun tingkat kesulitannya,” jelas Ketut, sambil tersenyum.
Puas berbincang dengan Pak Ketut, tak terasa sore telah berganti malam. Setelah beristirahat sejenak, kami langsung melanjutkan perjalanan terakhir yaitu mengunjungi sanggar Nyalian Mas, sebuah tempat belajar kesenian tari dan musik Bali satu-satunya di wilayah Bekasi Utara yang terdapat di Kampung Bali Bekasi.
Sanggar yang mengajarkan Tari Pendet dan musik gamelan Bali itu telah berdiri sejak 2004, demikian penjelasan Bli Ryan yang memiliki nama lengkap Putu Ryan Hikantara selaku pengelola sanggar tersebut saat ini.
tulis komentar anda